...🍁🍁🍁...
"Ziel yang bertengkar dengan Al, Uncle!!!"
Ammar, Sadha dan Dhana pun terkesiap saat mendengar suara Aiziel yang berdiri di depan pintu ruang UGD. Ketiganya serentak menoleh ke arah Aiziel yang berjalan masuk mendekati tempat tidur sang daddy. Wajah anak sulung Ammar itu terlihat sendu karena menyesal.
"Ziel... apa maksud kamu Nak? Kenapa kamu bertengkar dengan adik kamu?" tanya Dhana seraya beranjak dan meraih bahu keponakan sulungnya itu.
Aiziel yang tampak sendu pun menghela nafas kasar seraya melihat ke arah sang daddy. Yang dilihat pun tampak mengangguk dan mengulas senyum, seakan membiarkan dirinya bercerita.
...~Flashback On~...
POV Aiziel
Niatku untuk berlama-lama di rumah Opa dan Oma tadi malam hilang saat mendengar cerita Damar tentang sikap Anty Mala pada Wulan. Aku benar-benar marah dan emosi, rasanya ingin sekali melabrak Anty Mala dan mencerca wanita yang berstatus sebagai anty-ku itu dengan ribuan kata-kata pedas agar dia sadar betapa berharganya Wulan. Namun sayang, Wulan tidak membiarkan aku melakukan itu. Apalagi di depan Daddy, Mommy, Opa, Oma dan Uncle Dhana yang tak lain suaminya Anty Mala.
Setelah banyak bercerita dengan Damar dan Wulan di halaman samping, akhirnya aku pun memilih untuk pulang dan mengajak Mommy serta Daddy yang masih asyik mengobrol. Kekesalan yang menyeruak penuh di dalam hatiku membuat moodku hancur berantakan. Aku muak melihat wajah Anty Mala yang sok manis padaku, tapi jahat pada putrinya sendiri.
Untung saja Daddy dan Mommy mengerti, dengan hanya melihat sikap dinginku pada Anty Mala saat hendak beranjak pulang.
Di sepanjang perjalanan, aku hanya diam dan sibuk mengutuki sikap Anty Mala yang belum berubah sampai detik ini. Sebenarnya wanita yang berstatus sebagai istri dari uncle-ku itu adalah wanita yang ramah dan lemah lembut. Hampir mirip dengan sifat Mommy. Ternyata aku salah besar, sikap Anty Mala yang buruk seakan keluar setelah ia melahirkan. Sampai masuk ke halaman rumah pun aku masih mengutuki sikap Anty Mala yang keterlaluan dan membuatku tidak sadar kalau mobil yang dikendarai oleh Daddy sudah sampai.
Setelah mobil berhenti, aku langsung keluar dari mobil dan berjalan cepat masuk. Namun Daddy menghalangi langkahku dan meminta penjelasan dari semua sikapku sejak keluar dari rumah Opa dan Oma. Aku tidak punya pilihan lain, selain menceritakan semuanya pada Daddy dan Mommy.
Aku yakin mereka mengerti dengan sikapku dan ternyata benar, mereka sudah menebak apa yang ada di dalam pikiranku saat keluar, pulang dari rumah Opa dan Oma. Masalahku dengan Daddy pun selesai setelah semuanya kuceritakan pada mereka.
Karena merasa lelah, aku pun memilih untuk masuk ke dalam kamarku yang berada di atas.
"Baru pulang Mas?"
Suara yang tidak asing itu menyapaku saat aku baru saja hendak menekan gagang pintu. Lalu...
"Kamu belum tidur Al? Ini sudah larut loh. Besok kamu kuliah 'kan?" tanyaku seraya berjalan menghampiri pria yang wajahnya cukup mirip denganku.
Dia lah Aifa'al, adik bungsuku yang berstatus sebagai mahasiswa di salah satu universitas yang ada di Jakarta. Siapa sih yang tidak tau dengan Al? Bocah kecil yang berusia 5 tahun saat itu. Namun bocah berusia 5 tahun itu kini sudah berubah menjadi sosok pria tampan.
