Melahirkan

Anindita terbangun saat terdengar suara orang-orang yang berkeliling untuk membangunkan sahur. Dengan gerak yang agak susah karena usia kandungannya yang sudah masuk sembilan bulan hingga perut buncitnya itu agak mengganggu aktivitasnya. Sudah satu Minggu ini Anindita menjalankan puasa dengan lancar tanpa ada gangguan.

" Mau masak apa, Bi?" tanya Anindita kepada Bi Teti yang sudah lebih dulu berkutat di dapur.

" Ini bibi buatkan sayur sop kacang merah buat kamu, Nin. Kamu 'kan harus makan makanan yang bergizi apalagi saat puasa begini," jawab Bi Teti.

" Saya jadi merepotkan Bi Teti, ya? Padahal biarkan saya, Bi. Saya tadinya cuma mau buat telor mat sapi saja yang praktis." Anindita terkikik.

" Mending makan sayuran biar segar, Nin." Bi Teti menyahuti.

" Iya, makasih ya, Bi." Anindita tak lupa mengucapkan terima kasih kepada Bi Teti yang selama ini banyak membantunya.

" Mau goreng apa, Bi? Biar nanti saya yang menggoreng." Anindita menawarkan bantuannya, dia memang tidak nyaman jika hanya berpangku tangan.

" Sudah kamu duduk saja di situ. Kasihan kalau kamu harus berdiri." Bi Teti menolak bantuan Anindita.

" Masa saya duduk saja, Bi. Berasa jadi majikan rasanya." Anindita kembali terkikik mendengar ucapannya sendiri.

" Aamiin, siapa tahu ucapan kamu didengar Malaikat, Nin. Dan bisa terkabul suatu hari nanti." Bi Teti menyahuti selorohan Anindita.

" Jangan mimpi terlalu tinggi ah, Bi. Kalau jatuh kerasa sakitnya." Anindita terkekeh. Di tengah derita harus hamil tanpa suami, dia bersyukur ada di tengah lingkungan keluarga yang sangat hangat mendukungnya melalui semua cobaan ini.

***

Anindita tersenyum mendapati sosok pria yang membawa plastik makanan di tangannya.

" Assalamualaikum, Nin." Yahya yang sore itu berkunjung ke rumah Koh Leo membelikan martabak keju coklat untuk Anindita, menyodorkan makanan itu ke Anindita.

" Waalaikumsalam, Ya. Wah, jadi merepotkan kamu, Ya." Anindita merasa tak enak hati.

" Nggak apa-apa, Nin. Kebetulan lewat, bisa buat buka puasa nanti," sahut Yahya. " Gimana kehamilan kamu, Nin? Ada keluhan apa?" Yahya memperhatikan perut Anindita yang semakin membesar.

" Alhamdulillah, dedeknya nggak rewel, kok." Anindita mengelus perutnya. " Ci Sandra juga selama ini baik sekali sama aku, Ya." Tidak putus-putus Anindita mengucapkan rasa syukurnya karena dipertemukan dengan istri bos seperti Sandra.

" Lalu apa rencana kamu ke depan selanjutnya, Nin?"

Anindita mendesah mendengar pertanyaan Yahya. Rencana ke depan? Dia tidak tahu harus merencanakan apa? Karena dia juga masih bingung harus bagaimana setelah melahirkan ini?

" Aku nggak tahu, Ya. Sekarang ini aku pasrah begaimana Ci Sandra saja." Hanya itu yang bisa Anindita harapkan sekarang ini. Untuknya bisa mengabdi seumur hidup pada keluarga Koh Leo pun tidak akan bisa membayar hutang Budi nya terhadap keluarga Koh Leo.

" Nin, gimana kalau kamu menikah saja sama aku?"

Anindita terperanjat mendengar tawaran Yahya.

" Kamu jangan bercanda, Ya." Anindita langsung merespon ucapan Yahya yang dianggapnya hanya bercanda.

" Aku serius, Nin. Aku kasihan melihat kamu seperti ini." Yahya menyatakan keprihatinannya.

Anindita tersenyum. " Aku nggak apa-apa, Ya. Aku baik-baiknya saja. Kamu nggak perlu khawatirkan aku." Anindita mencoba meyakinkan Yahya agar tidak perlu mencemaskan dia. " Lagipula kamu sendiri 'kan ada Nina, mau dikemanakan pacar kamu itu kalau kamu menikahi aku?" Anindita terkekeh mencoba mencairkan suasana.

