Episode 14 ~ Nilai Ulangan Harian

...☘️☘️☘️...

"Assalamualaikum, Sayang. Mas datang lagi untuk mengunjungi Adek."

Setelah mengantar Damar dan Wulan tepat di depan sekolah mereka, Dhana yang awalnya hendak ke Cafe memilih untuk memutar balik arahnya. Merasa perlu teman untuk berkeluh kesah, Dhana pun datang ke makan sang adik. Seperti inilah rutinitas seorang Dhana di saat suasana hati sedang tidak enak. Setelah lama tidak berkunjung ke makam sang adik karena disibukkan dengan berbagai macam masalah, baik itu masalah Cafe maupun masalah pribadi. Membuat Dhana tidak mempunyai waktu untuk mengunjungi makam Dhina.

"Adek apa kabar di sana? Mas kangen sekali sama Adek. Maaf ya, akhir-akhir ini Mas tidak sempat datang ke sini untuk melihat makam Adek."

Seutas senyum pun terbingkai di wajah Dhana yang tampan, tangannya terulur meletakkan sebuah bucket bunga mawar merah yang berbungkus kertas berwarna putih kesukaan sang adik di atas pusara. Matanya memanas seketika, kepingan demi kepingan kenangan di masa lalu saat sang adik masih hidup kembali berputar. Jatuh sudah bulir bening dari pelupuk mata Dhana saat kedua tangannya terangkat untuk mengirimkan rangkaian kalam cinta pada sang adik yang sudah tenang di alam sana.

"Mas kangen, Dek. Mas kangen dengan masa kita dulu. Sudah 20 tahun Adek meninggalkan Mas dan keluarga kita, tapi tidak sedikit pun kasih sayang dan rasa rindu ini hilang. Saat ini, anak-anak sudah besar. Anak Mas Ammar, Mas Sadha dan anak Mas. Mereka semua sangat tampan, bahkan melebihi ketampanan ayahnya. Hanya satu di antara mereka yang cantik, yaitu putri Mas. Kecantikannya sama seperti Adek, hati dan jiwanya pun demikian. Apa mungkin putri Mas titisan Adek?"

Seperti orang yang sedang curhat, sesekali Dhana tersenyum dan tertawa walaupun kecil. Namun sesekali wajahnya mendadak sendu, bulir dari telaga bening pun ikut jatuh di saat bersamaan. Diusapnya batu nisan sang adik dengan lembut, seakan tengah mengelus wajah sang adik, membuat senyum Dhana terbit lagi.

"Saat ini Mas sedang bingung, Dek. Masalah Mala tidak kunjung berakhir. Kebencian yang ada di dalam hati Mala terhadap Wulan masih sama dan bahkan semakin parah. Sejak sadar dari koma, Mala benar-benar berubah apalagi terhadap putrinya sendiri. Mas bingung harus dengan cara apa lagi untuk melunakkan Mala. Kasihan Wulan, Dek. Sejak kecil, Wulan belum pernah merasakan hangat dari pelukan ibunya. Mas harus apa Dek? Biar Mala berubah seperti dulu lagi."

Dhana meracau, mengeluarkan semua keluh kesah yang tersimpan di dalam hatinya. Rasa sesak pun kian hadir, membuatnya tidak bisa lagi menahan air mata.

"Kenapa akhir-akhir ini Adek jarang sekali datang ke dalam mimpi Mas? Mas kangen sekali sama Adek dan Mas ingin cerita banyak tentang kehidupan Mas setelah menikah. Tapi sepertinya Adek terlalu senang di sana hingga melupakan Mas di sini."

Dhana yang meracau dan menangis pun mengusap wajahnya sedikit kasar. Namun tiba-tiba, di saat suasana hatinya masih kacau Dhana merasakan ponselnya yang bergetar. Dengan cepat, Dhana meraih ponsel dari saku celananya dan mendapati nama Sadha di sana.

"Assalamualaikum Mas..."

"Wa'alaikumsalam... Dhana kamu di mana?" tanya Sadha di balik telepon dan terdengar panik.

"Dhana sedang di luar, Mas. Memang kenapa? Mas Sadha baik-baik saja, bukan? Kenapa suara Mas seperti orang yang sedang panik?"

"Mas memang sedang panik, Dhana." jawab Sadha yang terdengar gusar di seberang sana.

Dhana terdiam sejenak, berusaha memahami maksud dari perkataan sang mas tengahnya.

"Mas Sadha panik kenapa? Ada apa Mas?"

