Episode 16 ~ Niat Damar

...☘️☘️☘️...

"Jadi kamu bertengkar dengan Al karena membela Wulan?

Dhana benar-benar dibuat terperangah dengan semua cerita keponakan sulungnya itu. Ia tidak menyangka kalau Aiziel akan berkelahi dengan Aifa'al hanya karena membela putrinya. Artinya, yang membuat darah tinggi Ammar naik hingga berakhir di rumah sakit seperti ini karena sang putri. Aiziel yang ditanya hanya menganggukan kepalanya dan membuat Dhana terduduk lesu.

"Dhana... kamu baik-baik saja 'kan?" tanya Sadha seraya memegangi tubuh sang adik yang hendak terduduk lemas.

Dhana terdiam, rasa bersalah terhadap sang mas sulung pun tiba-tiba memenuhi hatinya. Melihat Dhana yang hanya terdiam, membuat Ammar, Sadha dan Aiziel saling pandang.

"Dhana... kamu kenapa diam saja Dik? Kamu baik-baik saja 'kan? Jangan diam seperti ini dong. Mas jadi cemas melihat kamu diam!!!" ujar Ammar seraya menjangkau tangan sang adik.

"Maaf Mas..."

Dhana yang terdiam hanya mampu mengucap satu kata sebagai permintaan maaf. Ammar dan Sadha pun saling melempar pandangan.

"Karena membela Wulan, Ziel jadi bertengkar dengan Al dan membuat Mas masuk rumah sakit seperti ini. Dhana benar-benar merasa bersalah, Mas. Maaf, kalau kehadiran Wulan membuat anak-anak Mas jadi tidak akur. Semua ini salah Dhana. Dhana yang belum berhasil membuka hati Mala dan membuat Wulan mencari kasih sayang dari orang lain. Sejak dulu Al juga tidak menerima Wulan di tengah-tengah keluarga kita, tapi Ziel sangat menyayanginya. Mungkin itu yang membuat Al marah karena Ziel perhatian pada Wulan." ujar Dhana yang hanya tertunduk sedih, mengingat nasib malang sang putri.

"Dhana... kamu bicara apa sih? Kamu tidak salah, Al yang keterlaluan. Kenapa dia tidak mau menerima Wulan seperti Ziel? Kenapa Al harus marah kalau Ziel perhatian pada Wulan? Wulan memang putri kamu tapi dia putri Mas juga, Dhana!!! Mau Al menerima Wulan atau tidak sama sekali, itu bukan kesalahan siapa pun. Itu kesalahannya sendiri yang kurang bersyukur dengan kehadiran Wulan di dalam keluarga kita. Kamu jangan seperti ini, Dhana. Mas juga sayang sama Wulan, Mas sayang sama kamu. Kamu lupa dengan perkataan almarhumah Adek, kalau kita harus saling mendukung dan menyayangi walaupun kita sudah mempunyai keluarga masing-masing?" jawab Ammar seraya beranjak duduk karena mendengar penuturan Dhana.

Lolos sudah air mata Dhana. Hatinya yang sangat rapuh bahkan melebihi hati seorang perempuan, bukan lemah tapi pernah terluka dan sampai sekarang luka itu sepertinya belum sembuh hingga masih meninggalkan bekas. Sejak kepergian adik kembarnya, Dhana yang dulunya kuat berubah menjadi Dhana yang rapuh, mudah menangis. Apalagi jika teringat dengan nasib putrinya, seakan luka lama yang belum sembuh semakin terluka dan semakin dalam hingga dirinya sendiri pun tidak bisa menjamin, kapan luka itu akan sembuh.

"Uncle... semua ini salah Ziel. Kalau Ziel bisa mengontrol emosi pasti kejadian seperti ini tidak akan pernah terjadi. Ini bukan kesalahan Uncle atau Wulan. Ini salah Ziel, Uncle." timpal Aiziel seraya meraih tangan Dhana.

"Dhana... kamu tidak perlu menyalahkan diri sendiri. Semua ini hanya kesalahpahaman!!! Jadi tidak ada seorang pun yang salah di sini." timpal Sadha yang ikut meyakinkan sang adik.

"Tapi Mas..."

"Mas tidak mau mendengar perkataan maaf dari mulut kamu lagi, Dik. Sudahlah, biarkan saja semuanya berlalu. Kamu atau pun Wulan tidak salah. Hanya terjadi kesalahpahaman di antara Ziel dan Al. Mungkin semua ini terjadi karena mood Ziel yang buruk, lalu bertemu dengan emosi Al hingga berakhir seperti ini." potong Ammar yang menatap lekat sang adik.

