Episode 15 ~ Darah Tinggi

...🍁🍁🍁...

"Ziel yang bertengkar dengan Al, Uncle!!!"

Ammar, Sadha dan Dhana pun terkesiap saat mendengar suara Aiziel yang berdiri di depan pintu ruang UGD. Ketiganya serentak menoleh ke arah Aiziel yang berjalan masuk mendekati tempat tidur sang daddy. Wajah anak sulung Ammar itu terlihat sendu karena menyesal.

"Ziel... apa maksud kamu Nak? Kenapa kamu bertengkar dengan adik kamu?" tanya Dhana seraya beranjak dan meraih bahu keponakan sulungnya itu.

Aiziel yang tampak sendu pun menghela nafas kasar seraya melihat ke arah sang daddy. Yang dilihat pun tampak mengangguk dan mengulas senyum, seakan membiarkan dirinya bercerita.

...~Flashback On~...

POV Aiziel

Niatku untuk berlama-lama di rumah Opa dan Oma tadi malam hilang saat mendengar cerita Damar tentang sikap Anty Mala pada Wulan. Aku benar-benar marah dan emosi, rasanya ingin sekali melabrak Anty Mala dan mencerca wanita yang berstatus sebagai anty-ku itu dengan ribuan kata-kata pedas agar dia sadar betapa berharganya Wulan. Namun sayang, Wulan tidak membiarkan aku melakukan itu. Apalagi di depan Daddy, Mommy, Opa, Oma dan Uncle Dhana yang tak lain suaminya Anty Mala.

Setelah banyak bercerita dengan Damar dan Wulan di halaman samping, akhirnya aku pun memilih untuk pulang dan mengajak Mommy serta Daddy yang masih asyik mengobrol. Kekesalan yang menyeruak penuh di dalam hatiku membuat moodku hancur berantakan. Aku muak melihat wajah Anty Mala yang sok manis padaku, tapi jahat pada putrinya sendiri.

Untung saja Daddy dan Mommy mengerti, dengan hanya melihat sikap dinginku pada Anty Mala saat hendak beranjak pulang.

Di sepanjang perjalanan, aku hanya diam dan sibuk mengutuki sikap Anty Mala yang belum berubah sampai detik ini. Sebenarnya wanita yang berstatus sebagai istri dari uncle-ku itu adalah wanita yang ramah dan lemah lembut. Hampir mirip dengan sifat Mommy. Ternyata aku salah besar, sikap Anty Mala yang buruk seakan keluar setelah ia melahirkan. Sampai masuk ke halaman rumah pun aku masih mengutuki sikap Anty Mala yang keterlaluan dan membuatku tidak sadar kalau mobil yang dikendarai oleh Daddy sudah sampai.

Setelah mobil berhenti, aku langsung keluar dari mobil dan berjalan cepat masuk. Namun Daddy menghalangi langkahku dan meminta penjelasan dari semua sikapku sejak keluar dari rumah Opa dan Oma. Aku tidak punya pilihan lain, selain menceritakan semuanya pada Daddy dan Mommy.

Aku yakin mereka mengerti dengan sikapku dan ternyata benar, mereka sudah menebak apa yang ada di dalam pikiranku saat keluar, pulang dari rumah Opa dan Oma. Masalahku dengan Daddy pun selesai setelah semuanya kuceritakan pada mereka.

Karena merasa lelah, aku pun memilih untuk masuk ke dalam kamarku yang berada di atas.

"Baru pulang Mas?"

Suara yang tidak asing itu menyapaku saat aku baru saja hendak menekan gagang pintu. Lalu...

"Kamu belum tidur Al? Ini sudah larut loh. Besok kamu kuliah 'kan?" tanyaku seraya berjalan menghampiri pria yang wajahnya cukup mirip denganku.

Dia lah Aifa'al, adik bungsuku yang berstatus sebagai mahasiswa di salah satu universitas yang ada di Jakarta. Siapa sih yang tidak tau dengan Al? Bocah kecil yang berusia 5 tahun saat itu. Namun bocah berusia 5 tahun itu kini sudah berubah menjadi sosok pria tampan.

Kulihat Al yang berjalan ke arahku. Sepertinya aku juga melihat seringai di wajahnya sekilas. Tapi aku berusaha untuk berpikiran positif dan tidak menuduh adikku itu.

"Sejak kapan Mas peduli dengan kuliah Al? Bukannya Mas hanya peduli dengan gadis kecil kesayangan Mas yang cacat itu?! tanyanya lagi yang semakin jelas seringai tajam di wajahnya.