"Sebaiknya kamu datang ke sini, Dhana. Karena............" jawab Sadha yang gugup.

"Karena apa Mas? Jangan membuat Dhana takut seperti ini dong! Ada apa? Mas Sadha bicara yang jelas!"

Dhana pun merasa kesal karena Sadha yang panik tak kunjung memberitahunya. Perasaan tidak karuan pun datang, menyelimuti hatinya.

"Mas Ammar... Mas Ammar masuk rumah sakit, Dhana." jawab Sadha yang semakin gugup dan takut.

"Apa?"

Dhana yang terkejut pun langsung beranjak dari duduknya di samping makam sang adik. Tanpa berpikir panjang, ponsel yang masih terhubung pun langsung dimatikan oleh Dhana. Sejurus kemudian, Dhana bergegas pergi dari makam menuju tempat parkir. Lalu Dhana masuk ke dalam mobil dan melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi.

Guratan kecemasan pun terlihat jelas di wajah tampan Dhana setelah mendapat kabar buruk dari Sadha tentang mas sulungnya. Dhana pun berusaha tenang dan fokus mengemudi.

"Ya Allah... masalah apa lagi ini?"

***

Suasana di dalam kelas semakin tegang saat guru yang hendak memberitahu nilai ulangan harian pun mulai berjalan ke depan kelas.

"Nilai ulangan yang paling tinggi minggu ini berhasil dicapai oleh Wulan."

Wulan yang sejak tadi tertunduk pun langsung mengangkat kepalanya dan melihat sang guru. Wajahnya berbinar saat mendengar nilai yang berhasil ia dapatkan untuk kesekian kalinya. Sementara Zivana yang mendengar kabar itu membuat wajahnya berubah menjadi masam.

"Selamat ya, Wulan. Untuk yang kesekian kali atau bahkan yang kesekian ratusan kali kamu berhasil mencapai nilai ulangan harian yang paling tinggi. Ibu benar-benar bangga karena mempunyai siswi seperti kamu. Pertahankan ya, Nak. Kamu harus mempertahankan hal ini." tutur guru yang cantik dan lembut itu seraya memberikan kertas ulangan Wulan.

Wulan yang terharu pun mengangguk cepat, seakan merespon perkataan sang guru yang bangga padanya. Lalu Wulan melihat secarik kertas ulangan itu dan benar saja, nilai yang sangat sempurna tercantum indah di kertas itu.

"Paling dia menyontek, Bu. Atau dia membuat jimat biar lancar menjawab semua pertanyaan ulangan." sungut Zivana yang memprovokasi.

"Cukup, Zivana! Seharusnya kamu malu dan berkaca terlebih dahulu sebelum berbicara!!! Kamu itu seharusnya menjadi contoh karena kamu anak pemilik sekolah, tapi nilai ulangan harian kamu minggu ini yang paling rendah!!! Sebagai wali kelas, Ibu kecewa dengan sikap kamu yang tidak mencerminkan sikap sopan dan beretika terhadap sesama. Seharusnya kamu malu karena kalah dari Wulan, padahal dia terbatas. Sementara kamu semuanya bisa. Kamu bisa bicara dan mendengar dengan baik. Ibu harap di ujian nanti nilai kamu akan tinggi, Zivana. Karena kalau tidak, Ibu terpaksa harus meninggalkan kamu di kelas ini." tutur Bu Guru.

Zivana pun mendengus kesal seraya melirik tajam ke arah Wulan. Gadis itu mengerti dan paham apa yang dimaksud oleh sang guru yang sedang mengancam dirinya. Sementara siswa dan siswi lainnya hanya diam, mereka semua mendadak bisu saat sang guru yang terlihat sangat marah dengan sikap Zivana.

Sial!!! Gara-gara anak tuli itu gue jadi terkena marah sama Bu Kinan. Awas saja lo, anak tuli! Akan ada balasan yang setimpal untuk anak yang sok pintar di sekolah ini. Gumam Zivana dalam hati.

Wulan yang melihat tatapan tajam Zivana pun memilih untuk memalingkan wajahnya karena tidak ingin mencari masalah lagi dengan anak itu. Namun walaupun Wulan diam, sepertinya Zivana akan selalu mencari cara lain untuk menjatuhkan Wulan di depan para guru yang sangat membanggakan dirinya.

Setelah membagikan hasil ulangan, Bu Kinan yang mempunyai jadwal mengajar hari ini pun memulai pelajaran.

