Pagi hari yang cukup sunyi, pagi ini Deby terbangun cukup pagi akrena dirinya akan segera terbang ke kampong halamannya di Indonesia. Deby juga telah membangunkan Felik dan menyuruhnya segera mandi.
Deby sudah menyiapkan segalanya, Deby berfikir bahwa dirinya akan membawa Felik ke Indonesia untuk mencegah Demian menemuinya.
“Momy… kita akan ke rumah kakek-nenek?” ucap anak itu kegirangan.
“tentu sayang… kamu juga bisa bermain dengan sepupumu nanti di sana” jelas Deby dan tersenyum manis kepada sang anak.
Mohon perhatian panggilan terakhir penumpang pesawat udara Garuda dengan nomor penerbangan E7013 tujuan Indonesia, di persilahkan segera naik pesawat udara melalui pintu delapan Terimakasih (bayangin aja ini pake bahasa Inggris ya readers)
Deby menggenggam tangan Felik erat, dirinya berjalan menuju pintu delapan. Tak lama kemudian pesawat Garuda dengan tujuan Indonesia itu lepas landas dari bandara Charles de Gaulle Airport.
Sekitar delapan belas jam penerbangan akhirnya pesawat yang di naiki oleh Deby dan Felik lending juga. Deby menggandeng sang buah hati erat, mereka keluar dari pintu pesat menuju tempat pengambilan barang. Setelah tiga koper dan satu tas besar berhasil di ambil Deby bergegas mencari taxi untuk dirinya.
“Pak, ke daerah menteng ya” ucap Kiara sembari memberikan kertas berisis alamat yang di tuju.
“Baik bu” jawab sopir taksi itu.
Perjalanan yang cukup lama karena di jebak macet membuat Felik yang tadi antusias menjadi lelah dan tertidur dlam pangkuan sang ibu.
-Prancis-
Rudi berlari cepat, dirinya melewati semua anak tangga seperti kilatan. Sesampaiya di depan kamar Demian, dirinya mengetok pelan.
Demian yang masih tertidurnya nyenyak ahirnya membuka matanya dan berjalan menuju pintu kemudian membukannya.
Demian memang terbilang pria yang suka tidur tanpa pakaian, seperti saat ini dirinya hanya berbalut boxer ketat berwarna biru tua.
“Ada apa kemari sepagi ini” tanya demian dengan wajah kusut bangun tidur
“tuan gawat… ini gawat sekali” ucapnya denganraut wajah cemas
“Apanya yang gawat?” tanya Demian yang sudah membuka pintunya lebar dan mempersilahkan rudi masuk.
“Jadi gini tuan….” Rudi menjeda perkataannnya.
Kemudian dirinya menarik nafas dalam dan mengeluarkannya kasar. Dirinya mempersiapkan apa yang akan Demian kalukan setelah mendengar kabar ini.
“Cepat katakan?” bentak demian
“Jadi… nona Deby dan anaknya pergi meninggalkan Prancis pagi ini” ucapnya pelan, dirinya benar-benar takut jika Demian tiba-tiba membabi buta.
“APA… KOK bisa itu terjadi” ucap Demian yang sudah dengan rahang yang sudah mengeras dan mata yang melotot.
“Maaf tuan saya kecolongan, baru tadi pagi setelah penerbangan Prancis- Indonesia saya baru mendapatkann info jika nona Deby dan Felik ada dalam pesawat itu” ucapnya dengan menunduk.
Demian terdiam, rahangnya mengeras matanya melotot seakan ingin keluar, alisnya yang indah berubah hingga menyambung. Dirnya menoleh menatap Rudi yang menunduk sedari tadi, jika rudi melihat ekpresi Demian mungkin dirinya akan sangat takut.
“Cepat siapkan pesawat, kita terbang ke Indonesia sekarang juga, dan cari informasi tentang Deby dan Felik” bentaknya dengan tatapan tajam.
Rudi cepat-cepat pergi meninggalkan Demian yang tengah marah, dirinya berlari cepat mempersiapkan mempersiakan pesawat untuk Demian.
“Wow… ternyata kau di tinggalkan” ucap James yang tiba-tiba masuk kamar Demian tanpa mengetuk pintu.
“Kauuu” tekan Demian dengan telunjuk yang mengarah kearah ke wajah James.
“Hey… kenapa kau sangat terobsesi padanya… Bukankah anak itu belum tentu anakmu?” ucap James yang sedang menyender di pintu kamar Demian.
Demian berlalu dirinya menuju wardrobe meninggalkan sang adik yang masih setia melihat ke arahnya.