Kutarik kembali kata-kataku untuk berpikiran positif terhadap adik bungsuku itu. Ternyata feelingku benar, kalau sifat Al masih sama seperti yang dulu. Dia juga tidak menerima kehadiran Wulan di tengah-tengah keluarga besar, sama seperti Anty Mala. Namun aku berusaha untuk tenang dan tidak terpancing emosi dengan perkataan Al yang keterlaluan.

"Apa maksudmu, Dik? Kenapa kamu bicara seperti itu hah? Wulan itu adik kamu, dia keluarga kita, dia adik kita. Ternyata kamu belum sadar juga ya. Kamu masih sama saja dengan Anty Mala!!! Sama-sama kejam dan tidak punya hati nurani!!!

Gelak tawa Al pecah dan terdengar sangat menggelegar di telinga siapa saja yang mendengarnya seraya membentang kedua tangan. Aku yang melihatnya pun hanya bisa mengeryitkan dahi karena heran. Tapi sikap adikku yang seperti ini memang tidak asing bagiku. Sejak Al masuk ke SMA, sikap anak bungsu daddy-ku itu memang berubah jauh. Dalam sekejap mata Al berubah menjadi anak yang pembangkang, tidak jarang Al berdebat dengan Daddy maupun Mommy setiap hari hanya karena sikapnya yang seperti berandal nakal. Dia memang nakal sekaligus berandal karena sejak masuk ke SMA, Al bergabung di dalam geng motor liar yang sering membuat keributan di mana saja sesuka hati mereka.

Satu hal lagi, setelah mendengar cerita Daddy kalau Wulan dinyatakan tidak bisa bicara oleh dokter, sikap Al berubah pada Wulan. Dengan sendirinya, Al berubah menjadi dingin, bahkan sering membuat Wulan menangis jika bertemu. Karena itulah dia tertawa keras seperti ini.

"Mas... Mas... gadis cacat itu bukan adikku. Bahkan Anty Mala saja tidak mengakuinya. Apalagi aku. Mas Ziel saja yang terlalu lebay dan berpura-pura menyayangi gadis itu. Mas kasihan 'kan sama dia? Karena itu sikap Mas berlebihan seperti ini sampai lupa kalau Mas juga punya adik di rumah."

Tanganku mengepal kuat ketika mendengar racauan Al yang semakin membuat moodku buruk dan hancur berkeping-keping. Belum pulih moodku yang hancur karena Anty Mala, sekarang Al yang semakin meluluhlantakan moodku dan membuat emosiku memuncak.

"Jaga bicara kamu, Al!!! Kalau kamu tidak suka dengan kehadiran Wulan di tengah-tengah kita, kamu diam saja dan jangan banyak bicara atau Mas tidak akan segan lagi untuk..."

"Untuk apa Mas? Oh, Mas Ziel ingin memukul Al? Oke, Mas. Pukul Al sekarang!!! Pukul, Mas!"

Emosiku yang memuncak merambat pada Al hingga emosinya pun ikut memuncak bahkan melebihi emosiku. Matanya memerah, tajam menatapku dan menantangku. Dengan usaha yang cukup keras, aku berusaha untuk tenang dan mengontrol emosiku. Namun sayangnya, emosi Al semakin tersulut dan mendorongku.

"Dasar adik tidak tau diri!!!" tandasku yang semakin naik pitam karena Al mendorong tubuhku hingga terjatuh.

Secepat angin aku pun beranjak dan meraih kerah baju Al. Anak itu hanya menyeringai, menatapku dengan tajam seperti ingin sekali menghabisiku saat itu juga. Sudah beberapa kali aku bertengkar dengannya seperti ini dan itu terjadi sebelum akhirnya aku berangkat ke luar kota untuk menyelesaikan kuliahku.

Bugh!

Satu pukulan tanganku yang mengepal kuat sejak tadi, menyimpan semua kekuatan di dalamnya kini mendarat indah tepat di wajah adik bungsuku itu. Al terhuyung ke belakang dan tubuhnya terpojok ke dinding. Namun seringai tajam dan gila itu tidak hilang dari bibirnya yang terdapat noda merah karena pukulan tanganku. Aku pun mengungkung kuat tubuhnya hingga terpojok dan terkunci.

Bugh!

