Anindita yang melihat Johan terus mencekit Sandra tanpa pikir panjang lagi dia meraih vas bunga di meja dan menghantamkan benda yang terbuat dari kaca itu ke kepala Johan.
Buuugghh
Pukulan pertama tak membuat benda itu pecah tapi membuat Johan tersentak. Pukulan kedua Anindita arahkan lebih keras ke kening Johan yang saat itu sedang menoleh ke arahnya. Hingga akhirnya benda itu pecah dan menyobek kening Johan hingga membuat darah langsung mengalir.
Anindita yang menyadari apa yang telah dilakukannya langsung mundur ke belakang, apalagi saat dia melihat wajah merah padam Johan karena ulahnya.
" Dasar ja*lang ...!! Berani sekali kau memukulku ...!!" Johan sontak melepaskan cengkeramannya dari leher Sandra hingga membuat Sandra limbung.
Bi Teti yang melihat majikannya lemas hampir terjatuh langsung meraih pundak Sandra bersamaan dengan Susi yang juga baru muncul di ruangan itu.
" Ja*lang tak tahu diuntung, sudah bagus saya mau denganmu. Belum tentu pria lain mau dengan pela*cur yang hamil tanpa suami," geram Johan mengeluarkan kata-kata yang sangat menyakitkan hati Anindita.
" Jangan mendekat ...!! Saya bisa nekat jika Bapak berani mendekati saya." Dengan langkah mundur Anindita mengarahkan vas yang sudah pecah itu ke arah Johan.
" Kau berani bermain-main denganku, dasar wanita murahan ...!!" Johan tak memperdulikan ancaman Anindita dan terus mendekati Anindita.
" Anin hati-hati ...!!" teriak Bi Teti.
" Mbak Anin, cepat lari ...!!" Susi pun ikut berteriak.
" Ada apa ini? Mi, Mami kenapa?"
Koh Leo yang secara kebetulan siang itu pulang ke rumah karena berniat makan siang di rumah langsung terperanjat saat melihat istrinya berdiri lemas dengan Bi Teti dan Susi yang menopang tubuhnya.
Koh Leo pun kini tersentak saat melihat kehadiran Johan di sana apalagi saat dia melihat Anindita yang sedang memegang pecahan vas bunga dan mengarahkan ke Johan.
" Ya Tuhan, Ko Johan sedang apa kau di sini?" Ucapan Koh Leo terdengar menyentak.
" Koh, Pak Johan tadi mencekik Ci Sandra." Anindita dengan cepat mengadukan perbuatan Johan kepada Koh Leo.
Koh Leo yang mendengar aduan dari Anindita tentang apa yang dilakukan kakak sepupunya itu langsung meradang. Dia kemudian berjalan menghampiri Johan dan memberikan tinju pada wajah Johan.
" Breng*sek ...!! Berani sekali kau menyakiti istriku ...!!" Koh Leo kembali memberikan pukulan di wajah Johan hingga tubuh Johan terjatuh di sofa.
Koh Leo yang sudah terpancing emosi ingin kembali menyerang Johan namun suara Sandra menghentikan aksi suaminya itu.
" Pi, jangan ..." suara lemah Sandra berhasil mendinginkan amarah suaminya itu.
" Pergilah ...! Dan jangan pernah injakkan kaki di rumah ini lagi ...!!" usir Koh Leo kepada Johan.
Johan yang saat ini tak berdaya langsung bangkit namun dia masih sempat menebar ancaman sebelum melangkah pergi meninggalkan rumah Koh Leo.
" Saya akan datang lagi kemari dan akan membawa paksa ja*lang itu dari sini!"
Karena syok dengan apa yang terjadi membuat tangis Anindita kembali pecah, sementara tangannya masih memegang erat vas bunga yang sudah tak utuh itu.
Susi yang melihat Anindita langsung menghampiri Anindita. Dia lalu mengambil vas yang masih digenggam erat oleh Anindita.
" Mbak Anin, sini Susi bantu obati lukanya." Susi melihat ada darah yang keluar dari tangan Anindita, karena sepertinya ada pecahan kaca yang mengenai kulit tangan Anindita.