Kulihat Al yang berjalan ke arahku. Sepertinya aku juga melihat seringai di wajahnya sekilas. Tapi aku berusaha untuk berpikiran positif dan tidak menuduh adikku itu.
"Sejak kapan Mas peduli dengan kuliah Al? Bukannya Mas hanya peduli dengan gadis kecil kesayangan Mas yang cacat itu?! tanyanya lagi yang semakin jelas seringai tajam di wajahnya.
Kutarik kembali kata-kataku untuk berpikiran positif terhadap adik bungsuku itu. Ternyata feelingku benar, kalau sifat Al masih sama seperti yang dulu. Dia juga tidak menerima kehadiran Wulan di tengah-tengah keluarga besar, sama seperti Anty Mala. Namun aku berusaha untuk tenang dan tidak terpancing emosi dengan perkataan Al yang keterlaluan.
"Apa maksudmu, Dik? Kenapa kamu bicara seperti itu hah? Wulan itu adik kamu, dia keluarga kita, dia adik kita. Ternyata kamu belum sadar juga ya. Kamu masih sama saja dengan Anty Mala!!! Sama-sama kejam dan tidak punya hati nurani!!!
Gelak tawa Al pecah dan terdengar sangat menggelegar di telinga siapa saja yang mendengarnya seraya membentang kedua tangan. Aku yang melihatnya pun hanya bisa mengeryitkan dahi karena heran. Tapi sikap adikku yang seperti ini memang tidak asing bagiku. Sejak Al masuk ke SMA, sikap anak bungsu daddy-ku itu memang berubah jauh. Dalam sekejap mata Al berubah menjadi anak yang pembangkang, tidak jarang Al berdebat dengan Daddy maupun Mommy setiap hari hanya karena sikapnya yang seperti berandal nakal. Dia memang nakal sekaligus berandal karena sejak masuk ke SMA, Al bergabung di dalam geng motor liar yang sering membuat keributan di mana saja sesuka hati mereka.
Satu hal lagi, setelah mendengar cerita Daddy kalau Wulan dinyatakan tidak bisa bicara oleh dokter, sikap Al berubah pada Wulan. Dengan sendirinya, Al berubah menjadi dingin, bahkan sering membuat Wulan menangis jika bertemu. Karena itulah dia tertawa keras seperti ini.
"Mas... Mas... gadis cacat itu bukan adikku. Bahkan Anty Mala saja tidak mengakuinya. Apalagi aku. Mas Ziel saja yang terlalu lebay dan berpura-pura menyayangi gadis itu. Mas kasihan 'kan sama dia? Karena itu sikap Mas berlebihan seperti ini sampai lupa kalau Mas juga punya adik di rumah."
Tanganku mengepal kuat ketika mendengar racauan Al yang semakin membuat moodku buruk dan hancur berkeping-keping. Belum pulih moodku yang hancur karena Anty Mala, sekarang Al yang semakin meluluhlantakan moodku dan membuat emosiku memuncak.
"Jaga bicara kamu, Al!!! Kalau kamu tidak suka dengan kehadiran Wulan di tengah-tengah kita, kamu diam saja dan jangan banyak bicara atau Mas tidak akan segan lagi untuk..."
"Untuk apa Mas? Oh, Mas Ziel ingin memukul Al? Oke, Mas. Pukul Al sekarang!!! Pukul, Mas!"
Emosiku yang memuncak merambat pada Al hingga emosinya pun ikut memuncak bahkan melebihi emosiku. Matanya memerah, tajam menatapku dan menantangku. Dengan usaha yang cukup keras, aku berusaha untuk tenang dan mengontrol emosiku. Namun sayangnya, emosi Al semakin tersulut dan mendorongku.
"Dasar adik tidak tau diri!!!" tandasku yang semakin naik pitam karena Al mendorong tubuhku hingga terjatuh.