Namun kaki Al melayang dan mendarat tepat di perutku. Keras kakinya membuatku terhuyung dan jatuh seketika. Perkelahian di antara kami terus berlanjut, tidak ada yang mau mengalah. Di antara aku dan Al, kami sama-sama telah mewarisi sifat arogan Daddy yang terkenal ganas saat emosi. Perkelahian terus berlanjut.

"Hentikan!!!"

Aku dan Al yang sudah penuh dengan luka memar di wajah masing-masing langsung menoleh ke arah sumber suara. Terhenyak, seketika tubuhku melemah saat melihat air mata Mommy yang datang bersama Daddy, jatuh dari pelupuk matanya karena melihat kami berkelahi. Sementara Daddy, pria yang telah mewarisi kami sifat arogan nya tampak sangat marah seraya menatap kami dengan tatapan intimidasi.

Mata Daddy memerah, tangannya pun ikut mengepal kuat sepertinya emosi Daddy akan mengalahkan emosiku malam ini. Sementara Mommy hanya menatap nanar ke arahku dan Al. Keduanya pun berjalan mendekati kami dan aku langsung melepaskan kerah baju Al.

Plak!

Plak!

Seperti mendapat jackpot, tangan kekar Daddy akhirnya mendarat di pipiku dan pipi Al secara bergantian. Setelah mendapat pukulan-pukulan dari Al, begitu pula dengan Al yang mendapat pukulan dari tanganku, kini tangan Daddy yang memberikan bonusnya di pipi kami.

"Sejak kapan Daddy mengajari kalian untuk berkelahi seperti, hah?! Sejak kapan? Sejak kapan kalian berani bertengkar di rumah ini? Jawab Daddy!!!" serkas Daddy yang tersulut emosi dan itu sangat terlihat jelas di matanya.

"Maaf Daddy..."

Hanya kata maaf yang bisa kukatakan pada Daddy karena rasa bersalahku yang datang tiba-tiba bersamaan dengan jatuhnya air mata Mommy. Wanita yang melahirkan aku dan Al hanya diam, tatapannya penuh makna yang memancarkan sinar kekecewaan pada putra sulungnya ini.

"Kenapa kalian bertengkar? Apa kalian sudah lupa dengan waktu? Ini sudah larut malam!!!" tandas Daddy lagi seraya mendorongku dan mendorong Al juga secara bergantian.

"Mas Ziel yang lebih dulu memukul Al, Daddy." jawab Al seraya menatapku dengan tajamnya.

"Al yang kurang ajar, Daddy. Dia menghina Wulan di depan Ziel. Bagaimana Ziel bisa diam?" tandasku yang tidak ingin mengalah.

"Jadi kamu menghina Wulan lagi, Al? Mau sampai kapan sih Nak? Wulan juga adikmu. Kenapa kamu menghinanya terus?" timpal Mommy yang akhirnya angkat bicara.

Aku sangat mengenal sifat Al, sekeras apa pun hati anak itu, dia tidak akan sanggup melawan Mommy atau Daddy walaupun sudah pernah dilakukannya. Al pun hanya mendengus kesal, tatapan tajamnya tak beralih dariku yang ikut menatapnya. Sepersekian detik kemudian, Al beranjak dan memilih untuk masuk ke kamar. Tidak hanya itu, pintu kamar pun menjadi alat pelampiasan kekesalannya yang tidak tuntas.

Aku hanya bisa menghela nafas panjang dan mataku teralih saat sayup-sayup suara nafas Daddy yang terdengar aneh. Kugiring mataku ke arah Daddy yang tengah memijit pelipisnya. Sepertinya kepala Daddy sakit karena melihat pertengkaran di antara aku dan adikku sendiri.

Bruk!

Mommy terpekik kuat saat Daddy ambruk dan pingsan tak sadarkan diri. Malam yang masih panjang, yang seharusnya kujadikan sebagai waktu untuk beristirahat harus berakhir kacau seperti ini. Tanpa berpikir lagi, aku dan Mommy pun bergegas membawa Daddy ke rumah sakit. Sementara Al, aku tidak bisa berpikir jernih lagi di saat situasi genting seperti ini. Biarkan saja anak itu di rumah agar dia juga bisa merenung dan menyadari kesalahannya.