Bu Kinan, seorang guru sekaligus wali kelas Wulan di sekolah, mempunyai sifat yang baik, lemah lembut dan tentunya tidak pemarah. Ia merupakan salah satu guru favorit di sekolah ini. Dengan usianya yang masih muda, cantik dan baik, membuat Bu Kinan menjadi incaran para guru jomblo yang mengajar di sekolah ini. Namun para guru jomblo yang mengincar Bu Kinan harus gigit jari karena status Bu Kinan yang sudah menjadi milik orang lain.

"Sekarang kalian buka buku pelajaran. Ibu akan menjelaskan tentang...."

Pelajaran hari ini pun berlangsung hikmat, walaupun sesekali terjadi keributan sedang ketika Bu Kinan sedang menerangkan materi. Tapi bukan Bu Kinan namanya jika ia tidak mampu untuk mengontrol para siswa-siswi.

***

Setelah menempuh jarak yang cukup jauh dari makam menuju rumah sakit, akhirnya Dhana pun sampai di pekarangan rumah sakit Pusat. Tanpa berlama-lama lagi, Dhana menghambur keluar dari mobil dan berlari masuk ke dalam rumah sakit. Matanya pun mengedar, mencari keberadaan Sadha yang sempat memberitahu dirinya tentang Ammar.

"Ayah, Ibu..."

Saat Dhana mengedar, bukan Sadha yang ia temukan melainkan ayah dan ibunya. Mereka terlihat sedang duduk di depan ruang UGD bersama dengan Ibel, Aiziel, dan juga Vanny. Lalu Dhana pun berlari mendekati keluarganya.

"Ayah, Ibu, Kak Ibel, Kak Vanny..."

Pak Aidi, Bu Aini, Ibel, Vanny dan Aiziel pun menoleh serentak ke arah Dhana yang baru saja sampai di hadapan mereka. Dhana pun duduk di samping Ibel yang termenung dan terdiam seraya mengepal kedua tangannya.

"Apa yang terjadi Kak? Kenapa Mas Ammar bisa masuk UGD seperti ini?" tanya Dhana seraya mengusap dan merangkul bahu Ibel.

"Darah tinggi Mas Ammar kumat lagi, Dhana. Karena itu Mas Ammar sempat pingsan dan Kakak langsung membawanya ke sini dengan Ziel." jawab Ibel yang terlihat sudah tenang.

"Lalu Mas Sadha di mana? Tadi Mas Sadha yang memberitahu Dhana kalau Mas Ammar masuk rumah sakit." ujar Dhana yang melihat ke arah Pak Aidi, Bu Aini dan Vanny.

"Mas Sadha ada di dalam, Dhana. Lebih baik kamu masuk ke dalam. Kami semua sudah melihat kondisi Kak Ammar tadi. Dia sudah sadar kok. Jadi kamu jangan khawatir lagi." jawab Vanny yang berdiri di samping Aiziel.

Dahi Dhana mengeryit heran tatkala matanya menangkap Aiziel yang hanya diam sejak tadi. Sesekali Bu Aini juga mengusap bahu Aiziel seperti sedang menenangkan cucunya itu. Karena penasaran, Dhana pun menoleh ke arah Vanny, tapi yang dilihat hanya menganggukan kepala seakan menyuruhnya untuk masuk ke dalam ruang UGD dan melihat kondisi Ammar.

Tanpa berpikir panjang karena hatinya sudah terlanjur penasaran, Dhana pun beranjak dan bergerak masuk ke dalam UGD.

"Mas..."

Suara parau Dhana yang berjalan mendekati tempat tidur, di mana Ammar terbaring dan terlihat masih lemas pun mengejutkan Sadha. Sementara Ammar yang sudah sadar namun masih berbaring hanya mengulas senyumnya.

"Mas... kenapa bisa jadi seperti ini? Baru tadi malam Mas, Kak Ibel dan Ziel datang. Kenapa Mas bisa masuk rumah sakit? Kak Ibel bilang darah tinggi Mas kumat lagi, itu artinya pasti Mas terlalu kelelahan dan kurang beristirahat." ujar Dhana yang meracau seraya mengusap lengan mas sulungnya.

Ammar dan Sadha pun saling pandang saat melihat kekhawatiran di wajah Dhana yang terlihat jelas sekali. Lalu...

"Mas Ammar sudah tidak apa-apa, Dik. Kamu jangan khawatir lagi ya. Mas Ammar hanya butuh banyak istirahat dan tidak ada yang serius kok." ujar Sadha yang menenangkan Dhana seraya mengusap punggungnya.