Secepat angin aku pun beranjak dan meraih kerah baju Al. Anak itu hanya menyeringai, menatapku dengan tajam seperti ingin sekali menghabisiku saat itu juga. Sudah beberapa kali aku bertengkar dengannya seperti ini dan itu terjadi sebelum akhirnya aku berangkat ke luar kota untuk menyelesaikan kuliahku.
Bugh!
Satu pukulan tanganku yang mengepal kuat sejak tadi, menyimpan semua kekuatan di dalamnya kini mendarat indah tepat di wajah adik bungsuku itu. Al terhuyung ke belakang dan tubuhnya terpojok ke dinding. Namun seringai tajam dan gila itu tidak hilang dari bibirnya yang terdapat noda merah karena pukulan tanganku. Aku pun mengungkung kuat tubuhnya hingga terpojok dan terkunci.
Bugh!
Namun kaki Al melayang dan mendarat tepat di perutku. Keras kakinya membuatku terhuyung dan jatuh seketika. Perkelahian di antara kami terus berlanjut, tidak ada yang mau mengalah. Di antara aku dan Al, kami sama-sama telah mewarisi sifat arogan Daddy yang terkenal ganas saat emosi. Perkelahian terus berlanjut.
"Hentikan!!!"
Aku dan Al yang sudah penuh dengan luka memar di wajah masing-masing langsung menoleh ke arah sumber suara. Terhenyak, seketika tubuhku melemah saat melihat air mata Mommy yang datang bersama Daddy, jatuh dari pelupuk matanya karena melihat kami berkelahi. Sementara Daddy, pria yang telah mewarisi kami sifat arogan nya tampak sangat marah seraya menatap kami dengan tatapan intimidasi.
Mata Daddy memerah, tangannya pun ikut mengepal kuat sepertinya emosi Daddy akan mengalahkan emosiku malam ini. Sementara Mommy hanya menatap nanar ke arahku dan Al. Keduanya pun berjalan mendekati kami dan aku langsung melepaskan kerah baju Al.
Plak!
Plak!
Seperti mendapat jackpot, tangan kekar Daddy akhirnya mendarat di pipiku dan pipi Al secara bergantian. Setelah mendapat pukulan-pukulan dari Al, begitu pula dengan Al yang mendapat pukulan dari tanganku, kini tangan Daddy yang memberikan bonusnya di pipi kami.
"Sejak kapan Daddy mengajari kalian untuk berkelahi seperti, hah?! Sejak kapan? Sejak kapan kalian berani bertengkar di rumah ini? Jawab Daddy!!!" serkas Daddy yang tersulut emosi dan itu sangat terlihat jelas di matanya.
"Maaf Daddy..."
Hanya kata maaf yang bisa kukatakan pada Daddy karena rasa bersalahku yang datang tiba-tiba bersamaan dengan jatuhnya air mata Mommy. Wanita yang melahirkan aku dan Al hanya diam, tatapannya penuh makna yang memancarkan sinar kekecewaan pada putra sulungnya ini.
"Kenapa kalian bertengkar? Apa kalian sudah lupa dengan waktu? Ini sudah larut malam!!!" tandas Daddy lagi seraya mendorongku dan mendorong Al juga secara bergantian.
"Mas Ziel yang lebih dulu memukul Al, Daddy." jawab Al seraya menatapku dengan tajamnya.
"Al yang kurang ajar, Daddy. Dia menghina Wulan di depan Ziel. Bagaimana Ziel bisa diam?" tandasku yang tidak ingin mengalah.
"Jadi kamu menghina Wulan lagi, Al? Mau sampai kapan sih Nak? Wulan juga adikmu. Kenapa kamu menghinanya terus?" timpal Mommy yang akhirnya angkat bicara.
Aku sangat mengenal sifat Al, sekeras apa pun hati anak itu, dia tidak akan sanggup melawan Mommy atau Daddy walaupun sudah pernah dilakukannya. Al pun hanya mendengus kesal, tatapan tajamnya tak beralih dariku yang ikut menatapnya. Sepersekian detik kemudian, Al beranjak dan memilih untuk masuk ke kamar. Tidak hanya itu, pintu kamar pun menjadi alat pelampiasan kekesalannya yang tidak tuntas.