Awalnya aku ingin memberitahu Opa tentang hal ini, tapi Mommy melarangku karena tidak ingin membuat Opa dan Oma khawatir dengan kondisi Daddy. Yang membuatku bersyukur sekaligus menyesal adalah kondisi daddy-ku yang baik-baik saja walaupun darah tingginya naik namun aku menyesal karena aku lah yang menyebabkan Daddy menjadi seperti ini. Andai saja aku tidak tersulut emosi dan bertengkar hebat sampai memukul adikku, mungkin saat ini Daddy dan Mommy bisa beristirahat dengan tenang di rumah. Tapi karena kecerobohanku, darah tinggi Daddy kumat dan membuat Daddy anfal seperti ini.

Aku memang menyesal tapi aku juga sadar, kesalahan sepenuhnya tidak berada tepat di pundakku, tapi kesalahan yang terjadi karena sikap Al yang semakin lama semakin buruk. Dan aku harus membicarakan hal ini secara baik-baik dengannya, mungkin suatu saat!!!

...~Flashback Off~...

"Jadi kamu bertengkar dengan Al karena membela Wulan?"

.

.

.

.

.

Happy Reading All 😇😇😇

Ternyata bukan hanya Mala yang membenci Wulan, tapi Aifa'al juga🤧 kasihan Wulan🥺

Jeng, jeng, jeng 🥳 udah masuk episode 15 saja ya ngak terasa, gimana kisahnya Wulan? Kalian suka ngak? Semoga aja suka ya 😘😘

Terima kasih 🙏🙏 author ucapkan untuk para sahabat semuanya yang udah mengikuti Wulan, dalam cerita Wulan ini author ngak hanya fokus ke Wulan aja, tapi semuanya. Jadi hampir sama lah dengan novel pertama dan semoga kalian suka ya dengan novel sekuel ini🥰🥰🥰 terima kasih karena selalu mendukung author cilik ini yang masih banyak terdapat kesalahan 🥲🥲 tanpa dukungan kalian semua, author ngak bisa apa-apa😘 semangat terus untuk kalian juga, safe healthy dan selalu pakai masker😷

Terpopuler

Comments

ZasNov

ZasNov

Al iri, karena Aiziel menyayangi Wulan.. Padahal kenapa dia tidak sama2 menyayangi Wulan seperti Aiziel 😥
Aiziel juga menyayangi Al Kok..
Kasian banget Wulan, banyak orang membencinya karena kekurangannya. Sedih banget..😩
Aiziel berantem sama Al, sampai bikin Ammar hipertensi.. 😣

2021-12-19

0

Yeni Eka

Yeni Eka

Al kenapa malah ikutan onty mala sih.

Nambah satu deh, penjahat bagi Wulan

2021-12-03

0

Senja Merona🍂

Senja Merona🍂

wulan nasibmu begitu menyedihkan 😭 apakah orang yg terlahir dengan berbeda harus mendapatkan kebencian dan penghinaan?

