Anindita terisak, dia merasakan rasa perih di bagian intinya karena paksaan atau lebih tepatnya pemer*kosaan yang dilakukan pria tak dikenal itu terhadapnya.
" N-nona maafkan saya," ucap pria itu dengan nada penuh penyesalan selepas pergumulan yang tidak direncanakan olehnya. Pria itu lalu menaikkan kembali celana Anindita yang sempat tadi dia turunkan sebatas mata kaki. Dia juga kembali merapihkan celananya kembali, lalu dia bergerak mengambil sesuatu dari dashboard mobilnya.
" Nona, ini kartu nama saya. Nona bisa temui atau hubungi saya di alamat dan nomer ponsel ini. Saya pasti akan bertanggung jawab atas apa yang sudah saya perbuat." Pria itu menyodorkan name card kepada Anindita.
Anindita yang masih ketakutan, syok, kecewa, sedih dan marah kini berusaha bangkit lalu berjalan keluar dari mobil yang menjadi TKP atas pemerko*saan yang dilakukan pria itu terhadapnya.
" Nona, saya benar-benar minta maaf." Pria itu benar-benar menyesal atas ulahnya yang sudah merenggut kesucian gadis itu tapi Anindita tak memperdulikannya. Dia berjalan menuju sepedanya dengan terseok karena merasakan sakit karena intinya telah dimasuki secara paksa oleh milik pria itu.
" Nona, Anda tinggal di mana? Sebaiknya saya antar Nona pulang. Terlalu bahaya jika pulang melanjutkan perjalanan sendiri." Pria itu mencoba mencekal lengan Anindita agar Anindita tidak menggunakan sepedanya untuk melanjutkan perjalanan.
" Lepaskan!!" Anindita menepis kasar tangan pria itu dari lengannya. " Untuk apa Tuan perdulikan saya? Bukankah Anda yang sudah membuat saya berada di dalam bahaya?! Hiks ... hiks ..." geram Anindita menutup wajah dengan telapak tangannya.
" N-nona, saya benar-benar minta maaf, saya sangat menyesali atas perbuatan saya. Saya sudah memperingatkan Nona untuk segera pergi dan menjauh dari saya, tapi Nona terus mendekat dan ingin menolong saya." Pria itu bingung harus bagaimana. Mati-matian dia berusaha mengusir wanita itu agar menjauh, dia pun sudah memperingatkan jika dia tidak ingin mencelakai wanita itu tapi bukannya segera pergi, wanita itu malah terus mendekat ke arahnya.
Anindita yang mendengar alasannya yang diberikan pria itu membuat dadanya bergemuruh.
" Jadi Tuan menganggap semua ini salah saya?" Anindita terpancing emosi. " Dasar pria breng*sek!
Plaakkk ...
Sebuah tamparan mendarat di wajah pria itu. Pria itu nampak terkesiap seraya mengelus pipinya yang baru kena tampar Anindita. Tapi dia tidak membalas karena dia tahu sebuah tamparan saja tidaklah cukup untuk dirinya.
" Saya benci Anda, Tuan!" Sembari menangis dengan kencang Anindita meraih sepedanya dan perlahan mengayuhnya dengan hati-hati karena sakit di intinya itu menuju rumah kontrakannya.
" No-nona ...!" Pria itu mencoba memanggil Anindita tapi wanita itu tidak memperdulikannya dan terus mengayuh sepedanya.
" **** ...!!" Pria itu menendang mobilnya lalu mengusap kasar wajahnya lalu berteriak, " Aaarrgghh ...!!!" Pria itu luruh ke jalan. " Ya Tuhan, apa yang telah aku perbuat?? Aku telah menodai kesucian seorang wanita. Aku sudah merusak mahkota seorang wanita." Pria itu yang kini duduk berlutut di jalan itu lalu menegadahkan kepalanya ke langit yang gelap seraya kembali mengerang kencang .
***
Setelah memasukkan sepeda ke dalam rumah kontrakannya Anindita langsung melempar tas ke karpet yang terampar di ruang tamu lalu dia melepas kasar pakaiannya dan berlari ke kamar mandi. Dia segera menguyur tubuhnya dengan air dingin. Anindita yang biasanya memasak air untuk mandi jika harus pulang malam, kali ini tidak dilakukanya. Dia menyiram berkali-kali seraya menggosok kasar tubuhnya karena dia merasa jijik dengan apa yang telah terjadi dengannya, sementara air mata terus berhamburan jatuh bersamaan dengan guyuran air.
Tubuh Anindita bergetar karena tangisan, belum lagi air dingin yang membasahi tubuhnya membuat tubuhnya semakin menggigil. Dia lantas keluar dari kamar lalu meraih sembarang baju yang bisa dia pakai untuk membalut tubuhnya, kemudian masih dengan kondisi menggigil Anindita merebahkan tubuhnya. Dia terus merisak hingga dia merasa kelelahan dan tertidur.