Dhana yang tertunduk seketika mengangkat kepalanya saat mendengar perkataan Ammar. Pikirannya berputar berusaha mencerna kata demi kata dari perkataan Ammar baru saja. Sementara Aiziel yang mendengar itu hanya menghela nafas panjang dan tertunduk lagi.

"Mood Ziel buruk? Kenapa" tanya Dhana yang menoleh ke arah Aiziel.

"Iya, Dhana. Mood Ziel menjadi buruk setelah mendengar cerita Damar tentang sikap Mala pada Wulan. Karena itu juga Ziel mendadak ingin cepat pulang hingga dia berpapasan dengan Al yang mungkin sedang emosi dan terjadi lah pertengkaran itu." jawab Ammar.

Dhana pun menghela nafas kasar seraya bersandar di sandaran kursi. Kini ia sudah mengerti dengan apa yang terjadi saat ini. Bukan Wulan yang menjadi penyebab dari masalah ini, tapi semua berakar dari Mala. Andaikan saja Mala bersikap baik pada Wulan, maka mood Aiziel tidak akan buruk dan Aiziel tidak akan melayani amarah Aifa'al.

"Itu artinya Mala yang salah, Mas." ujar Dhana yang menegakkan kembali posisi duduknya.

"Sudahlah, Dhana. Percuma juga kalau kamu marah dan menyalahkan istrimu sekarang ini. Dia tidak akan mengerti, karena hatinya masih tertutup dengan kebencian tanpa alasan yang jelas pada putrinya sendiri. Mas sampai heran, kenapa Mala menjadi keras hati sekarang ini. Kalau tau seperti ini, Mas tidak akan merestui kamu menikah dengan wanita itu." ujar Sadha yang memang sudah geram dengan Mala.

"Sstttt!!! Kamu itu bicara apa sih Sadha? Mala itu istrinya Dhana!!! Tidak seharusnya kamu bicara seperti itu di depannya!!!" timpal Ammar seraya menepuk lengan Sadha yang berdiri.

"Tapi Mas Sadha benar, Mas. Kalau Dhana tau akan seperti ini jadinya, mungkin Dhana tidak akan mau menikah dengan...." ujar Dhana.

"Stop!!! Itu artinya kamu menyesal, Dhana. Jangan seperti itu, bagaimana pun juga dia sudah menjadi istrimu dan ibu dari anakmu. Kamu harus bisa menerima baik dan buruk sikap istrimu, bukan malah termakan dengan omongan Sadha." potong Ammar yang kesal seraya melirik tajam Sadha.

Sadha yang ikut kesal dengan sikap Mala dan mendapat lirikan tajam dari Ammar pun hanya mendengus kesal. Pasalnya, ia memang tidak habis pikir kalau adik iparnya itu akan berubah. Dan Sadha sangat menyayangkan karena hal ini dialami oleh adik kembarnya sendiri, Dhana.

***

Mesin waktu pun berputar cepat hingga tanpa terasa jam pelajaran telah usai. Para siswa/i menghambur keluar dari kelas hendak menuju kantin untuk mengisi perut mereka yang sejak tadi sudah berperang di dalam sana. Tapi ada juga siswa/i yang tidak pergi ke kantin karena malas atau mungkin mereka membawa bekal makanan sendiri dari rumah. Seperti halnya si anak pemilik sekolah dan ketua geng anak hits di SMP Jaya Mandiri, yang tak lain yaitu Zivana.

Entah sengaja atau tidak, gadis itu masih berada di dalam kelas bersama dua orang teman anggota geng hitsnya itu. Seraya mengeluarkan sesuatu dari dalam tas, Zivana dan dua orang temannya meraih sesuatu dari dalam tas. Namun mata ketiganya tertuju pada Wulan yang masih membereskan bukunya.

"Hmmm, enak banget masakan mama gue. Mama gue memang best deh kalau masalah masak memasak. Enak ya, guys. Kalau bawa bekal makanan sendiri dari rumah, apalagi kalau makanan itu masakan dari ibu sendiri." ujar Zivana yang sengaja mengeraskan suara seraya melirik ke arah Wulan.

"Lo benar sekali, Zi. Masakan mama gue juga enak pake banget malahan. Gue malah merasa rugi kalau makan di kantin terus. Apalagi kalau makanannya tidak enak. Ih.. malas banget deh." jawab salah satu teman geng hits Zivana yang bernama Luna.