"Sadha benar, Dhana. Mas baik-baik saja dan tidak ada yang perlu dikhawatirkan lagi. Oke?" timpal Ammar yang ikut menenangkan Dhana.

Dhana hanya menganggukan kepalanya pelan lalu ia duduk di tepi tempat tidur Ammar yang masih terbaring lemah dengan jarum infus di salah satu punggung tangannya.

"Mas... sebenarnya apa yang terjadi? Kenapa darah tinggi Mas Ammar bisa kumat, padahal saat datang ke rumah tadi malam Mas terlihat sehat dan baik-baik saja." ujar Dhana heran.

Mendengar pertanyaan sang adik yang sangat penasaran, membuat Ammar merasa tidak enak hati untuk memberitahunya. Ammar pun menoleh sekejap ke arah Sadha yang terlihat menganggukan kepala, seakan mendukung Ammar untuk menceritakan semuanya pada Dhana. Melihat anggukan Sadha, Ammar pun menghela nafas panjang. Lalu...

"Lebih baik kamu tanyakan pada Ziel, Dhana. Darah tinggi Mas yang kumat karena ulahnya dan Al." jawab Ammar yang terdengar lemah.

"Maksud Mas apa? Jangan Mas bilang kalau Mas bertengkar dengan mereka?" ujar Dhana yang tercengang dengan perkataan Ammar.

Ammar menghela nafas panjang lagi seraya menggelengkan kepalanya. Dan pastinya membuat Dhana semakin heran dan bingung.

Sementara Sadha yang sudah tau semuanya dan melihat sang adik kebingungan pun ikut menghela nafas kasar. Tanpa ketiganya sadari, ada sepasang mata yang sedang melihat dan berdiri di ambang pintu ruang UGD.

"Ziel yang bertengkar dengan Al, Uncle!!!"

.

.

.

.

.

Happy Reading All 😇😇😇

Terpopuler

Comments

ZasNov

ZasNov

Ternyata Ammar sampai drop karena Aiziel bertengkar sama Aifa'al.. 😥
Akar masalah mereka pasti pembahasan Wulan..
Mungkin Al merasa kasih sayang kakaknya terbagi, tapi tidak seharusnya Al merasa iri pad Wulan..😣

Zivana bener2 nyebelin, harusnya dia bisa jadi contoh di sekolah..
Bukannya malah menyalahgunakan namanya sebagai anak pemilik sekolah, buat ngebully orang lain..😓
Semoga Zivana dapet hukuman atas sikap buruknya..