Yahya menghela nafas sesaat. " Aku hanya berniat menolong kamu, Nin."

" Aku menghargai niat kamu, Ya. Tapi menolong aku nggak harus menikahiku, kan? Apa yang akan Nina katakan jika sampai kamu menikahi aku? Aku nggak mau merusak hubungan kamu dengan dengan Nina." Anindita mencoba memberi pengertian kepada Yahya, kenapa dia menolak niat sahabatnya itu.

***

Anindita baru saja selesai melaksanakan sholat Dhuha saat tiba-tiba perutnya merasa sangat sakit dan melilit. Dia pun merasa pinggulnya yang terasa nyeri.

Anindita sengaja meluruskan kakinya. Dia belum sempat membuka mukenahnya, karena dia benar-benar kesulitan untuk bangun. Anindita berniat menunggu rasa sakit itu mereda terlebih dahulu.

Selepas sholat tarawih di rumah Anindita sudah mulai merasakan perutnya terus saja melilit. Bahkan semalaman tadi dia tak bisa tidur karena rasa sakit itu kadang tiba-tiba menyerang dengan durasi yang tidak terlalu lama.

" Ssshhh ... " desis Anindita merasakan sakit yang tak kunjung reda padahal sudah sekitar lima belas menit Anindita duduk merasakan nyeri yang berkepanjangan itu.

" Ya Allah, aku kenapa? Kenapa rasanya perih sekali?" Anindita mengeluh seraya mengelus pinggulnya yang terasa panas dan seakan remuk seluruh tulang-tulangnya.

" Aakkhh ... sakiiiitt ..." Anindita menggigit bibirnya menahan rasa sakit itu. " Apa aku akan melahirkan?" Kening Anindita sampai berpeluh karena rasa sakit yang terus menderanya itu.

Anindita mencoba berusaha untuk bangkit, setidaknya bisa menghampiri dan meminta bantuan Bi Teti, namun untuk bergerak saja tenaganya pun rasanya tak kuat.

" Ya Allah, Ya Rabbi ... sakiiiitt ..." Air mata bahkan kini sudah membanjiri pipinya. " Bi Teti ... Bi ..." Anindita berusaha memanggil nama Bi Teti namun yang dipanggil tak juga datang.

" Mbak Anin, Ya Allah ... Mbak Anin kenapa?" tanya Susi, keponakan dari Bi Teti yang juga bekerja di rumah Koh Leo. Susi baru saja berniat menjemur pakaian yang baru saja dicucinya. Dia langsung menaruh ember yang dipegangnya saat melihat Anindita menangis dengan posisi duduk sambil memegangi perut dan pinggangnya.

" Sus, tolong panggilkan Bi Teti," pinta Anindita saat melihat kedatangan Lia.

" I-iya, Mbak. Nanti saya panggilan Bibi dulu." Susi kemudian berlari memanggil Bibinya itu.

Tak berapa lama Bi Teti langsung menghampiri Anindita disusul dengan Susi dibelakangnya.

" Nin, kamu kenapa?" Bi Teti terlihat cemas.

" Bi, perut saya sakit sekali ..." Anindita meringis.

" Kamu mau melahirkan, Nin?" tanya Bi Teti.

" Saya nggak tahu, Bi. Tapi rasanya sakit sekali," lirih Anindita.

" Itu apa, Bi?" tanya Susi pada Bi Teti saat melihat cairan yang merembes di mukenah Anindita.

" Ya Allah, Nin. Itu air ketuban?" Bi Teti semakin panik. " Sus, cepat kamu telepon Ibu, bilang Anin mau melahirkan." Bi Teti menyuruh Susi menelepon Sandra yang pagi ini pergi menemani Ivone ke dokter gigi.

Susi dengan sigap melakukan apa yang diperintahkan Bi Teti.

" Nin, kamu yang tenang. Tarik nafas pelan-pelan."

" Aaakkkhh ... Ya Allah, sakit, Bi. Saya nggak kuat ..." Anindita terus menangis karena serbuan rasa sakit di sekitar perut dan pinggulnya.

" Bi, Ibu ditelpon nggak diangkat-angkat." Susi nampak gugup, karena dia pun merasakan ketegangan saat itu.