"Kalian lihat nih! Bunda gue masak nasi ayam spesial untuk gue. Haduh, gue jadi semangat sekolah kalau seperti ini terus." timpal salah satunya lagi yang bernama Siska seraya ikut melirik ke arah Wulan.

Zivana tersenyum miring dengan tatapan tajam yang tertuju ke arah Wulan. Gadis itu memang sengaja memanas-manasi Wulan, membuatnya cemburu dengan cara seperti ini karena Zivana tau kalau Wulan dibenci oleh ibu kandungnya.

Ini baru permulaan gadis bisu. Gue tau semua tentang lo karena ibu lo sering datang ke sini tapi hanya untuk menjemput Damar, bukan lo. Gue cukup perihatin sih sama kehidupan yang lo jalani, tapi gue suka melihat penderitaan lo. Selama gue ada di sekolah ini, selama itu pula gue akan membuat hidup lo semakin sulit dan menderita. Kita lihat saja nanti. Gumam Zivana dalam hati.

Sesekali Wulan yang masih duduk di tempat duduknya pun menoleh ke arah Zivana dan teman-temannya. Namun di saat itu pula ia menarik kembali matanya setelah bersiborok dengan tatapan tajam gadis itu. Entah kenapa mata Wulan mendadak merah dan memanas ketika melihat Zivana menikmati makan siang hasil masakan ibunya, karena selama ini sang mami hanya memasak untuk mas kembarnya, sedangkan ia hanya bisa mencicipi masakan sang oma dan Bi Iyah. Sungguh malang sekali.

Kapan aku bisa seperti mereka? Membawa bekal makanan sendiri dan hasil masakan Mami. Aku akan bahagia sekali jika Mami membuatkan bekal makanan untukku dan Mas Damar. Aku juga akan bertambah semangat pergi ke sekolah. Ya Allah... kapan Mami akan membuka hatinya untuk menerimaku? Gumam Wulan dalam hati.

Tanpa sadar, bulir bening dari matanya jatuh begitu saja. Namun dengan cepat ia menyeka air mata itu agar tidak terlihat oleh orang lain. Wulan pun memilih untuk beranjak karena tidak ingin melihat atau pun mendengar sindiran dari Zivana dan teman-temannya tentang makanan hasil masakan ibu masing-masing. Karena hal itu tidak akan pernah terjadi di dalam hidupnya.

Melihat Wulan yang berlenggang pergi, keluar dari kelas membuat Zivana dan teman-teman geng hitsnya itu melakukan aksi tos bersama karena berhasil menyinggung perasaan Wulan.

"Zi... gue heran deh sama sikap lo. Bukannya lo bilang kalau lo itu suka sama kakak kembarnya Wulan. Tapi kenapa lo malah membuli adiknya." ujar Luna yang penasaran dengan sikap Zivana.

"Itu dulu!!! Setelah gue berani menyatakan rasa suka gue ke cowok itu, dia malah menolak gue. Dan karena itu gue sakit hati sama Damar. Tapi kalian jangan berani-beraninya membicarakan hal ini pada orang lain! Kalau tidak, kalian akan tau akibatnya!" jawab Zivana seraya menunjuk wajah Luna dan Siska.

Luna dan Siska yang terkena tunjuk pun mendadak ciut dan takut dengan ancaman sang ratu geng. Pasalnya, Zivana memang menyukai Damar dari sejak lama tapi karena ditolak membuat dendam menyelimuti hatinya dan gadis itu ingin membalasnya pada Wulan.

***

"Coba deh kamu lihat ini, Nar. Menurut kamu bagaimana?"

Setelah jam pelajaran berakhir, Damar dan Rainar bergegas menuju kantin sekolah untuk makan siang bersama Wulan. Namun karena yang ditunggu belum datang membuat kedua pria itu belum memesan makanan dan sibuk dengan secarik kertas putih. Rainar pun meraih kertas itu dari tangan Damar lalu membacanya.

"Kamu mau daftar jadi ketua osis periode selanjutnya Mar?" tanya Rainar yang masih terpaku pada kertas di tangannya.

"Iya!!! Menurut kamu bagaimana? Seorang Damar cocok 'kan kalau menjadi ketua osis?" tanya Damar seraya menyibakkan rambutnya.

"Cocok saja sih, tapi apa tujuan kamu untuk mengikuti pendaftaran ketua osis ini?" jawab Rainar yang bertanya balik seraya menoleh.

"Aku ingin merekomendasikan seseorang. Seseorang yang sangat berbakat dan pandai dalam segala hal. Selama ini seseorang itu tidak pernah mendapatkan rekomendasi untuk prestasinya yang lain di sekolah ini karena semua orang menganggapnya tidak pantas. Jadi aku ingin membantu dan mewujudkan mimpi seseorang itu." tutur Damar seraya menangkup wajahnya dan menerawang.