Sementara itu di tempat kejadian perkara, pria yang memperkosa Anindita langsung kembali ke mobilnya saat dia tak berhasil menghalangi kepergian Anindita. Dia merebahkan tubuhnya karena rasa lelah yang menderanya, Setelah beberapa jam pria itu tersadar. Dia melihat di sekitar yang nampak gelap. Entah daerah mana dia berada saat ini juga dia tidak tahu. Pria itu lalu melihat bercak darah di jok kursi, seketika rasa penyesalan menyeruak di hati pria itu karena dia telah menghancurkan seorang gadis. Dia lalu melirik sebuah benda berwarna biru muda yang terjatuh di bawah jok, dia lalu meraih benda itu. Sebuah ikat rambut yang dia pastikan milik wanita tadi. Dia juga melihat kartu namanya yang terjatuh di bawah jok, karena wanita tadi tak mau menerima benda itu. Pria itu meraih dan memandangi kartu nama miliknya itu.
...Ricky Pratama...
...Angkasa Raya Group...
...Hp. 08xx xxxx xxx...
Ricky meremas kartu nama itu, seketika dia merasa jijik dengan dirinya sendiri.
" Ya Tuhan, apa yang telah aku lakukan?" Ricky menarik rambutnya dengan jemarinya dengan kencang. Dia benar-benar merutuki tindakan brutalnya kepada wanita yang sama sekali tidak dikenalnya.
Setelah beberapa saat merasa lebih tenang, Ricky kemudian berpindah tempat duduk dan menjalankan mobilnya meninggalkan tempat itu.
***
" Assalamualaikum, Nin, Anin ...!!"
Anindita terkesiap seraya mengerjapkan matanya saat sayup-sayup terdengar suara Yahya memanggilnya dari luar rumah kontraknya. Anindita menggigil tapi suhu tubuhnya sangat panas. Badannya pun terasa sakit apalagi di bagian intinya yang terasa nyeri karena dipaksa meladeni gairah pria tak dikenal semalam.
Anindita menarik selimut dan membelitkan ketubuhnya lalu berjalan perlahan menuju ke depan rumahnya untuk menemui Yahya.
" Assalamuaikaum, Nin ..." sapa Yahya saat pintu rumah kontrakan Anindita terbuka. " Ya Allah, kamu kenapa, Nin?" tanya Yahya yang mendapati wajah Anindita yang memucat ditambah mata yang sembab.
" Aku kurang enak badan. Sepertinya hari ini aku ijin nggak berangkat kerja, Ya." lirih Anindita.
" Kamu sakit apa, Nin?" tanya Yahya langsung menempelkan punggung tangannya ke kening Anindita. " Astaghfirullahal adzim, badan kamu panas banget, Nin." Yahya terkesiap mendapati suhu tubuh Anindita yang panas padahal wanita itu nampak terlihat menggigil dengan selimut yang membelit badannya.
" Nggak tahu, Ya. Rasanya dingin banget," keluh Anindita.
" Tapi ini kamu demam tinggi lho, Nin. Sebaiknya kamu periksa ke dokter." Yahya menyarankan.
" Nggak, Ya. Nanti juga membaik kalau aku istirahat." Anindita menolak saran Yahya.
" Aku belikan makanan dan obat ya, Nin?"
" Nggak usah, Ya. Aku ada obat, bentar lagi aku minum lalu istirahat juga pasti akan sembuh.
" Kamu yakin?" tanya Yahya kembali.
" Iya, aku nggak apa-apa." Anindita mencoba meyakinkan.
" Kamu seperti habis menangis, memangnya ada apa, Nin?" selidik Yahya yang mencurigai ada sesuatu yang tak beres dengan Anindita.
" I-itu mungkin karena aku semalam terlalu pusing hingga menangis." Anindita berbohong.
" Kamu nggak sedang berbohong, kan?" selidik Yahya lagi.
" Ng-nggak, kok. Aku nggak berbohong, Ya. Sudah sana kamu berangkat, nanti telat."
Yahya berpikir sejenak seraya memandang Anindita.
" Ya sudah kalau begitu aku berangkat. Tapi kalau ada apa-apa kamu jangan sungkan hubungi aku ya, Nin." Akhirnya Yahya memilih untuk meninggalkan Anindita walaupun dengan rasa cemas.
" Iya, kamu nggak usah khawatir."
Akhirnya setelah Anindita meyakinkannya, Yahya pun pergi meninggalkan rumah kontrakan Anindita menuju toko minimarket milik Koh Leo, tempat di mana Anindita dan Yahya bekerja.
*
*
*
Bersambung ...
Happy Reading❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 150 Episodes
Comments
gia nasgia
Meskipun sdh khatam 😍😍
2025-02-20
0
gia nasgia
sama persis dengan nama putri ku🤭
2023-07-13
0
~Si imut~🌹🌼🌷🌻🌺
alurnya agk beda dgn cerita biasa,biasanya hbs d perk*sa siwanitanya pergi diam² dan s pria gak sadar dgn apa yg tlh d lakukan😄.mudah²an seterusnya alurnya beda dgn yg lain.
2023-01-29
0