Cerita ini hanyalah fiksi dan karangan sang Author, apabila dalam cerita terdapat kesamaan baik dalam nama tokoh, tempat, atau kejadian tolong di maafkan.
“Aku ingin bertemu dengannya” ucap Demian yang kemudian berdiri.
Lea yang merasa bingung itu segera berdiri juga, mencoba menghentikan clientnya yang ini, ohhh maksudnya kakak dari kliennya.
“Maaf tuan, Debynya sedang mengurus tuxedo milik tuan Jelius, tuan dapat bertemu dengannya setelah selesai mengurus tuxedo tuan Jelius” ucapnya sembari menghadang Demian agar tidak pergi menemui Deby.
Lea sangat paham, mengurus Jelius saja sudah membuat Deby gila, apa lagi jika Demian menemuinya dan meminta sesuatu yang mendadak, seperti tiba-tiba memintanya untuk membuat setelan jas atau lainnya.
Deby keluar dari sebuah ruangan membawa tuxedo milik Jelius di tangannya. Deby duduk di sebelah Jelius sembari memberikan tuxedo yang telah di ambilnya.
“Ini tuan, tuxedo milik anda, maaf atas keteledoran saya dan ketidak nyamanannya” ucap Deby dengan wajah menunduk.
Jelius melihat dengan seksama tuxedo yang di berikan Deby, melihat ukuran dan warna serta modelnya.
“Perfect… ini milikku” ucapnya yang kemudian berdiri lalu melenggang pergi meninggalkan Deby.
Jelius pergi meninggalkan Deby yang masih terduduk manis di tempatnya tadi. Dirinya keluar tanpa mengucapkan terimakasih terhadap Deby. Jelius memang terkenal sombong dan angkuh maka dari itu dirinya bersikap sewenang-wenang terhadap Deby saat dirinya tidak mendapatkan apa yang di inginkannya.
Kepergin Jelius yang tanpa kata trimakasih itu memberikan kesan jengkel sekaligus rasa lega.
Akhirnya Deby tidak di gentayangi oleh seorang Jelius yang terkenal sombong itu. Tak lama kemudian Deby teringat, bahwa di dalam ruang tunggu masih ada Demian, orang yang tak lain adalah ayah kandung putra semata wayangnya.
Deby berjalan cepat, dirinya berusaha menghindari Demian dengan cara berjalan cepat. Tetapi memang nasibnya dirinya tak sebaik karirnya di dunia fashion. Mata elang James tiba-tiba meliht Deby yang berjlan cepat.
“Nona Deby” ucapnya sembari menunjuk pintu ruang tunggu.
Dalam butik itu terdapat tiga ruang tunggu yang memang di sekat di tiap ruangan, Lea memang membuat hal itu agar setiap kliennya dapat berkonsultasi dengan desinernya sendiri-sendiri tanpa terganggu oleh kebisingan.
Deby yang merasa terpanggil akhirnya berhenti, dirinya sedikit menoleh dalam ruangan, di sana terlihat Lea, James dan Demian sedang menatapnya. Deby tersenyum getir, tak dapat di pungkiri kilatan tajam mata Demian yang bertemu dengan mata Deby.
Deby menatap demian seakan tak percaya mengenai apa yang sedang di lihatnya.
Demian sama sekali tak berubah dari lima tahun silam di mana dirinya masih sangat muda sedang berlibur di bali bersama beberapa sahabatnya. Demian tetap sama seperti pertama mereka bertemu, mukanya yang datar tetapi sangat memukau, matanya yang tajam seperti elang, badannya yang kekar bak atlit tinju, semua itu tak berubah. Meskipun Deby hanya bertemu dua kali selama di bali yang kemudian kejadian mala petaka itu menimpanya tetapi Deby tetap menghafal bagian-bagian dari Demian.
“Nona Deby kemarilah, ada yang ingin aku ucapan padamu” ucap James dari tempat duduknya.
Demian yang mash setia duduk di sana dengan kaki menyilang itupun hanya melihat ekpresi Deby yang sedikit aneh. Demian ingat sekali dengan wajah wanita itu. Satu-satunya wanita yang menemaninya di pinggir pantai saat malam terakhirnya di Bali. Demian juga ingat, wanita itu adalah wanita yang bersamanya ketika pagi di hotel tanpa sehelai pakaian.
Deby berjalan pelan memasuki ruangan tersebut, Lea tersenyum sangat lebar, dirinya sedikit memberikan isyarat mata agar Deby duduk di sampinya. Deby kemudian duduk di samping Lea.
“Nona Deby, saya banyak-banyak meminta maaf dan berterimakasih atas apa yang nona lakukan. Saya meminta maaf atas perlakuan saya kemarin ketika mengambil tuxedo sampai nona salah mengambilnya dan mengucapkan terima kasih karena telah membuat tuxedo ya sangat bagus. Saya tidak menyangka akan seperti ini jadinya, sangat di luar bayangan saya” ucap James panjang lebar.