"Memang siapa sih orang yang ingin kamu rekomendasikan itu? Beruntung sekali dia! Apakah dia kekasihmu?" tanya Rainar yang penasaran dan ingin tau sekali siapa orang itu.

"Ah, nanti kamu akan tau sendiri kok siapa orang itu. Yang jelas dia sangat berarti dan berharga di dalam hidupku." jawab Damar.

"Ck!!! Aku yakin kalau seseorang itu pasti kekasihmu!!! Seharusnya yang kamu bantu itu adikmu sendiri, bukan orang lain!!! Wulan juga mempunyai bakar bahkan dia sangat cerdas. Tapi kakak kembarnya malah mementingkan orang lain dibandingkan adiknya sendiri." sungut Rainar seraya memalingkan wajahnya karena jengah dengan sahabatnya itu.

Damar yang masih menangkup wajahnya dan menerawang pun hanya bisa mendengus geli saat mendengar perkataan Rainar. Sahabatnya itu belum tau saja, siapa orang yang dimaksud olehnya. Hingga Damar memilih untuk diam dan tidak ingin memberitahu Rainar.

"Wulan..."

Pandangan mata Damar pun teralih saat sang sahabat melihat lalu memanggil sang adik yang tengah berjalan ke kantin seraya melambaikan tangannya. Melihat sang adik yang berjalan ke arah kantin dengan langkah lebar, membuat Damar merasa heran. Sesekali ia juga melihat sang adik mengusap pipinya seraya berlari ke arah mejanya.

Srek!

Bruk!

Tanpa rem Wulan yang menarik kursi langsung duduk, menghambur ke dalam pelukan Damar. Yang dipeluk pun terkesiap, begitu juga Rainar. Damar yang penasaran pun menoleh ke Rainar, tapi sahabatnya itu hanya mengangkat bahunya tanda tidak tau. Sementara Wulan yang berada di dalam pelukan Damar hanya terdiam namun air matanya selalu saja mengalir tanpa henti.

"Adek... Adek kenapa? Ada apa Dek?"

.

.

.

.

.

Happy Reading All 😇😇😇

Terpopuler

Comments

ZasNov

ZasNov

Semua akar masalahnya adalah Mala, jadi ya yang salah adalah Mala yang memperlakukan Wulan dengan buruk, hingga membuat orang lain pun memperlakukan Wulan lebih buruk 😣
Tapi kalau Shada ga merestui Dhana menikah dengan Mala, ya ga bakal ada Damar sama Wulan dong.. 🤭
Btw tekad Damar kuat juga ya, pasti Wulan yang mau dia rekomendasiin.. Semoga berhasil Damar..🤗

2021-12-19

0

Senja Merona🍂

Senja Merona🍂

wulan, nasibmu sayang 😭 gak mamanya, gak sodaranya.

2021-12-07

0

Yeni Eka

Yeni Eka

Ya ampun jadi Zivana semakin dendam ke wulan krn ditolak kembarannya. Kasihan Wulan, tragis hidupmu nak. Semoga kelak kau akan mendapatkan bahagia