Aku hanya bisa menghela nafas panjang dan mataku teralih saat sayup-sayup suara nafas Daddy yang terdengar aneh. Kugiring mataku ke arah Daddy yang tengah memijit pelipisnya. Sepertinya kepala Daddy sakit karena melihat pertengkaran di antara aku dan adikku sendiri.
Bruk!
Mommy terpekik kuat saat Daddy ambruk dan pingsan tak sadarkan diri. Malam yang masih panjang, yang seharusnya kujadikan sebagai waktu untuk beristirahat harus berakhir kacau seperti ini. Tanpa berpikir lagi, aku dan Mommy pun bergegas membawa Daddy ke rumah sakit. Sementara Al, aku tidak bisa berpikir jernih lagi di saat situasi genting seperti ini. Biarkan saja anak itu di rumah agar dia juga bisa merenung dan menyadari kesalahannya.
Awalnya aku ingin memberitahu Opa tentang hal ini, tapi Mommy melarangku karena tidak ingin membuat Opa dan Oma khawatir dengan kondisi Daddy. Yang membuatku bersyukur sekaligus menyesal adalah kondisi daddy-ku yang baik-baik saja walaupun darah tingginya naik namun aku menyesal karena aku lah yang menyebabkan Daddy menjadi seperti ini. Andai saja aku tidak tersulut emosi dan bertengkar hebat sampai memukul adikku, mungkin saat ini Daddy dan Mommy bisa beristirahat dengan tenang di rumah. Tapi karena kecerobohanku, darah tinggi Daddy kumat dan membuat Daddy anfal seperti ini.
Aku memang menyesal tapi aku juga sadar, kesalahan sepenuhnya tidak berada tepat di pundakku, tapi kesalahan yang terjadi karena sikap Al yang semakin lama semakin buruk. Dan aku harus membicarakan hal ini secara baik-baik dengannya, mungkin suatu saat!!!
...~Flashback Off~...
"Jadi kamu bertengkar dengan Al karena membela Wulan?"
.
.
.
.
.
Happy Reading All 😇😇😇
Ternyata bukan hanya Mala yang membenci Wulan, tapi Aifa'al juga🤧 kasihan Wulan🥺
Jeng, jeng, jeng 🥳 udah masuk episode 15 saja ya ngak terasa, gimana kisahnya Wulan? Kalian suka ngak? Semoga aja suka ya 😘😘
Terima kasih 🙏🙏 author ucapkan untuk para sahabat semuanya yang udah mengikuti Wulan, dalam cerita Wulan ini author ngak hanya fokus ke Wulan aja, tapi semuanya. Jadi hampir sama lah dengan novel pertama dan semoga kalian suka ya dengan novel sekuel ini🥰🥰🥰 terima kasih karena selalu mendukung author cilik ini yang masih banyak terdapat kesalahan 🥲🥲 tanpa dukungan kalian semua, author ngak bisa apa-apa😘 semangat terus untuk kalian juga, safe healthy dan selalu pakai masker😷
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 179 Episodes
Comments
ZasNov
Al iri, karena Aiziel menyayangi Wulan.. Padahal kenapa dia tidak sama2 menyayangi Wulan seperti Aiziel 😥
Aiziel juga menyayangi Al Kok..
Kasian banget Wulan, banyak orang membencinya karena kekurangannya. Sedih banget..😩
Aiziel berantem sama Al, sampai bikin Ammar hipertensi.. 😣
2021-12-19
0
Yeni Eka
Al kenapa malah ikutan onty mala sih.
Nambah satu deh, penjahat bagi Wulan
2021-12-03
0
Senja Merona🍂
wulan nasibmu begitu menyedihkan 😭 apakah orang yg terlahir dengan berbeda harus mendapatkan kebencian dan penghinaan?
2021-11-29
0