2021-11-29

0

lihat semua
Episodes
1 Episode 1 ~ Aku, Wulan...
2 Episode 2 ~ Bukan Salah Papi
3 Episode 3 ~ Flashback
4 Episode 4 ~ Flashback (2)
5 Episode 5 ~ Flashback (3)
6 Episode 6 ~ Flashback (4)
7 Episode 7 ~ Keluh Kesah Damar
8 Episode 8 ~ Tamu Spesial
9 Episode 9 ~ Lembut, Seperti Sutra
10 Episode 10 ~ Amarah Aiziel
11 Episode 11 ~ Masih Kecewa
12 Episode 12 ~ Andaikan saja...
13 Episode 13 ~ Habis Kesabaran
14 Episode 14 ~ Nilai Ulangan Harian
15 Episode 15 ~ Darah Tinggi
16 Episode 16 ~ Niat Damar
17 Episode 17 ~ Bakat Terpendam Wulan
18 Episode 18 ~ Teringat Seseorang
19 Episode 19 ~ Aifa'al dan Syahil
20 Episode 20 ~ Aksi Budak Cinta
21 Episode 21 ~ Kebenaran Baru
22 Episode 22 ~ Siapa Zivana Sebenarnya
23 Episode 23 ~ Rewards Fantastis
24 Episode 24 ~ Lupa Waktu
25 Episode 25 ~ Hilang
26 Episode 26 ~ Lilitan Kain di Balkon
27 Episode 27 ~ Tersesat
28 Episode 28 ~ Naluri
29 Episode 29 ~ Ketoprak Yang Hilang
30 Episode 30 ~ Kesempatan
31 Episode 31 ~ Empat Mata
32 Episode 32 ~ Pulang
33 Episode 33 ~ One Step Closer
34 Episode 34 ~ Firasat
35 Episode 35 ~ Tabrak Lari
36 Episode 36 ~ Bertemu
37 Episode 37 ~ Hukum Cambuk
38 Episode 38 ~ Akhirnya Sadar
39 Episode 39 ~ Geram
40 Episode 40 ~ Kapten Oleng
41 Episode 41 ~ Salah Memilih Orang
42 Episode 42 ~ Apakah Ini Pertanda?
43 Episode 43 ~ Mabuk
44 Episode 44 ~ Partai Pelindung
45 Episode 45 ~ Kotak Buku Lama
46 Episode 46 ~ Kepingan Masa Lalu
47 Episode 47 ~ Memberitahu Papi
48 Episode 48 ~ Gelagat Aneh
49 Episode 49 ~ Brownies Coklat
50 Episode 50 ~ Gelap Mata Lagi
51 Episode 51 ~ Ayah dan Ibu Harus Tau!
52 Episode 52 ~ Dekapan Oma
53 Episode 53 ~ Yang Dirindukan, Datang!
54 Episode 54 ~ Keputusan Dhana
55 Episode 55 ~ Pembagian Raport
56 Episode 56 ~ Bertindak Adil
57 Episode 57 ~ Terkepung
58 Episode 58 ~ Kedatangan Orang Jauh
59 Episode 59 ~ Ide Yang Brilliant
60 Episode 60 ~ Si Kembar Belum Pulang
61 Episode 61 ~ Petunjuk Alat Pelacak
62 Episode 62 ~ Do'a Bapak Paruh Baya
63 Episode 63 ~ Rekaman CCTV
64 Episode 64 ~ Dituduh
65 Episode 65 ~ Kecurigaan Syahil
66 Episode 66 ~ Mempercayai Aifa'al
67 Episode 67 ~ Balada Wanita Dewasa
68 Episode 68 ~ Mata-mata
69 Episode 69 ~ Sakit Parah
70 Episode 70 ~ Kabar Dari Aifa'al
71 Episode 71 ~ Ikut Tertangkap
72 Episode 72 ~ Rencana Penyelamatan
73 Episode 73 ~ Jepitan Rambut
74 Visual dan Sedikit Kabar
75 Episode 74 ~ Terus Mengingkari
76 Episode 75 ~ Teringat Rencana Gibran
77 Episode 76 ~ Pria Asing di Basecamp
78 Episode 77 ~ Misi Berikutnya
79 Episode 78 ~ Kekejaman Bima
80 Episode 79 ~ Pikiran Buruk
81 Episode 80 ~ Nama Lainnya
82 Episode 81 ~ Pertumpahan Darah
83 Episode 82 ~ Licik dan Jahat
84 Episode 83 ~ Ada Bom!!!
85 Episode 84 ~ Rel Kereta Api
86 Episode 85 ~ Posisi Sulit
87 Episode 86 ~ Membentuk Grup
88 Episode 87 ~ Huufff...
89 Episode 88 ~ Tertembak
90 Episode 89 ~ Rasa Bersalah
91 Episode 90 ~ Peringatan Keras
92 Episode 91 ~ Sindrom PTSD
93 Episode 92 ~ Sketsa Rahasia
94 Episode 93 ~ Bram CS Zivana