2021-12-03

0

lihat semua
Episodes
1 Episode 1 ~ Aku, Wulan...
2 Episode 2 ~ Bukan Salah Papi
3 Episode 3 ~ Flashback
4 Episode 4 ~ Flashback (2)
5 Episode 5 ~ Flashback (3)
6 Episode 6 ~ Flashback (4)
7 Episode 7 ~ Keluh Kesah Damar
8 Episode 8 ~ Tamu Spesial
9 Episode 9 ~ Lembut, Seperti Sutra
10 Episode 10 ~ Amarah Aiziel
11 Episode 11 ~ Masih Kecewa
12 Episode 12 ~ Andaikan saja...
13 Episode 13 ~ Habis Kesabaran
14 Episode 14 ~ Nilai Ulangan Harian
15 Episode 15 ~ Darah Tinggi
16 Episode 16 ~ Niat Damar
17 Episode 17 ~ Bakat Terpendam Wulan
18 Episode 18 ~ Teringat Seseorang
19 Episode 19 ~ Aifa'al dan Syahil
20 Episode 20 ~ Aksi Budak Cinta
21 Episode 21 ~ Kebenaran Baru
22 Episode 22 ~ Siapa Zivana Sebenarnya
23 Episode 23 ~ Rewards Fantastis
24 Episode 24 ~ Lupa Waktu
25 Episode 25 ~ Hilang
26 Episode 26 ~ Lilitan Kain di Balkon
27 Episode 27 ~ Tersesat
28 Episode 28 ~ Naluri
29 Episode 29 ~ Ketoprak Yang Hilang
30 Episode 30 ~ Kesempatan
31 Episode 31 ~ Empat Mata
32 Episode 32 ~ Pulang
33 Episode 33 ~ One Step Closer
34 Episode 34 ~ Firasat
35 Episode 35 ~ Tabrak Lari
36 Episode 36 ~ Bertemu
37 Episode 37 ~ Hukum Cambuk
38 Episode 38 ~ Akhirnya Sadar
39 Episode 39 ~ Geram
40 Episode 40 ~ Kapten Oleng
41 Episode 41 ~ Salah Memilih Orang
42 Episode 42 ~ Apakah Ini Pertanda?
43 Episode 43 ~ Mabuk
44 Episode 44 ~ Partai Pelindung
45 Episode 45 ~ Kotak Buku Lama
46 Episode 46 ~ Kepingan Masa Lalu
47 Episode 47 ~ Memberitahu Papi
48 Episode 48 ~ Gelagat Aneh
49 Episode 49 ~ Brownies Coklat
50 Episode 50 ~ Gelap Mata Lagi
51 Episode 51 ~ Ayah dan Ibu Harus Tau!
52 Episode 52 ~ Dekapan Oma
53 Episode 53 ~ Yang Dirindukan, Datang!
54 Episode 54 ~ Keputusan Dhana
55 Episode 55 ~ Pembagian Raport
56 Episode 56 ~ Bertindak Adil
57 Episode 57 ~ Terkepung
58 Episode 58 ~ Kedatangan Orang Jauh
59 Episode 59 ~ Ide Yang Brilliant
60 Episode 60 ~ Si Kembar Belum Pulang
61 Episode 61 ~ Petunjuk Alat Pelacak
62 Episode 62 ~ Do'a Bapak Paruh Baya
63 Episode 63 ~ Rekaman CCTV
64 Episode 64 ~ Dituduh
65 Episode 65 ~ Kecurigaan Syahil
66 Episode 66 ~ Mempercayai Aifa'al
67 Episode 67 ~ Balada Wanita Dewasa
68 Episode 68 ~ Mata-mata
69 Episode 69 ~ Sakit Parah
70 Episode 70 ~ Kabar Dari Aifa'al
71 Episode 71 ~ Ikut Tertangkap
72 Episode 72 ~ Rencana Penyelamatan
73 Episode 73 ~ Jepitan Rambut
74 Visual dan Sedikit Kabar
75 Episode 74 ~ Terus Mengingkari
76 Episode 75 ~ Teringat Rencana Gibran
77 Episode 76 ~ Pria Asing di Basecamp
78 Episode 77 ~ Misi Berikutnya
79 Episode 78 ~ Kekejaman Bima
80 Episode 79 ~ Pikiran Buruk
81 Episode 80 ~ Nama Lainnya
82 Episode 81 ~ Pertumpahan Darah
83 Episode 82 ~ Licik dan Jahat
84 Episode 83 ~ Ada Bom!!!
85 Episode 84 ~ Rel Kereta Api
86 Episode 85 ~ Posisi Sulit
87 Episode 86 ~ Membentuk Grup
88 Episode 87 ~ Huufff...
89 Episode 88 ~ Tertembak
90 Episode 89 ~ Rasa Bersalah
91 Episode 90 ~ Peringatan Keras
92 Episode 91 ~ Sindrom PTSD
93 Episode 92 ~ Sketsa Rahasia
94 Episode 93 ~ Bram CS Zivana