2021-12-19

0

Senja Merona🍂

Senja Merona🍂

ada aja ya anak macam zivana, yg suka resek sm anak seperti wulan

2021-11-29

0

Senja Merona🍂

Senja Merona🍂

mungkin mala bisa dirukyah 😤

2021-11-29

0

lihat semua
Episodes
1 Episode 1 ~ Aku, Wulan...
2 Episode 2 ~ Bukan Salah Papi
3 Episode 3 ~ Flashback
4 Episode 4 ~ Flashback (2)
5 Episode 5 ~ Flashback (3)
6 Episode 6 ~ Flashback (4)
7 Episode 7 ~ Keluh Kesah Damar
8 Episode 8 ~ Tamu Spesial
9 Episode 9 ~ Lembut, Seperti Sutra
10 Episode 10 ~ Amarah Aiziel
11 Episode 11 ~ Masih Kecewa
12 Episode 12 ~ Andaikan saja...
13 Episode 13 ~ Habis Kesabaran
14 Episode 14 ~ Nilai Ulangan Harian
15 Episode 15 ~ Darah Tinggi
16 Episode 16 ~ Niat Damar
17 Episode 17 ~ Bakat Terpendam Wulan
18 Episode 18 ~ Teringat Seseorang
19 Episode 19 ~ Aifa'al dan Syahil
20 Episode 20 ~ Aksi Budak Cinta
21 Episode 21 ~ Kebenaran Baru
22 Episode 22 ~ Siapa Zivana Sebenarnya
23 Episode 23 ~ Rewards Fantastis
24 Episode 24 ~ Lupa Waktu
25 Episode 25 ~ Hilang
26 Episode 26 ~ Lilitan Kain di Balkon
27 Episode 27 ~ Tersesat
28 Episode 28 ~ Naluri
29 Episode 29 ~ Ketoprak Yang Hilang
30 Episode 30 ~ Kesempatan
31 Episode 31 ~ Empat Mata
32 Episode 32 ~ Pulang
33 Episode 33 ~ One Step Closer
34 Episode 34 ~ Firasat
35 Episode 35 ~ Tabrak Lari
36 Episode 36 ~ Bertemu
37 Episode 37 ~ Hukum Cambuk
38 Episode 38 ~ Akhirnya Sadar
39 Episode 39 ~ Geram
40 Episode 40 ~ Kapten Oleng
41 Episode 41 ~ Salah Memilih Orang
42 Episode 42 ~ Apakah Ini Pertanda?
43 Episode 43 ~ Mabuk
44 Episode 44 ~ Partai Pelindung
45 Episode 45 ~ Kotak Buku Lama
46 Episode 46 ~ Kepingan Masa Lalu
47 Episode 47 ~ Memberitahu Papi
48 Episode 48 ~ Gelagat Aneh
49 Episode 49 ~ Brownies Coklat
50 Episode 50 ~ Gelap Mata Lagi
51 Episode 51 ~ Ayah dan Ibu Harus Tau!
52 Episode 52 ~ Dekapan Oma
53 Episode 53 ~ Yang Dirindukan, Datang!
54 Episode 54 ~ Keputusan Dhana
55 Episode 55 ~ Pembagian Raport
56 Episode 56 ~ Bertindak Adil
57 Episode 57 ~ Terkepung
58 Episode 58 ~ Kedatangan Orang Jauh
59 Episode 59 ~ Ide Yang Brilliant
60 Episode 60 ~ Si Kembar Belum Pulang
61 Episode 61 ~ Petunjuk Alat Pelacak
62 Episode 62 ~ Do'a Bapak Paruh Baya
63 Episode 63 ~ Rekaman CCTV
64 Episode 64 ~ Dituduh
65 Episode 65 ~ Kecurigaan Syahil
66 Episode 66 ~ Mempercayai Aifa'al
67 Episode 67 ~ Balada Wanita Dewasa
68 Episode 68 ~ Mata-mata
69 Episode 69 ~ Sakit Parah
70 Episode 70 ~ Kabar Dari Aifa'al
71 Episode 71 ~ Ikut Tertangkap
72 Episode 72 ~ Rencana Penyelamatan
73 Episode 73 ~ Jepitan Rambut
74 Visual dan Sedikit Kabar
75 Episode 74 ~ Terus Mengingkari
76 Episode 75 ~ Teringat Rencana Gibran
77 Episode 76 ~ Pria Asing di Basecamp
78 Episode 77 ~ Misi Berikutnya
79 Episode 78 ~ Kekejaman Bima
80 Episode 79 ~ Pikiran Buruk
81 Episode 80 ~ Nama Lainnya
82 Episode 81 ~ Pertumpahan Darah
83 Episode 82 ~ Licik dan Jahat
84 Episode 83 ~ Ada Bom!!!
85 Episode 84 ~ Rel Kereta Api
86 Episode 85 ~ Posisi Sulit
87 Episode 86 ~ Membentuk Grup
88 Episode 87 ~ Huufff...
89 Episode 88 ~ Tertembak
90 Episode 89 ~ Rasa Bersalah
91 Episode 90 ~ Peringatan Keras