“Kau yakin tak membutuhkanku” ucap James yang saat ini tengah terduduk di birai kasur sang kakak.
“Kau kan belum bisa meluluhkan hati Felik, jika kau ingin meluluhkan hati ibunya kau harus meluluhkan hati anaknya dulu” ucap James yang masih setia duduk.
Demian hanya terdiam, dirinya sedikit melirik sang adik dari cermin. Demian sedang berdiri menggunakan jam tangannya.
“Jika kau ingn ikut, cepat bersiap” ucap Demian datar. Wajah nya menunjukkan Ekspresi yang sangat tidak bersahabat.
-Indonesia-
Deby dan Felik telah berada di depan rumah milik keluarganya yang sekrang di tinggali oleh ayah, ibu tiri dan adik tirinya.
“Sayang kita masuk yuk”
Deby berjln masuk ke dalam rumah itu, di dari gerbang terlihat pak mamat, sopir sekaligus tukan kebun keluarga Deby.
“NENG…NENG DEBY” teriakya yang kemudian berlari ke arahnya.
Deby yang mendengarnyapun langusng melihatnya, Deby tersenyum lebar, dirinya sama sekali tak melepas genggaman sang putra.
“Wihhh Neng Deby tambah cantik aja lho” unjarnya dengan senyum-senyum malu.
Deby yang mendengar pujian itu hanya tersenyum kecil, dirinya tertunduk malu. Deby kemudin memperkenalkan anak kecil yang bersamanya.
“Oh iya pak Mamat, kenalin ini Felik, dia putraku”
“Wihhh cakep bener deh neng… ini mah namanya serbuk belian, mukanya kek kek orang belande” ucap pak Mamat setelah melihat Felik. Sang anak yang di lihatpun hanya menyeritkan dahinya.
“oh iya pak, papa sama bunda ada di dalam?” tanya setelah melihat mobil milik sang bunda tak ada di pekarangan.
“Nyonya keluar tadi sama non Monika, sama non Cindi juga” ucapnya
“Jadi di dalam cuma ada papa?” tanyanya kembali
“Iya non, cuma ada tuan besar” jawabnya dengan
Deby mendengar itu sangat senang, pasalnya juka ada sang bunda pasti dirinya hanya akan di cecar dengan berbagai pertanyaan bodoh yang akan menyudutkannnya mengingat bundanya adalah ibu tiri Deby. Deby mengajak Felik masuk, pak Mamat juga menawarkan diri untuk membawa barang-barang deby yang kemudian dijawab dengan anggukan.
“Papa” ucap Deby ketika melihat sang ayah yang tengah terduduk di atas kursi roda.
“Papa kenapa, kok sekarang makai kursi roda” ucap Deby dengan berjalan mendekati sang ayah.
“Kamu ngapain ke sini… pergi saya bilang..Pergi… Pergi” ucap sang ayah dengan menunjuk-nunjuk dengan jari telunjuknya.
Deby yang mendengarnyapun segera menjauh, sirinya memeluk sang buah hati sangat erat kemudian berjalan keluar rumah dengan air mata yang mengalir. Sesampainya di depan rumah Deby meminta pak Mamat untuk mengambil barang-barang miliknya.
Deby berada di dalam taxi yang tadi dirinya pesan mealui aplikasi online. Selama perjlanan dari bandara menuju rumah di menteng, sopir taxi memberitahu Deby untuk memesan mobil memalui aplikasi online, agar lebih mudah, dan selama perjalanan itu Deby memesannya.
“Kak, ini sesuai aplikasi ya, Hotel Ibis?”tanya sopir itu memastikan tujuan Deby.
“Iya pak, hotel ibis?” ucapnya dengan tersenyum menahan air matanya yang ingin turun terus menerus.
“Momy… kenapa tidak tinggal dengan kakek dan nenek, kenapa ke hotel? Felik pengen ketemu kakek dan nenek.” rengek anak kecil itu dalam dalam pangkuan Deby.
“Iya sayang, Besok kita baru bisa ketemu, Sekarang istirahat di hotel dulu ya” jwab Deby yang terus mengelus rambut kriwil Felik.
*
*
*
*
*
Jangan lupa follow, like, coment dan vote author ya. Biar authornya tambah semangat☺️🙏🏻💪🏻
Selamat membaca semoga menghibur
Terimakasih untuk para pembaca dan salam dari FAIRUZ😚
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments
Alya Yuni
Kasian Debby
2022-10-16
0
Qorie Izraini
kasihan neng Deby..
ayah ny sendiri tak mengingin kan ny
2022-10-16
0