95 Episode 94 ~ Butuh Waktu
96 Episode 95 ~ Ingin Menyusul Dhina
97 Episode 96 ~ Tidak Ditutupi Lagi
98 Episode 97 ~ Tingkah Pasutri Absurd
99 Episode 98 ~ Terselip Kisah Pilu
100 Episode 99 ~ Harus Berpencar
101 Episode 100 ~ Hancur!!!
102 Episode 101 ~ Memohon
103 Episode 102 ~ Berita Pagi
104 Episode 103 ~ Masih Sama
105 Episode 104 ~ Psikoterapi
106 Episode 105 ~ Tegarlah!!!
107 Episode 106 ~ Imam dan Dhina
108 Episode 107 ~ Video Terakhir
109 Episode 108 ~ Imam Pamit
110 Episode 109 ~ Kunjungan Dimas
111 Episode 110 ~ Kecanggihan Teknologi
112 Episode 111 ~ Luka Tak Kasat Mata
113 Episode 112 ~ Ingin Ke Makam
114 Episode 113 ~ Mimpi kah?
115 Episode 114 ~ Tiger VC Black Moon
116 Episode 115 ~ Yasinan dan Teror (Spesial)
117 Episode 116 ~ Isi Kotak Teror
118 Episode 117 ~ Masuk Sekolah Lagi
119 Episode 118 ~ Kekecewaan Hati
120 Episode 119 ~ Keluhan Black Moon
121 Episode 120 ~ Menolong Wanita Asing
122 Episode 121 ~ Air Mata Penyesalan
123 Episode 122 ~ Namanya Rumi
124 Episode 123 ~ Kalah Cepat
125 Episode 124 ~ Ketulusan Sosok Ibu
126 Episode 125 ~ Berusaha Menyadarkan
127 Episode 126 ~ Pelukan Terhangat
128 Episode 127 ~ Suapan Mami
129 Episode 128 ~ Makan Malam Spesial
130 Episode 129 ~ Anak Muda vc Orang Tua
131 Episode 130 ~ Pencarian
132 Episode 131 ~ Cara Bersyukur
133 Episode 132 ~ Sensitive
134 Episode 133 ~ Jebakan
135 Episode 134 ~ Pukulan Dendam
136 Episode 135 ~ Terluka
137 Episode 136 ~ Mobil di Depan Gerbang
138 Episode 137 ~ Penjelasan
139 Episode 138 ~ Terjebak Sendiri
140 Episode 139 ~ Kertas Kuning
141 Episode 140 ~ Permohonan Rumi
142 Episode 141 ~ Tekad Bram
143 Episode 142 ~ Menyampaikan Pesan
144 Episode 143 ~ Cip
145 Episode 144 ~ Bagi Tugas
146 Episode 145 ~ Iblis Berwujud Manusia
147 Episode 146 ~ Aksi Diam-diam
148 Episode 147 ~ Gedung Kosong
149 Episode 148 ~ Takdir Gadis Bisu
150 Episode 149 ~ Headshot
151 Episode 150 ~ Niat Baik Dhana
152 Episode 151 ~ Acara Perpisahan
153 Episode 152 ~ Acara Perpisahan 2
154 Surat Cinta Author
155 Season 2 {Episode 1 ~ Perjalanan Baru}
156 Season 2 {Episode 2 ~ Trauma Damar}
157 Season 2 {Episode 3 ~ Datang Kembali}
158 Season 2 {Episode 4 ~ Hari yang Baru}
159 Season 2 {Episode 5 ~ Tak Terkendali}
160 Season 2 {Episode 6 ~ Ancaman Lagi}
161 Season 2 {Episode 7 ~ Toko Buku}
162 Season 2 {Episode 8 ~ Arahan Hati}
163 Season 2 {Episode 9 ~ Kacau}
164 Season 2 {Episode 10 ~ Berebut Salah}
165 Season 2 {Episode 11 ~ Sumpah Bima}
166 Season 2 {Episode 12 ~ Masih Berusaha}
167 Season 2 {Episode 13 ~ Berita Baru}
168 Season 2 {Episode 14 ~ CCTV Tersembunyi}
169 Season 2 {Episode 15 ~ Pagi-pagi}
170 Season 2 {Episode 16 ~ Bimbingan}
171 Season 2 {Episode 17 ~ Bertemu}
172 Seaaon 2 {Episode 18 ~ Gejala Aneh}
173 Visual Tokoh Season 2
174 Season 2 {Episode 19 ~ Drop}
175 Season 2 {Episode 20 ~ Takut Terulang}
176 Season 2 {Episode 21 ~ Penyakit Langka}
177 Season 2 {Episode 22 ~ Frustasi}
178 Season 2 {Episode 23 ~ Ujian}
179 Season 2 {Episede 24 ~ Penuh Emosional}
Episodes