92 Episode 91 ~ Sindrom PTSD
93 Episode 92 ~ Sketsa Rahasia
94 Episode 93 ~ Bram CS Zivana
95 Episode 94 ~ Butuh Waktu
96 Episode 95 ~ Ingin Menyusul Dhina
97 Episode 96 ~ Tidak Ditutupi Lagi
98 Episode 97 ~ Tingkah Pasutri Absurd
99 Episode 98 ~ Terselip Kisah Pilu
100 Episode 99 ~ Harus Berpencar
101 Episode 100 ~ Hancur!!!
102 Episode 101 ~ Memohon
103 Episode 102 ~ Berita Pagi
104 Episode 103 ~ Masih Sama
105 Episode 104 ~ Psikoterapi
106 Episode 105 ~ Tegarlah!!!
107 Episode 106 ~ Imam dan Dhina
108 Episode 107 ~ Video Terakhir
109 Episode 108 ~ Imam Pamit
110 Episode 109 ~ Kunjungan Dimas
111 Episode 110 ~ Kecanggihan Teknologi
112 Episode 111 ~ Luka Tak Kasat Mata
113 Episode 112 ~ Ingin Ke Makam
114 Episode 113 ~ Mimpi kah?
115 Episode 114 ~ Tiger VC Black Moon
116 Episode 115 ~ Yasinan dan Teror (Spesial)
117 Episode 116 ~ Isi Kotak Teror
118 Episode 117 ~ Masuk Sekolah Lagi
119 Episode 118 ~ Kekecewaan Hati
120 Episode 119 ~ Keluhan Black Moon
121 Episode 120 ~ Menolong Wanita Asing
122 Episode 121 ~ Air Mata Penyesalan
123 Episode 122 ~ Namanya Rumi
124 Episode 123 ~ Kalah Cepat
125 Episode 124 ~ Ketulusan Sosok Ibu
126 Episode 125 ~ Berusaha Menyadarkan
127 Episode 126 ~ Pelukan Terhangat
128 Episode 127 ~ Suapan Mami
129 Episode 128 ~ Makan Malam Spesial
130 Episode 129 ~ Anak Muda vc Orang Tua
131 Episode 130 ~ Pencarian
132 Episode 131 ~ Cara Bersyukur
133 Episode 132 ~ Sensitive
134 Episode 133 ~ Jebakan
135 Episode 134 ~ Pukulan Dendam
136 Episode 135 ~ Terluka
137 Episode 136 ~ Mobil di Depan Gerbang
138 Episode 137 ~ Penjelasan
139 Episode 138 ~ Terjebak Sendiri
140 Episode 139 ~ Kertas Kuning
141 Episode 140 ~ Permohonan Rumi
142 Episode 141 ~ Tekad Bram
143 Episode 142 ~ Menyampaikan Pesan
144 Episode 143 ~ Cip
145 Episode 144 ~ Bagi Tugas
146 Episode 145 ~ Iblis Berwujud Manusia
147 Episode 146 ~ Aksi Diam-diam
148 Episode 147 ~ Gedung Kosong
149 Episode 148 ~ Takdir Gadis Bisu
150 Episode 149 ~ Headshot
151 Episode 150 ~ Niat Baik Dhana
152 Episode 151 ~ Acara Perpisahan
153 Episode 152 ~ Acara Perpisahan 2
154 Surat Cinta Author
155 Season 2 {Episode 1 ~ Perjalanan Baru}
156 Season 2 {Episode 2 ~ Trauma Damar}
157 Season 2 {Episode 3 ~ Datang Kembali}
158 Season 2 {Episode 4 ~ Hari yang Baru}
159 Season 2 {Episode 5 ~ Tak Terkendali}
160 Season 2 {Episode 6 ~ Ancaman Lagi}
161 Season 2 {Episode 7 ~ Toko Buku}
162 Season 2 {Episode 8 ~ Arahan Hati}
163 Season 2 {Episode 9 ~ Kacau}
164 Season 2 {Episode 10 ~ Berebut Salah}
165 Season 2 {Episode 11 ~ Sumpah Bima}
166 Season 2 {Episode 12 ~ Masih Berusaha}
167 Season 2 {Episode 13 ~ Berita Baru}
168 Season 2 {Episode 14 ~ CCTV Tersembunyi}
169 Season 2 {Episode 15 ~ Pagi-pagi}
170 Season 2 {Episode 16 ~ Bimbingan}
171 Season 2 {Episode 17 ~ Bertemu}
172 Seaaon 2 {Episode 18 ~ Gejala Aneh}
173 Visual Tokoh Season 2
174 Season 2 {Episode 19 ~ Drop}
175 Season 2 {Episode 20 ~ Takut Terulang}
176 Season 2 {Episode 21 ~ Penyakit Langka}
177 Season 2 {Episode 22 ~ Frustasi}
178 Season 2 {Episode 23 ~ Ujian}
179 Season 2 {Episede 24 ~ Penuh Emosional}
Episodes