***
Anindita memeluk erat Ramadhan yang sudah terlelap malam ini. Sementara air matanya terus saja mengalir di pipinya mengingat kejadian siang tadi.
" Ya Allah, hamba memohon perlindungan-Mu. Jauhkan hamba dari orang-orang yang berniat jahat kepada hamba." Anindita berdoa dalam hatinya karena dia merasa takut dengan ancaman Johan yang mengatakan akan membawa paksa dia pergi dari sini.
Tok tok tok
" Nin, kamu sudah tidur?" Suara Sandra terdengar dari luar kamar Anindita.
Anindita lalu menyeka air matanya, dia kemudian beranjak dari peraduan dan melangkah untuk membukakan pintu.
" Nin, kamu belum tidur? Apa Cici ganggu kamu?" tanya Sandra.
" Tidak, Ci. Saya memang belum bisa tidur," jawab Anindita. Karena memang setelah kejadian tadi siang rasanya sulit untuknya bisa tidur terlelap.
" Tangan kamu gimana, Nin?" Sandra memperhatikan tangan Anindita yang dibalut perban.
" Tidak apa-apa, Ci. Sudah diobati tadi sama Susi." Anindita menyahuti. " Cici sendiri bagaimana? Apa lehernya masih terasa sakit?" Anindita balik menanyakan kondisi istri dari Koh Leo itu.
" Sudah mendingan." Sandra menjawab lalu matanya melirik ke arah Ramadhan yang tertidur pulas di ranjang. " Rama sudah Bobo, ya?" Sandra kemudian melangkah mendekati Ramadhan dan mengusap lembut kening Ramadhan.
" Iya, Ci." Anindita membalas.
" Nin, Cici minta maaf ya, atas apa yang dilakukan Johan terhadapmu. Baik sikap maupun ucapan dia." Sandra menyadari jika apa yang diperbuat Johan sangat menyakiti hati Anindita.
" Saya yang harus minta maaf sama Cici, karena menolong saya, sampai membuat Cici hampir celaka." Anindita pun merasa tak enak hati kepada Sandra.
" Johan memang seperti itu, sejak dulu sikapnya kasar tak pernah berubah. Suka main perempuan juga." Sandra menghela nafas menjeda ucapannya sesaat. " Cici takut dia tidak akan main-main dengan ucapannya. Cici nggak rela kalau kamu sampai jatuh ke tangan Johan, Nin. Karena itu, Cici dan Koh Leo harus mengambil keputusan ini. Cici sebenarnya sangat berat, Nin. Kamu sudah kami anggap seperti keluarga sendiri. Rama juga sudah kami anggap seperti anak sendiri." Sandra langsung tersedu saat mengucapkan hal itu, membuat dada Anindita serasa bergolak.
" Tapi apa boleh buat, kamu nggak aman jika tetap bertahan di sini, Nin. Jadi sebaiknya kamu pergi menjauh dari tempat ini."
Deg
Anindita seketika melemas, air mata pun mulai berjatuhan di pipinya. Dia menyadari jika dia tidak akan selamanya ikut dengan keluarga Koh Leo, tapi jika harus berpisah dalam waktu dekat ini, rasanya Anindita benar-benar tidak siap.
" Ini Cici ada uang tunai lima juta, sama ini ada perhiasan kalung juga liontinnya, kalau tidak salah beratnya dua puluh gram, kamu ambillah untuk bekal kamu hidup di luar sambil mencari pekerjaan baru." Sandra menyerahkan amlop berisi uang dan perhiasan itu terhadap Anindita.
" Ci ..." Lidah Anindita seolah kelu, dia sungguh tak sanggup untuk berkata-kata.
" Sekali lagi Cici dan Koko minta maaf. Bukan maksud kami mengusir kamu dari sini, Nin." Sandra kembali terisak.
" Ci, selama ini saya sudah sangat merepotkan Cici dan Koko. Cici tidak perlu melakukan hal ini. Saya tidak tahu bagaimana harus membalas kebaikan kalian selama ini." Anindita pun ikut terisak seraya merengkuh tubuh Sandra, hingga kini mereka berdua pun saling menangis dan berpelukan.