Updated 179 Episodes

1
Episode 1 ~ Aku, Wulan...
2
Episode 2 ~ Bukan Salah Papi
3
Episode 3 ~ Flashback
4
Episode 4 ~ Flashback (2)
5
Episode 5 ~ Flashback (3)
6
Episode 6 ~ Flashback (4)
7
Episode 7 ~ Keluh Kesah Damar
8
Episode 8 ~ Tamu Spesial
9
Episode 9 ~ Lembut, Seperti Sutra
10
Episode 10 ~ Amarah Aiziel
11
Episode 11 ~ Masih Kecewa
12
Episode 12 ~ Andaikan saja...
13
Episode 13 ~ Habis Kesabaran
14
Episode 14 ~ Nilai Ulangan Harian
15
Episode 15 ~ Darah Tinggi
16
Episode 16 ~ Niat Damar
17
Episode 17 ~ Bakat Terpendam Wulan
18
Episode 18 ~ Teringat Seseorang
19
Episode 19 ~ Aifa'al dan Syahil
20
Episode 20 ~ Aksi Budak Cinta
21
Episode 21 ~ Kebenaran Baru
22
Episode 22 ~ Siapa Zivana Sebenarnya
23
Episode 23 ~ Rewards Fantastis
24
Episode 24 ~ Lupa Waktu
25
Episode 25 ~ Hilang
26
Episode 26 ~ Lilitan Kain di Balkon
27
Episode 27 ~ Tersesat
28
Episode 28 ~ Naluri
29
Episode 29 ~ Ketoprak Yang Hilang
30
Episode 30 ~ Kesempatan
31
Episode 31 ~ Empat Mata
32
Episode 32 ~ Pulang
33
Episode 33 ~ One Step Closer
34
Episode 34 ~ Firasat
35
Episode 35 ~ Tabrak Lari
36
Episode 36 ~ Bertemu
37
Episode 37 ~ Hukum Cambuk
38
Episode 38 ~ Akhirnya Sadar
39
Episode 39 ~ Geram
40
Episode 40 ~ Kapten Oleng
41
Episode 41 ~ Salah Memilih Orang
42
Episode 42 ~ Apakah Ini Pertanda?
43
Episode 43 ~ Mabuk
44
Episode 44 ~ Partai Pelindung
45
Episode 45 ~ Kotak Buku Lama
46
Episode 46 ~ Kepingan Masa Lalu
47
Episode 47 ~ Memberitahu Papi
48
Episode 48 ~ Gelagat Aneh
49
Episode 49 ~ Brownies Coklat
50
Episode 50 ~ Gelap Mata Lagi
51
Episode 51 ~ Ayah dan Ibu Harus Tau!
52
Episode 52 ~ Dekapan Oma
53
Episode 53 ~ Yang Dirindukan, Datang!
54
Episode 54 ~ Keputusan Dhana
55
Episode 55 ~ Pembagian Raport
56
Episode 56 ~ Bertindak Adil
57
Episode 57 ~ Terkepung
58
Episode 58 ~ Kedatangan Orang Jauh
59
Episode 59 ~ Ide Yang Brilliant
60
Episode 60 ~ Si Kembar Belum Pulang
61
Episode 61 ~ Petunjuk Alat Pelacak
62
Episode 62 ~ Do'a Bapak Paruh Baya
63
Episode 63 ~ Rekaman CCTV
64
Episode 64 ~ Dituduh
65
Episode 65 ~ Kecurigaan Syahil
66
Episode 66 ~ Mempercayai Aifa'al
67
Episode 67 ~ Balada Wanita Dewasa
68
Episode 68 ~ Mata-mata
69
Episode 69 ~ Sakit Parah
70
Episode 70 ~ Kabar Dari Aifa'al
71
Episode 71 ~ Ikut Tertangkap
72
Episode 72 ~ Rencana Penyelamatan
73
Episode 73 ~ Jepitan Rambut
74
Visual dan Sedikit Kabar
75
Episode 74 ~ Terus Mengingkari
76
Episode 75 ~ Teringat Rencana Gibran
77
Episode 76 ~ Pria Asing di Basecamp
78
Episode 77 ~ Misi Berikutnya
79
Episode 78 ~ Kekejaman Bima
80
Episode 79 ~ Pikiran Buruk
81
Episode 80 ~ Nama Lainnya
82
Episode 81 ~ Pertumpahan Darah
83
Episode 82 ~ Licik dan Jahat
84
Episode 83 ~ Ada Bom!!!
85
Episode 84 ~ Rel Kereta Api
86
Episode 85 ~ Posisi Sulit
87
Episode 86 ~ Membentuk Grup
88
Episode 87 ~ Huufff...
89
Episode 88 ~ Tertembak
90
Episode 89 ~ Rasa Bersalah
91
Episode 90 ~ Peringatan Keras
92
Episode 91 ~ Sindrom PTSD
93
Episode 92 ~ Sketsa Rahasia
94
Episode 93 ~ Bram CS Zivana
95
Episode 94 ~ Butuh Waktu
96