95 Episode 94 ~ Butuh Waktu
96 Episode 95 ~ Ingin Menyusul Dhina
97 Episode 96 ~ Tidak Ditutupi Lagi
98 Episode 97 ~ Tingkah Pasutri Absurd
99 Episode 98 ~ Terselip Kisah Pilu
100 Episode 99 ~ Harus Berpencar
101 Episode 100 ~ Hancur!!!
102 Episode 101 ~ Memohon
103 Episode 102 ~ Berita Pagi
104 Episode 103 ~ Masih Sama
105 Episode 104 ~ Psikoterapi
106 Episode 105 ~ Tegarlah!!!
107 Episode 106 ~ Imam dan Dhina
108 Episode 107 ~ Video Terakhir
109 Episode 108 ~ Imam Pamit
110 Episode 109 ~ Kunjungan Dimas
111 Episode 110 ~ Kecanggihan Teknologi
112 Episode 111 ~ Luka Tak Kasat Mata
113 Episode 112 ~ Ingin Ke Makam
114 Episode 113 ~ Mimpi kah?
115 Episode 114 ~ Tiger VC Black Moon
116 Episode 115 ~ Yasinan dan Teror (Spesial)
117 Episode 116 ~ Isi Kotak Teror
118 Episode 117 ~ Masuk Sekolah Lagi
119 Episode 118 ~ Kekecewaan Hati
120 Episode 119 ~ Keluhan Black Moon
121 Episode 120 ~ Menolong Wanita Asing
122 Episode 121 ~ Air Mata Penyesalan
123 Episode 122 ~ Namanya Rumi
124 Episode 123 ~ Kalah Cepat
125 Episode 124 ~ Ketulusan Sosok Ibu
126 Episode 125 ~ Berusaha Menyadarkan
127 Episode 126 ~ Pelukan Terhangat
128 Episode 127 ~ Suapan Mami
129 Episode 128 ~ Makan Malam Spesial
130 Episode 129 ~ Anak Muda vc Orang Tua
131 Episode 130 ~ Pencarian
132 Episode 131 ~ Cara Bersyukur
133 Episode 132 ~ Sensitive
134 Episode 133 ~ Jebakan
135 Episode 134 ~ Pukulan Dendam
136 Episode 135 ~ Terluka
137 Episode 136 ~ Mobil di Depan Gerbang
138 Episode 137 ~ Penjelasan
139 Episode 138 ~ Terjebak Sendiri
140 Episode 139 ~ Kertas Kuning
141 Episode 140 ~ Permohonan Rumi
142 Episode 141 ~ Tekad Bram
143 Episode 142 ~ Menyampaikan Pesan
144 Episode 143 ~ Cip
145 Episode 144 ~ Bagi Tugas
146 Episode 145 ~ Iblis Berwujud Manusia
147 Episode 146 ~ Aksi Diam-diam
148 Episode 147 ~ Gedung Kosong
149 Episode 148 ~ Takdir Gadis Bisu
150 Episode 149 ~ Headshot
151 Episode 150 ~ Niat Baik Dhana
152 Episode 151 ~ Acara Perpisahan
153 Episode 152 ~ Acara Perpisahan 2
154 Surat Cinta Author
155 Season 2 {Episode 1 ~ Perjalanan Baru}
156 Season 2 {Episode 2 ~ Trauma Damar}
157 Season 2 {Episode 3 ~ Datang Kembali}
158 Season 2 {Episode 4 ~ Hari yang Baru}
159 Season 2 {Episode 5 ~ Tak Terkendali}
160 Season 2 {Episode 6 ~ Ancaman Lagi}
161 Season 2 {Episode 7 ~ Toko Buku}
162 Season 2 {Episode 8 ~ Arahan Hati}
163 Season 2 {Episode 9 ~ Kacau}
164 Season 2 {Episode 10 ~ Berebut Salah}
165 Season 2 {Episode 11 ~ Sumpah Bima}
166 Season 2 {Episode 12 ~ Masih Berusaha}
167 Season 2 {Episode 13 ~ Berita Baru}
168 Season 2 {Episode 14 ~ CCTV Tersembunyi}
169 Season 2 {Episode 15 ~ Pagi-pagi}
170 Season 2 {Episode 16 ~ Bimbingan}
171 Season 2 {Episode 17 ~ Bertemu}
172 Seaaon 2 {Episode 18 ~ Gejala Aneh}
173 Visual Tokoh Season 2
174 Season 2 {Episode 19 ~ Drop}
175 Season 2 {Episode 20 ~ Takut Terulang}
176 Season 2 {Episode 21 ~ Penyakit Langka}
177 Season 2 {Episode 22 ~ Frustasi}
178 Season 2 {Episode 23 ~ Ujian}
179 Season 2 {Episede 24 ~ Penuh Emosional}
Episodes