" Sus, tolong kamu ke tempatnya Bidan Cicih. Bilang sama Bu Bidan ada yang mau melahirkan air ketubannya sudah pecah. Cepat, Sus. Bilang saja disuruh Ci Sandra." Bi Teti yang juga merasa khawatir akan kondisi Anindita akhirnya memutuskan untuk memanggil bidan yang rumahnya hanya berjarak lima puluh meter dari rumah Koh Leo. " Cepat kamu lari ke rumah bidannya!" perintah Bi Teti dan kemudian Susi pun segera berlari ke tempat Bu bidan.

" Bi, saya nggak kuat, sakit sekali ..." keluh Anindita.

" Nin, jangan bicara seperti itu. Kamu istighfar harus kuat." Bi Teti terus menyemangati Anindita agar tidak menjadi lemah.

" Aaakkkhhh ... sakit Ya Allah ..." Anindita mencengkram erat lengan Bi Teti.

" Bi, sepertinya bayinya mau keluar ..." lirih Aninditia seakan tak ada tenaga.

" Ya Allah ..." Bi Teti langsung mengangkat dan menekuk kaki Anindita dengan posisi mengang*kang. Dia kemudian menyibak mukenah bawah Anindita.

" Tarik nafas dalam-dalam, hembuskan perlahan. Tahan pinggulnya jangan diangkat, jangan menge ...."

" Sakit, Biiiii. Aaakkkhhh ...." Anindita mengerang keras memotong perkataan Bi Teti.

" Oek ... oek ... oek ...."

Bersamaan suara erangan kuat Anindita terdengar pula suara tangisan lantang seorang bayi yang kemudian langsung diraih Bi Teti dengan kedua telapak tangannya.

*

*

*

Bersambung ...

Happy Reading ❤️

Terpopuler

Comments

gia nasgia

gia nasgia

Welcome to the world Ricky junior 😍

2025-02-24

0

gia nasgia

gia nasgia

Lahiran nya Anin di permudah gegara nggak ada Ricky yg menemani 🤭

2023-07-13

0

Ervah Salafudin

Ervah Salafudin

Alhmdulillah ,,,lahir jga,,jadi keinget waktu lahiran kemaren juga dikasih kemudahan dan cepet lhiran