Updated 179 Episodes

1
Episode 1 ~ Aku, Wulan...
2
Episode 2 ~ Bukan Salah Papi
3
Episode 3 ~ Flashback
4
Episode 4 ~ Flashback (2)
5
Episode 5 ~ Flashback (3)
6
Episode 6 ~ Flashback (4)
7
Episode 7 ~ Keluh Kesah Damar
8
Episode 8 ~ Tamu Spesial
9
Episode 9 ~ Lembut, Seperti Sutra
10
Episode 10 ~ Amarah Aiziel
11
Episode 11 ~ Masih Kecewa
12
Episode 12 ~ Andaikan saja...
13
Episode 13 ~ Habis Kesabaran
14
Episode 14 ~ Nilai Ulangan Harian
15
Episode 15 ~ Darah Tinggi
16
Episode 16 ~ Niat Damar
17
Episode 17 ~ Bakat Terpendam Wulan
18
Episode 18 ~ Teringat Seseorang
19
Episode 19 ~ Aifa'al dan Syahil
20
Episode 20 ~ Aksi Budak Cinta
21
Episode 21 ~ Kebenaran Baru
22
Episode 22 ~ Siapa Zivana Sebenarnya
23
Episode 23 ~ Rewards Fantastis
24
Episode 24 ~ Lupa Waktu
25
Episode 25 ~ Hilang
26
Episode 26 ~ Lilitan Kain di Balkon
27
Episode 27 ~ Tersesat
28
Episode 28 ~ Naluri
29
Episode 29 ~ Ketoprak Yang Hilang
30
Episode 30 ~ Kesempatan
31
Episode 31 ~ Empat Mata
32
Episode 32 ~ Pulang
33
Episode 33 ~ One Step Closer
34
Episode 34 ~ Firasat
35
Episode 35 ~ Tabrak Lari
36
Episode 36 ~ Bertemu
37
Episode 37 ~ Hukum Cambuk
38
Episode 38 ~ Akhirnya Sadar
39
Episode 39 ~ Geram
40
Episode 40 ~ Kapten Oleng
41
Episode 41 ~ Salah Memilih Orang
42
Episode 42 ~ Apakah Ini Pertanda?
43
Episode 43 ~ Mabuk
44
Episode 44 ~ Partai Pelindung
45
Episode 45 ~ Kotak Buku Lama
46
Episode 46 ~ Kepingan Masa Lalu
47
Episode 47 ~ Memberitahu Papi
48
Episode 48 ~ Gelagat Aneh
49
Episode 49 ~ Brownies Coklat
50
Episode 50 ~ Gelap Mata Lagi
51
Episode 51 ~ Ayah dan Ibu Harus Tau!
52
Episode 52 ~ Dekapan Oma
53
Episode 53 ~ Yang Dirindukan, Datang!
54
Episode 54 ~ Keputusan Dhana
55
Episode 55 ~ Pembagian Raport
56
Episode 56 ~ Bertindak Adil
57
Episode 57 ~ Terkepung
58
Episode 58 ~ Kedatangan Orang Jauh
59
Episode 59 ~ Ide Yang Brilliant
60
Episode 60 ~ Si Kembar Belum Pulang
61
Episode 61 ~ Petunjuk Alat Pelacak
62
Episode 62 ~ Do'a Bapak Paruh Baya
63
Episode 63 ~ Rekaman CCTV
64
Episode 64 ~ Dituduh
65
Episode 65 ~ Kecurigaan Syahil
66
Episode 66 ~ Mempercayai Aifa'al
67
Episode 67 ~ Balada Wanita Dewasa
68
Episode 68 ~ Mata-mata
69
Episode 69 ~ Sakit Parah
70
Episode 70 ~ Kabar Dari Aifa'al
71
Episode 71 ~ Ikut Tertangkap
72
Episode 72 ~ Rencana Penyelamatan
73
Episode 73 ~ Jepitan Rambut
74
Visual dan Sedikit Kabar
75
Episode 74 ~ Terus Mengingkari
76
Episode 75 ~ Teringat Rencana Gibran
77
Episode 76 ~ Pria Asing di Basecamp
78
Episode 77 ~ Misi Berikutnya
79
Episode 78 ~ Kekejaman Bima
80
Episode 79 ~ Pikiran Buruk
81
Episode 80 ~ Nama Lainnya
82
Episode 81 ~ Pertumpahan Darah
83
Episode 82 ~ Licik dan Jahat
84
Episode 83 ~ Ada Bom!!!
85
Episode 84 ~ Rel Kereta Api
86
Episode 85 ~ Posisi Sulit
87
Episode 86 ~ Membentuk Grup
88
Episode 87 ~ Huufff...
89
Episode 88 ~ Tertembak
90
Episode 89 ~ Rasa Bersalah
91
Episode 90 ~ Peringatan Keras
92
Episode 91 ~ Sindrom PTSD
93
Episode 92 ~ Sketsa Rahasia
94
Episode 93 ~ Bram CS Zivana
95
Episode 94 ~ Butuh Waktu
96