Updated 179 Episodes

1
Episode 1 ~ Aku, Wulan...
2
Episode 2 ~ Bukan Salah Papi
3
Episode 3 ~ Flashback
4
Episode 4 ~ Flashback (2)
5
Episode 5 ~ Flashback (3)
6
Episode 6 ~ Flashback (4)
7
Episode 7 ~ Keluh Kesah Damar
8
Episode 8 ~ Tamu Spesial
9
Episode 9 ~ Lembut, Seperti Sutra
10
Episode 10 ~ Amarah Aiziel
11
Episode 11 ~ Masih Kecewa
12
Episode 12 ~ Andaikan saja...
13
Episode 13 ~ Habis Kesabaran
14
Episode 14 ~ Nilai Ulangan Harian
15
Episode 15 ~ Darah Tinggi
16
Episode 16 ~ Niat Damar
17
Episode 17 ~ Bakat Terpendam Wulan
18
Episode 18 ~ Teringat Seseorang
19
Episode 19 ~ Aifa'al dan Syahil
20
Episode 20 ~ Aksi Budak Cinta
21
Episode 21 ~ Kebenaran Baru
22
Episode 22 ~ Siapa Zivana Sebenarnya
23
Episode 23 ~ Rewards Fantastis
24
Episode 24 ~ Lupa Waktu
25
Episode 25 ~ Hilang
26
Episode 26 ~ Lilitan Kain di Balkon
27
Episode 27 ~ Tersesat
28
Episode 28 ~ Naluri
29
Episode 29 ~ Ketoprak Yang Hilang
30
Episode 30 ~ Kesempatan
31
Episode 31 ~ Empat Mata
32
Episode 32 ~ Pulang
33
Episode 33 ~ One Step Closer
34
Episode 34 ~ Firasat
35
Episode 35 ~ Tabrak Lari
36
Episode 36 ~ Bertemu
37
Episode 37 ~ Hukum Cambuk
38
Episode 38 ~ Akhirnya Sadar
39
Episode 39 ~ Geram
40
Episode 40 ~ Kapten Oleng
41
Episode 41 ~ Salah Memilih Orang
42
Episode 42 ~ Apakah Ini Pertanda?
43
Episode 43 ~ Mabuk
44
Episode 44 ~ Partai Pelindung
45
Episode 45 ~ Kotak Buku Lama
46
Episode 46 ~ Kepingan Masa Lalu
47
Episode 47 ~ Memberitahu Papi
48
Episode 48 ~ Gelagat Aneh
49
Episode 49 ~ Brownies Coklat
50
Episode 50 ~ Gelap Mata Lagi
51
Episode 51 ~ Ayah dan Ibu Harus Tau!
52
Episode 52 ~ Dekapan Oma
53
Episode 53 ~ Yang Dirindukan, Datang!
54
Episode 54 ~ Keputusan Dhana
55
Episode 55 ~ Pembagian Raport
56
Episode 56 ~ Bertindak Adil
57
Episode 57 ~ Terkepung
58
Episode 58 ~ Kedatangan Orang Jauh
59
Episode 59 ~ Ide Yang Brilliant
60
Episode 60 ~ Si Kembar Belum Pulang
61
Episode 61 ~ Petunjuk Alat Pelacak
62
Episode 62 ~ Do'a Bapak Paruh Baya
63
Episode 63 ~ Rekaman CCTV
64
Episode 64 ~ Dituduh
65
Episode 65 ~ Kecurigaan Syahil
66
Episode 66 ~ Mempercayai Aifa'al
67
Episode 67 ~ Balada Wanita Dewasa
68
Episode 68 ~ Mata-mata
69
Episode 69 ~ Sakit Parah
70
Episode 70 ~ Kabar Dari Aifa'al
71
Episode 71 ~ Ikut Tertangkap
72
Episode 72 ~ Rencana Penyelamatan
73
Episode 73 ~ Jepitan Rambut
74
Visual dan Sedikit Kabar
75
Episode 74 ~ Terus Mengingkari
76
Episode 75 ~ Teringat Rencana Gibran
77
Episode 76 ~ Pria Asing di Basecamp
78
Episode 77 ~ Misi Berikutnya
79
Episode 78 ~ Kekejaman Bima
80
Episode 79 ~ Pikiran Buruk
81
Episode 80 ~ Nama Lainnya
82
Episode 81 ~ Pertumpahan Darah
83
Episode 82 ~ Licik dan Jahat
84
Episode 83 ~ Ada Bom!!!
85
Episode 84 ~ Rel Kereta Api
86
Episode 85 ~ Posisi Sulit
87
Episode 86 ~ Membentuk Grup
88
Episode 87 ~ Huufff...
89
Episode 88 ~ Tertembak
90
Episode 89 ~ Rasa Bersalah
91
Episode 90 ~ Peringatan Keras
92
Episode 91 ~ Sindrom PTSD
93
Episode 92 ~ Sketsa Rahasia
94
Episode 93 ~ Bram CS Zivana
95
Episode 94 ~ Butuh Waktu
96