***
Sekitar jam sebelas kurang Anindita meninggalkan rumah Koh Leo, setelah melewati perpisahan yang sangat mengharukan dengan penghuni di rumah Koh Leo. Anindita diantar Sandra sampai depan mall karena toko emas yang menjual perhiasan Sandra ada di mall tersebut. Sandra menyarankan untuk segera menjual emas itu dan disimpan di bank agar aman.
Anindita duduk mengantri di kursi tunggu toko emas sambil menunggu pegawai toko emas itu menafsir emas milik Sandra yang ingin dia jual.
" Ibu Anindita." Suara pegawai toko emas itu memanggil Anindita.
" Saya, Mbak." Anindita langsung bangkit dan menuju si pegawai toko emas.
" Rama sayang, sini dekat Mama jangan jauh-jauh dari Mama." Anindita meminta Rama mendekat karena dilihatnya anaknya itu terlihat tetap asyik duduk di kursi tunggu.
" Cini aja." Ramadhan menyahuti sambil menggelengkan kepala
" Tapi jangan ke mana-mana, di situ saja, ya!"
Ramadhan menganggukkan kepalanya mendengar perintah Anindita.
" Ibu, ini dapatnya sekitar tiga belas juta lima ratus dua puluh lima ribu rupiah. gimana, Bu?" tanya pegawai itu.
" Tiga belas juta, ya? Nggak bisa tambah lagi, Mbak?" tanya Anindita.
" Sudah paling tinggi itu, Bu."
Anindita berpikir sejenak. Saat ini di dompetnya dia masih punya sisa uang dua juta. Karena setiap bulan Sandra selalu memberi uang jajan kepadanya. Belum lagi uang lima juta yang diberikan Sandra. Rasanya saat ini dia masih bisa bertahan dengan uang itu. Syukur-syukur dia bisa cepat mendapatkan pekerjaan agar dia tidak sampai menjual perhiasan milik Sandra itu. Saat ini pekerjaan ART pun siap dia jalani asal bisa bertahan hidup.
" Bagaimana, Bu? Jadi mau dijual?" tanya pegawai tadi karena Anindita tak cepat menjawab pertanyaannya.
" Hmmm, kayanya nggak jadi, Mbak. Nanti lagi saja deh. Maaf ya, Mbak."
" Oh nggak apa-apa, Bu." Pegawai itu menyerahkan kembali perhiasan itu kepada Anindita dan Anindita pun langsung menaruh kembali ke tasnya.
Anindita kemudian menoleh ke tempat Ramadhan tadi duduk dan matanya langsung terbelalak saat dia tak mendapati anaknya di sana.
" Rama? Astaghfirullahal adzim, Rama ...!!" Anindita langsung mengedar pandangan ke seluruh ruangan tunggu toko emas itu tapi tak juga didapati sosok munggil anaknya itu.
" Ya Allah, Rama kamu di mana?" Anindita segera menuju satpam yang berjaga di toko itu.
" Pak, maaf ... lihat anak kecil laki-laki umur dua tahunan nggak tadi keluar dari sini?"
" Hmmm, tadi sepertinya ada Bu, berlari mengejar ibunya keluar."
Ucapan Satpam itu membuat Anindita melemas, dia kemudian berlari keluar dari toko emas itu. Dia berlari ke sana ke mari tapi tak juga dijumpai anaknya itu. Benar-benar situasi chaos yang Anindita rasakan saat ini
*
*
*
Bersambung ...
Rama kamu di mana? Mak² di sini ada yang tau ga?
Happy Reading ❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 150 Episodes
Comments
gia nasgia
waduh Rama makin tambah masalah nya bunda Anin 🥺🤦
2023-07-13
0
Yati Nurjati
duh kasian Anin.
2023-03-20
0
ᰔᩚ 𝙼𝚊𝚖 𝚄𝚖𝚎𝚢𝚜 ♡ᰔᩚ
341
waduh,,Rama kamu kemana
2021-11-09
0