Episode 95 ~ Ingin Menyusul Dhina
97
Episode 96 ~ Tidak Ditutupi Lagi
98
Episode 97 ~ Tingkah Pasutri Absurd
99
Episode 98 ~ Terselip Kisah Pilu
100
Episode 99 ~ Harus Berpencar
101
Episode 100 ~ Hancur!!!
102
Episode 101 ~ Memohon
103
Episode 102 ~ Berita Pagi
104
Episode 103 ~ Masih Sama
105
Episode 104 ~ Psikoterapi
106
Episode 105 ~ Tegarlah!!!
107
Episode 106 ~ Imam dan Dhina
108
Episode 107 ~ Video Terakhir
109
Episode 108 ~ Imam Pamit
110
Episode 109 ~ Kunjungan Dimas
111
Episode 110 ~ Kecanggihan Teknologi
112
Episode 111 ~ Luka Tak Kasat Mata
113
Episode 112 ~ Ingin Ke Makam
114
Episode 113 ~ Mimpi kah?
115
Episode 114 ~ Tiger VC Black Moon
116
Episode 115 ~ Yasinan dan Teror (Spesial)
117
Episode 116 ~ Isi Kotak Teror
118
Episode 117 ~ Masuk Sekolah Lagi
119
Episode 118 ~ Kekecewaan Hati
120
Episode 119 ~ Keluhan Black Moon
121
Episode 120 ~ Menolong Wanita Asing
122
Episode 121 ~ Air Mata Penyesalan
123
Episode 122 ~ Namanya Rumi
124
Episode 123 ~ Kalah Cepat
125
Episode 124 ~ Ketulusan Sosok Ibu
126
Episode 125 ~ Berusaha Menyadarkan
127
Episode 126 ~ Pelukan Terhangat
128
Episode 127 ~ Suapan Mami
129
Episode 128 ~ Makan Malam Spesial
130
Episode 129 ~ Anak Muda vc Orang Tua
131
Episode 130 ~ Pencarian
132
Episode 131 ~ Cara Bersyukur
133
Episode 132 ~ Sensitive
134
Episode 133 ~ Jebakan
135
Episode 134 ~ Pukulan Dendam
136
Episode 135 ~ Terluka
137
Episode 136 ~ Mobil di Depan Gerbang
138
Episode 137 ~ Penjelasan
139
Episode 138 ~ Terjebak Sendiri
140
Episode 139 ~ Kertas Kuning
141
Episode 140 ~ Permohonan Rumi
142
Episode 141 ~ Tekad Bram
143
Episode 142 ~ Menyampaikan Pesan
144
Episode 143 ~ Cip
145
Episode 144 ~ Bagi Tugas
146
Episode 145 ~ Iblis Berwujud Manusia
147
Episode 146 ~ Aksi Diam-diam
148
Episode 147 ~ Gedung Kosong
149
Episode 148 ~ Takdir Gadis Bisu
150
Episode 149 ~ Headshot
151
Episode 150 ~ Niat Baik Dhana
152
Episode 151 ~ Acara Perpisahan
153
Episode 152 ~ Acara Perpisahan 2
154
Surat Cinta Author
155
Season 2 {Episode 1 ~ Perjalanan Baru}
156
Season 2 {Episode 2 ~ Trauma Damar}
157
Season 2 {Episode 3 ~ Datang Kembali}
158
Season 2 {Episode 4 ~ Hari yang Baru}
159
Season 2 {Episode 5 ~ Tak Terkendali}
160
Season 2 {Episode 6 ~ Ancaman Lagi}
161
Season 2 {Episode 7 ~ Toko Buku}
162
Season 2 {Episode 8 ~ Arahan Hati}
163
Season 2 {Episode 9 ~ Kacau}
164
Season 2 {Episode 10 ~ Berebut Salah}
165
Season 2 {Episode 11 ~ Sumpah Bima}
166
Season 2 {Episode 12 ~ Masih Berusaha}
167
Season 2 {Episode 13 ~ Berita Baru}
168
Season 2 {Episode 14 ~ CCTV Tersembunyi}
169
Season 2 {Episode 15 ~ Pagi-pagi}
170
Season 2 {Episode 16 ~ Bimbingan}
171
Season 2 {Episode 17 ~ Bertemu}
172
Seaaon 2 {Episode 18 ~ Gejala Aneh}
173
Visual Tokoh Season 2
174
Season 2 {Episode 19 ~ Drop}
175
Season 2 {Episode 20 ~ Takut Terulang}
176
Season 2 {Episode 21 ~ Penyakit Langka}
177
Season 2 {Episode 22 ~ Frustasi}
178
Season 2 {Episode 23 ~ Ujian}
179
Season 2 {Episede 24 ~ Penuh Emosional}

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!