Episode 95 ~ Ingin Menyusul Dhina
97
Episode 96 ~ Tidak Ditutupi Lagi
98
Episode 97 ~ Tingkah Pasutri Absurd
99
Episode 98 ~ Terselip Kisah Pilu
100
Episode 99 ~ Harus Berpencar
101
Episode 100 ~ Hancur!!!
102
Episode 101 ~ Memohon
103
Episode 102 ~ Berita Pagi
104
Episode 103 ~ Masih Sama
105
Episode 104 ~ Psikoterapi
106
Episode 105 ~ Tegarlah!!!
107
Episode 106 ~ Imam dan Dhina
108
Episode 107 ~ Video Terakhir
109
Episode 108 ~ Imam Pamit
110
Episode 109 ~ Kunjungan Dimas
111
Episode 110 ~ Kecanggihan Teknologi
112
Episode 111 ~ Luka Tak Kasat Mata
113
Episode 112 ~ Ingin Ke Makam
114
Episode 113 ~ Mimpi kah?
115
Episode 114 ~ Tiger VC Black Moon
116
Episode 115 ~ Yasinan dan Teror (Spesial)
117
Episode 116 ~ Isi Kotak Teror
118
Episode 117 ~ Masuk Sekolah Lagi
119
Episode 118 ~ Kekecewaan Hati
120
Episode 119 ~ Keluhan Black Moon
121
Episode 120 ~ Menolong Wanita Asing
122
Episode 121 ~ Air Mata Penyesalan
123
Episode 122 ~ Namanya Rumi
124
Episode 123 ~ Kalah Cepat
125
Episode 124 ~ Ketulusan Sosok Ibu
126
Episode 125 ~ Berusaha Menyadarkan
127
Episode 126 ~ Pelukan Terhangat
128
Episode 127 ~ Suapan Mami
129
Episode 128 ~ Makan Malam Spesial
130
Episode 129 ~ Anak Muda vc Orang Tua
131
Episode 130 ~ Pencarian
132
Episode 131 ~ Cara Bersyukur
133
Episode 132 ~ Sensitive
134
Episode 133 ~ Jebakan
135
Episode 134 ~ Pukulan Dendam
136
Episode 135 ~ Terluka
137
Episode 136 ~ Mobil di Depan Gerbang
138
Episode 137 ~ Penjelasan
139
Episode 138 ~ Terjebak Sendiri
140
Episode 139 ~ Kertas Kuning
141
Episode 140 ~ Permohonan Rumi
142
Episode 141 ~ Tekad Bram
143
Episode 142 ~ Menyampaikan Pesan
144
Episode 143 ~ Cip
145
Episode 144 ~ Bagi Tugas
146
Episode 145 ~ Iblis Berwujud Manusia
147
Episode 146 ~ Aksi Diam-diam
148
Episode 147 ~ Gedung Kosong
149
Episode 148 ~ Takdir Gadis Bisu
150
Episode 149 ~ Headshot
151
Episode 150 ~ Niat Baik Dhana
152
Episode 151 ~ Acara Perpisahan
153
Episode 152 ~ Acara Perpisahan 2
154
Surat Cinta Author
155
Season 2 {Episode 1 ~ Perjalanan Baru}
156
Season 2 {Episode 2 ~ Trauma Damar}
157
Season 2 {Episode 3 ~ Datang Kembali}
158
Season 2 {Episode 4 ~ Hari yang Baru}
159
Season 2 {Episode 5 ~ Tak Terkendali}
160
Season 2 {Episode 6 ~ Ancaman Lagi}
161
Season 2 {Episode 7 ~ Toko Buku}
162
Season 2 {Episode 8 ~ Arahan Hati}
163
Season 2 {Episode 9 ~ Kacau}
164
Season 2 {Episode 10 ~ Berebut Salah}
165
Season 2 {Episode 11 ~ Sumpah Bima}
166
Season 2 {Episode 12 ~ Masih Berusaha}
167
Season 2 {Episode 13 ~ Berita Baru}
168
Season 2 {Episode 14 ~ CCTV Tersembunyi}
169
Season 2 {Episode 15 ~ Pagi-pagi}
170
Season 2 {Episode 16 ~ Bimbingan}
171
Season 2 {Episode 17 ~ Bertemu}
172
Seaaon 2 {Episode 18 ~ Gejala Aneh}
173
Visual Tokoh Season 2
174
Season 2 {Episode 19 ~ Drop}
175
Season 2 {Episode 20 ~ Takut Terulang}
176
Season 2 {Episode 21 ~ Penyakit Langka}
177
Season 2 {Episode 22 ~ Frustasi}
178
Season 2 {Episode 23 ~ Ujian}
179
Season 2 {Episede 24 ~ Penuh Emosional}

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!