2021-12-04

0

lihat semua
Episodes
1 Hilangnya Mahkota
2 Demam Tinggi
3 Apa Terjadi Sesuatu Malam Itu?
4 Kehilangan Sosok Pemimpin
5 Apa Kamu Hamil?
6 Aku Anak Papa
7 Aku Akan Bertanggung Jawab
8 Salah Orang
9 Papanya Dede Bayi
10 Melahirkan
11 Berita Mengejutkan
12 Kedatangan Johan
13 Anindita Yang Kalap
14 Situasi Chaos
15 Pengakuan Ricky
16 Bertemu Leo dan Sandra
17 Kehilangan Jejak
18 Angkasa Raya Group
19 Berkenalan
20 Tony Stark
21 Pergi Bersama
22 Permintaan Arya
23 Spesial Di Hati
24 Bertemu Mama Arya
25 Pertemuan Tak Terduga
26 Mencari Info Tentang Anin
27 Saya Tidak Butuh Tanggung Jawab Anda
28 Executive Assistant
29 Mencari Info Tentang Arya
30 Memberi Kesempatan
31 Mau Tuan Apa?
32 I Love You
33 Cari Uang Buat Siapa?
34 Selamat Datang Di Angkasa Raya Group
35 Papanya Rama
36 Merasa Tak Nyaman
37 Berbesar Hati
38 Bertemu Keluarga Besar Arya
39 Wajah Bahagia Rama
40 Seperti Bodyguard
41 Kalah Cepat
42 Masa Depan Untuk Arya
43 Merasa Rendah Diri
44 Mirip
45 Berebut Bayar
46 Poor Mama Anin
47 Tidak Ada Cinta
48 Fakta Tentang Anin
49 Kemarahan Anindita
50 Seperti Om Ricky
51 Ijab Qobul
52 Om Ricky Sudah Jadi Pengantin?
53 Malam Penuh Cinta
54 Assalamualaikum, Sayang!
55 Ricky Junior
56 Selamat Datang Di Malang
57 Kehilangan Jejak
58 Dua Garis Merah
59 Papa Nggak Sayang Rama
60 Wanita Paling Bahagia
61 Kepergian Arya
62 Ramalan
63 Cepatlah Pulang
64 Kecemasan Anindita
65 Berita Duka
66 Arti Dari Sebuah Mimpi
67 Kehilangan Separuh Nyawa
68 Tidak Perduli Siapa Anda
69 Potong Telinga
70 Pesan Arya
71 Hanya Halusinasi
72 Hot News
73 Setajam Belati
74 Menjemput Azab
75 Ibu Dari Anak Saya
76 Pindah Ke Apartemen
77 Yang Pantas Rama Dapatkan
78 Janji Ricky
79 Ayah Biologis
80 Kalah Taruhan
81 Virus Bucin
82 Menghukum Mama Anin
83 Pangeran Di Dunia Nyata
84 Dilanda Kecemasan
85 Papa Ricky
86 Bukan Papa Rama
87 Tolong Jangan Sakiti Mereka
88 Roti Tawar
89 Rumah Arya
90 Panggilan Baru Untuk Ricky
91 Aku Nggak Selingkuh
92 Main Dokter-Dokteran
93 Seperti Burung Dalam Sangkar
94 Kamu
95 Kode Alam
96 Masa Nifas
97 Grand Opening
98 Minta Papa Baru
99 Balas Dendam Dirga
100 Membalut Luka
101 Saya Mau Bicara
102 Saya Akan Mengambil Rama
103 Amanat Arya
104 Menemani Mama Anin
105 Cerita Tentang Ricky
106 Keinginan Rachel
107 Calon Suami
108 Bobo Sama Papa Ricky
109 Ciuman
110 Menagih Tanggung Jawab Anindita
111 Bapak Lihat Apa?
112 Saya Tidak Perduli Anggapan Orang
113 Mengantar Makanan
114 Kebahagiaan Bertemu Dengan Leo Dan Sandra
115 Alih Profesi
116 Tidak Wajar
117 Jangan Main-Main Dengan Saya!
118 Keberadaan Mama Arya
119 Menantu Yang Suka Membandel
120 Makan Malam Bersama
121 Hanya Cukup Menerima
122 Kotak Bunga Mawar
123 Saya Akan Ada Untukmu
124 Bapak Saja Yang Nekat
125 Jika Kita Menikah Nanti
126 Ternyata Dia Normal, Bro!
127 Jangan Senang Dulu
128 Pesan Link
129 Prioritas Utama
130 Nasi Rendang
131 Bapak Bisa Diam Tidak
132 Menemani Anin Melahirkan
133 Pratama Arka Rahardja
134 Merasa Lebih Tenang
135 Lebih Berkesan
136 Semangat, Rick!
137 Honeymoon
138 Surga Dunia
139 Bonchap 1 -- Ulah Monster
140 Bonchap 2 -- Hadiah Dari Ricky
141 Bonchap 3 -- Menepati Janji
142 Bonchap 4 -- Tuhan Mempunyai Cara-Nya Sendiri
143 Bonchap 5 -- Seharusnya Tidak Bersikap Egois
144 INFO NOVEL BARU
145 INFO NOVEL BARU
146 INFO NOVEL BARU
147 INFO NOVEL BARU
148 INFO NOVEL BARU
149 INFO NOVEL BARU
150 INFO NOVEL BARU
Episodes