Episode 95 ~ Ingin Menyusul Dhina
97
Episode 96 ~ Tidak Ditutupi Lagi
98
Episode 97 ~ Tingkah Pasutri Absurd
99
Episode 98 ~ Terselip Kisah Pilu
100
Episode 99 ~ Harus Berpencar
101
Episode 100 ~ Hancur!!!
102
Episode 101 ~ Memohon
103
Episode 102 ~ Berita Pagi
104
Episode 103 ~ Masih Sama
105
Episode 104 ~ Psikoterapi
106
Episode 105 ~ Tegarlah!!!
107
Episode 106 ~ Imam dan Dhina
108
Episode 107 ~ Video Terakhir
109
Episode 108 ~ Imam Pamit
110
Episode 109 ~ Kunjungan Dimas
111
Episode 110 ~ Kecanggihan Teknologi
112
Episode 111 ~ Luka Tak Kasat Mata
113
Episode 112 ~ Ingin Ke Makam
114
Episode 113 ~ Mimpi kah?
115
Episode 114 ~ Tiger VC Black Moon
116
Episode 115 ~ Yasinan dan Teror (Spesial)
117
Episode 116 ~ Isi Kotak Teror
118
Episode 117 ~ Masuk Sekolah Lagi
119
Episode 118 ~ Kekecewaan Hati
120
Episode 119 ~ Keluhan Black Moon
121
Episode 120 ~ Menolong Wanita Asing
122
Episode 121 ~ Air Mata Penyesalan
123
Episode 122 ~ Namanya Rumi
124
Episode 123 ~ Kalah Cepat
125
Episode 124 ~ Ketulusan Sosok Ibu
126
Episode 125 ~ Berusaha Menyadarkan
127
Episode 126 ~ Pelukan Terhangat
128
Episode 127 ~ Suapan Mami
129
Episode 128 ~ Makan Malam Spesial
130
Episode 129 ~ Anak Muda vc Orang Tua
131
Episode 130 ~ Pencarian
132
Episode 131 ~ Cara Bersyukur
133
Episode 132 ~ Sensitive
134
Episode 133 ~ Jebakan
135
Episode 134 ~ Pukulan Dendam
136
Episode 135 ~ Terluka
137
Episode 136 ~ Mobil di Depan Gerbang
138
Episode 137 ~ Penjelasan
139
Episode 138 ~ Terjebak Sendiri
140
Episode 139 ~ Kertas Kuning
141
Episode 140 ~ Permohonan Rumi
142
Episode 141 ~ Tekad Bram
143
Episode 142 ~ Menyampaikan Pesan
144
Episode 143 ~ Cip
145
Episode 144 ~ Bagi Tugas
146
Episode 145 ~ Iblis Berwujud Manusia
147
Episode 146 ~ Aksi Diam-diam
148
Episode 147 ~ Gedung Kosong
149
Episode 148 ~ Takdir Gadis Bisu
150
Episode 149 ~ Headshot
151
Episode 150 ~ Niat Baik Dhana
152
Episode 151 ~ Acara Perpisahan
153
Episode 152 ~ Acara Perpisahan 2
154
Surat Cinta Author
155
Season 2 {Episode 1 ~ Perjalanan Baru}
156
Season 2 {Episode 2 ~ Trauma Damar}
157
Season 2 {Episode 3 ~ Datang Kembali}
158
Season 2 {Episode 4 ~ Hari yang Baru}
159
Season 2 {Episode 5 ~ Tak Terkendali}
160
Season 2 {Episode 6 ~ Ancaman Lagi}
161
Season 2 {Episode 7 ~ Toko Buku}
162
Season 2 {Episode 8 ~ Arahan Hati}
163
Season 2 {Episode 9 ~ Kacau}
164
Season 2 {Episode 10 ~ Berebut Salah}
165
Season 2 {Episode 11 ~ Sumpah Bima}
166
Season 2 {Episode 12 ~ Masih Berusaha}
167
Season 2 {Episode 13 ~ Berita Baru}
168
Season 2 {Episode 14 ~ CCTV Tersembunyi}
169
Season 2 {Episode 15 ~ Pagi-pagi}
170
Season 2 {Episode 16 ~ Bimbingan}
171
Season 2 {Episode 17 ~ Bertemu}
172
Seaaon 2 {Episode 18 ~ Gejala Aneh}
173
Visual Tokoh Season 2
174
Season 2 {Episode 19 ~ Drop}
175
Season 2 {Episode 20 ~ Takut Terulang}
176
Season 2 {Episode 21 ~ Penyakit Langka}
177
Season 2 {Episode 22 ~ Frustasi}
178
Season 2 {Episode 23 ~ Ujian}
179
Season 2 {Episede 24 ~ Penuh Emosional}

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!