Deby dan Lea yang mendengrnya pun tersenyum, terutama Deby yang di sanjung sangat tinggi, perlu kalian ketahui juga ya pembaca bahwa Deby memang sangat ahli mendesign pakain pria dari pada wanita. Dia dapat mendesign pakaian wanita tetapi tidak sesempurna kekita mendesign pakaian pria.
“Terima kasih tuan James”
“Deby Natasya…” panggil Demian yang membuat semua orang seisi ruangan itu tercengan termasuk sang pemilik nama.
“Apa benar itu namamu nona?” tanyanya dengan mata tajam yang masih tertuju pada Deby, Demian melihat gerak gerik ketakutan dalam diri wanita itu.
“Kau mengenalnya?” Tanya James yang langsung menatap sang kakak.
“Lama tidak bertemu bukan nona Deby” ucapnya dengan tatapan yang masih sama.
“Eh…ehh… Iya tuan, lama tidak ber..temu” jawabnya dengan sedikit gugup.
Jantung Deby berdebar lebih kencang seakan ingin lepas, suaranya terdengar gemetar dan matanya melalang kemanapaun seperti tak ingin nematap Demian.
Demian menyadari perubahan itupun semakin menatapnya tajam. Deby berperilaku berbeda dengan yang terakhir kali dirinya temui.
“Kau masih mengingatku bukan nona, Bali, Lv 8 Resort Hotel, 45 L4, 29 12 16” ucap Demian tegas.
Deby yang mendengarnya pun semakin gemetar, kepalanya menunduk matanya melihat ke lantai jari tanganya mencengkram kuat kemeja bagian bawahnya, kakinya sedikit bergetar.
“Are you oke Deb?” Tanya Lea yang hanya di balas anggukkan dan senyum setipis kapas oleh Deby.
“Ternyata benar itu dirimu… aku kira kita tidak akan pernah bertemu” ucapnya dengan senyum yang sedikit tersungging di bibirnya.
Deby masih dengan posisi yang sama, Lea yang melihatnya mulai berfikir bahwa ada sedikit ke anehan dalam tatapan Demian dan gerakan Deby.
“Momyyyy….” Tiba-tiba felik berlari ke arah Deby dengan Madona yang mengejarnya di belakangnya.
Felik memeluk Deby erat setelah berlari, Madona yang melihatnya pu sedkit ragu, pasalnya dirinya di pesan untuk menjaga Felik, tetapi Felik malah berlari menghampirinya ketika dirinya masih ada klien.
Orang-orang dalam ruang itu sempat terbengong melihat Felik yang lari kearah Deby, dan melihat wajah Felik yang hampir mirip dengan wajah Demian, bak pinang di belah dua hanya beda versi, Felik adalah fersi kecilnya Demian.
“Ini putramu Nona Deby?” Tanya sedikit canggung, dari tadi James melihat Felik yang memang benar-benar mirip sang kakak saat kecil.
“Iya, sayang kenalan dulu… ini namanya tuan James” ucapnya sembari mengangkat tangan Felik.
Belum juga James menjabat tangan mungil itu, Demian leboh dulu berjongkok di hadapan Felik dangan pandangan intens. Matanya melihat wajah anak kecil itu dari mata, hidung, bibir hingga rahang yang memang memiliki bentuk seperti Demian. Felik yang merasa di pandang seperti itupun ketakutan dirinya memeluk sang ibu dengan erat.
“Maaf tuan sepertiannya anak saya ketakutan, saya akan membawanya masuk terlebih dahulu” ucap Deby yang akan berdiri.
“Apa kau hanya akan mengenalkan James padanya?” ucap Demian yang sudah berdiri lebih dulu.
Deby yang mendengarnyapun kaget, dirinya mematung, tenggorokannya menelan ludah dengan susah payah setelah mendengar perkataan Demian. Tetapi di secapat kilat merubahnya.
“Sayang kenalin ini tuan Demian” ucapnya Juga. Felik yang merasa takutpun tak mau melihat kearah Demian, berbeda dengan ketika melihan James.
Sebenarnya muka Demian dan James sama-sama mengerikan tetapi James lebih sering tersenyum maka dari itu dirinya terkesan hangat, berbeda dengan Demian yang sangat kaku dan tatapannya tajam jadi terlihat kejam, tetapi memang aslinya kejam sih.
“Permisi tuan saya akan membawanya masuk terlebih dahulu” ucap Deby yang kemudian menggendong felik dan membawanya keluar ruangan, Madona yang sempat terdiam pun ikut berjalan di belakang Deby.
*
*
*
*
*
Jangan lupa follow, like, coment dan vote author ya. Biar authornya tambah semangat☺️🙏🏻💪🏻
Selamat membaca semoga menghibur
Terimakasih untuk para pembaca dan salam dari FAIRUZ😚
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments
Laurensiaming
lumayan bagus karya u rhor
2021-10-14
1