Updated 150 Episodes

1
Hilangnya Mahkota
2
Demam Tinggi
3
Apa Terjadi Sesuatu Malam Itu?
4
Kehilangan Sosok Pemimpin
5
Apa Kamu Hamil?
6
Aku Anak Papa
7
Aku Akan Bertanggung Jawab
8
Salah Orang
9
Papanya Dede Bayi
10
Melahirkan
11
Berita Mengejutkan
12
Kedatangan Johan
13
Anindita Yang Kalap
14
Situasi Chaos
15
Pengakuan Ricky
16
Bertemu Leo dan Sandra
17
Kehilangan Jejak
18
Angkasa Raya Group
19
Berkenalan
20
Tony Stark
21
Pergi Bersama
22
Permintaan Arya
23
Spesial Di Hati
24
Bertemu Mama Arya
25
Pertemuan Tak Terduga
26
Mencari Info Tentang Anin
27
Saya Tidak Butuh Tanggung Jawab Anda
28
Executive Assistant
29
Mencari Info Tentang Arya
30
Memberi Kesempatan
31
Mau Tuan Apa?
32
I Love You
33
Cari Uang Buat Siapa?
34
Selamat Datang Di Angkasa Raya Group
35
Papanya Rama
36
Merasa Tak Nyaman
37
Berbesar Hati
38
Bertemu Keluarga Besar Arya
39
Wajah Bahagia Rama
40
Seperti Bodyguard
41
Kalah Cepat
42
Masa Depan Untuk Arya
43
Merasa Rendah Diri
44
Mirip
45
Berebut Bayar
46
Poor Mama Anin
47
Tidak Ada Cinta
48
Fakta Tentang Anin
49
Kemarahan Anindita
50
Seperti Om Ricky
51
Ijab Qobul
52
Om Ricky Sudah Jadi Pengantin?
53
Malam Penuh Cinta
54
Assalamualaikum, Sayang!
55
Ricky Junior
56
Selamat Datang Di Malang
57
Kehilangan Jejak
58
Dua Garis Merah
59
Papa Nggak Sayang Rama
60
Wanita Paling Bahagia
61
Kepergian Arya
62
Ramalan
63
Cepatlah Pulang
64
Kecemasan Anindita
65
Berita Duka
66
Arti Dari Sebuah Mimpi
67
Kehilangan Separuh Nyawa
68
Tidak Perduli Siapa Anda
69
Potong Telinga
70
Pesan Arya
71
Hanya Halusinasi
72
Hot News
73
Setajam Belati
74
Menjemput Azab
75
Ibu Dari Anak Saya
76
Pindah Ke Apartemen
77
Yang Pantas Rama Dapatkan
78
Janji Ricky
79
Ayah Biologis
80
Kalah Taruhan
81
Virus Bucin
82
Menghukum Mama Anin
83
Pangeran Di Dunia Nyata
84
Dilanda Kecemasan
85
Papa Ricky
86
Bukan Papa Rama
87
Tolong Jangan Sakiti Mereka
88
Roti Tawar
89
Rumah Arya
90
Panggilan Baru Untuk Ricky
91
Aku Nggak Selingkuh
92
Main Dokter-Dokteran
93
Seperti Burung Dalam Sangkar
94
Kamu
95
Kode Alam
96
Masa Nifas
97
Grand Opening
98
Minta Papa Baru
99
Balas Dendam Dirga
100
Membalut Luka
101
Saya Mau Bicara
102
Saya Akan Mengambil Rama
103
Amanat Arya
104
Menemani Mama Anin
105
Cerita Tentang Ricky
106
Keinginan Rachel
107
Calon Suami
108
Bobo Sama Papa Ricky
109
Ciuman
110
Menagih Tanggung Jawab Anindita
111
Bapak Lihat Apa?
112
Saya Tidak Perduli Anggapan Orang
113
Mengantar Makanan
114
Kebahagiaan Bertemu Dengan Leo Dan Sandra
115
Alih Profesi
116
Tidak Wajar
117
Jangan Main-Main Dengan Saya!
118
Keberadaan Mama Arya
119
Menantu Yang Suka Membandel
120
Makan Malam Bersama
121
Hanya Cukup Menerima
122
Kotak Bunga Mawar
123
Saya Akan Ada Untukmu
124
Bapak Saja Yang Nekat
125
Jika Kita Menikah Nanti
126
Ternyata Dia Normal, Bro!
127
Jangan Senang Dulu
128
Pesan Link
129
Prioritas Utama
130
Nasi Rendang
131
Bapak Bisa Diam Tidak
132
Menemani Anin Melahirkan
133
Pratama Arka Rahardja
134
Merasa Lebih Tenang
135
Lebih Berkesan
136
Semangat, Rick!
137
Honeymoon
138
Surga Dunia
139
Bonchap 1 -- Ulah Monster
140
Bonchap 2 -- Hadiah Dari Ricky
141
Bonchap 3 -- Menepati Janji
142
Bonchap 4 -- Tuhan Mempunyai Cara-Nya Sendiri
143
Bonchap 5 -- Seharusnya Tidak Bersikap Egois
144
INFO NOVEL BARU
145
INFO NOVEL BARU
146
INFO NOVEL BARU
147
INFO NOVEL BARU
148
INFO NOVEL BARU
149
INFO NOVEL BARU
150
INFO NOVEL BARU

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!