Episode 12 ~ Andaikan saja...

...☘️☘️☘️...

Malam yang panjang pun berlalu dengan cepat, hingga pantulan sinar matahari yang tidak terlalu terang itu masuk ke dalam jendela kamar Wulan dan mengusik tidur panjangnya. Sayup-sayup suara angin pagi pun ikut menembus celah jendela kamarnya, membuat Wulan tampak enggan menyingkap selimut tebal dari tubuhnya.

Perlahan, gadis cantik itu membuka mata dan bangkit dari tidurnya. Matanya yang sembap dan tampak hitam di bagian bawah mata tidak bisa ditutupi lagi. Bagaimana tidak sembap, Wulan menangis setelah melihat pertengkaran Dhana dan Mala yang cukup singkat tadi malam. Ditambah lagi dengan perkataan sang mami yang sangat menyayat hati.

Jika aku terus mengingat perkataan Mami, aku pasti akan menangis lagi. Tidak, pagi ini aku tidak boleh menangis karena aku harus pergi ke sekolah. Semangat Wulan. Gumam Wulan dalam hati.

Dengan penuh semangat, Wulan beranjak dari tempat tidur dan langsung masuk ke dalam kamar mandi.

***

"Pagi semuanya..."

Dengan penuh semangat, Damar yang sudah selesai bersiap untuk berangkat ke sekolah pun turun dan menyapa semua yang duduk di meja makan.

"Pagi, Sayang. Ayo cepat dimakan sarapan kamu. Nanti putra Mami bisa telat loh kalau terlalu santai seperti ini." jawab Mala yang tersenyum manis pada sang putra.

"Ah, Mami terlalu berlebihan. Ini masih jam enam, Mi. Lagi pula Adek juga belum keluar dari kamarnya. Damar akan berangkat sama Adek dan diantar oleh Papi. Iya 'kan Pi?" tutur Damar yang santai tanpa mengindahkan perkataan sang mami lalu menoleh ke arah Dhana.

"Benar, Sayang. Mulai pagi ini sampai seterusnya, Papi yang akan mengantar dan menjemput kalian ke sekolah. Biar Mami kalian tidak perlu capek-capek keluar rumah untuk menjemput kalian." jawab Dhana yang tersenyum pada Damar seraya melirik Mala.

Damar hanya menganggukan kepala dan tersenyum lebar penuh arti pada Dhana seraya menikmati sarapan. Sementara Pak Aidi dan Bu Aini yang mendengar perkataan putranya itu hanya bisa saling pandang, seakan bicara dalam bathin kalau mereka sangat mengerti dengan maksud Dhana.

Rasa kesal di dalam hati Mala terhadap suaminya kini semakin memuncak. Ingin sekali rasanya ia mengeluarkan emosinya saat ini juga walaupun di hadapannya sekarang ada ayah dan ibu mertuanya. Namun Mala tidak ingin bertengkar dengan Dhana di hadapan putranya karena ia takut, kalau Damar akan berbalik membencinya.

Mala yang merasa kesal pun menghela nafas kasar, berusaha mengontrol gejolak hatinya yang ingin meletus saat ini juga. Dengan rasa kesal itu pula, Mala menikmati sarapan pagi yang membuatnya kehilangan nafsu makan. Namun nafsu makan wanita itu semakin ditebas habis, saat matanya tertuju pada sosok gadis yang berjalan ke arah meja makan. Gadis itu tidak hanya berjalan, tapi juga tersenyum ke arahnya.

"Sayang..."

Dhana yang sesekali melirik sang istri saat tengah menikmati sarapan pun menerima tangkapan sinyal yang tidak baik dari raut wajahnya saat melihat ke arah tangga. Dan ternyata dugaan Dhana benar, kalau istrinya itu seperti biasa, sedang memasang wajah masam pada putrinya yang baru turun dari lantai atas.

"Anak Papi sudah rapih ya. Ayo duduk, kamu harus sarapan dulu, Sayang. Setelah itu baru kita berangkat ke sekolah. Papi yang akan mengantar kamu dan Damar ke sekolah." ujar Dhana yang tersenyum pada sang putri tanpa menghiraukan tatapan Mala.

Sekilas Wulan menoleh ke arah Mala yang memilih untuk memalingkan wajahnya. Ia sangat tau apa yang menjadi niat sang papi, dan sejujurnya Wulan merasa tidak enak hati melihat raut wajah sang mami seperti itu. Namun Wulan juga tidak bisa membujuk sang papi jika keputusannya sudah final.

Wulan pun duduk di samping Damar dan mengambil makanannya sendiri. Sesekali gadis kecil itu juga menoleh ke arah sang mami yang selalu saja memalingkan wajahnya, enggan atau bahkan tidak sudi melihat dirinya yang tidak sempurna. Hati Wulan benar-benar sakit, rasanya lebih sakit dibandingkan dengan rasa sakit karena teriris pisau tajam.

Selama apa pun Wulan menatap sang mami, hal itu tidak akan melunakkan hatinya yang terlanjur keras. Mala tetap acuh seakan tidak menganggap keberadaan sang putri. Sesekali Mala hanya menoleh ke arah Damar, mengelus wajah putranya tanpa memperdulikan perasaan sang putri.

Ya Allah... Andaikan tangan lembut Mami juga mengelus kepalaku, wajahku, dan bahuku seperti itu. Pasti hidupku ini akan teramat sangat bahagia. Aku tidak menginginkan apa-apa yang ada di dunia ini, Ya Allah. Aku hanya ingin Mami memeluk tubuhku dan mencium wajahku sebanyak mungkin saat aku berangkat ke sekolah. Aku hanya ingin kasih sayang Mami. Aku hanya ingin Mami. Gumam Wulan dalam hati.

Seraya memasukkan makanan ke dalam mulutnya, Wulan tampak berusaha keras untuk menahan bulir bening yang hendak jatuh. Menelan makanan yang terlihat sangat lezat tapi terasa pahit saat menyentuh lidahnya, bersamaan dengan menelan pahitnya sikap sang mami terhadap dirinya. Hatinya sakit, menjerit keras di dalam tapi tertahan untuk keluar. Wulan tersenyum pilu saat netranya yang hanya bisa melihat perlakuan manis sang mami pada Damar, bukan terhadap dirinya.

Gadis kecil itu berusaha menutupinya dari semua orang. Namun sikap Wulan itu tidak luput dari perhatian Dhana dan Damar. Kedua pria yang berbeda generasi itu saling pandang sendu saat menyadari gerak-gerik Wulan.

"Damar, Wulan... Ayo Nak, kita berangkat sekarang. Papi takut kalian terlambat nanti kalau terlalu lama sarapannya." ujar Dhana.

Tanpa menunggu jawaban dari keduanya, Dhana pun beranjak dan pamit pada orang tuanya, mengambil langkah cepat sebelum air mata sang putri benar-benar jatuh di tempat yang salah. Damar dan Wulan pun mengikuti sang papi, menyalami opa dan oma mereka secara bergantian sebagai tanda bakti serta hormat pada keduanya. Lalu...

"Damar pamit ke sekolah ya, Mi." ujar Damar seraya menyalami tangan sang mami.

"Kamu hati-hati ya, Sayang. Nanti siang Mami akan masak makan siang lagi untuk kamu." jawab Mala seraya mengelus wajah sang putra.

Damar hanya menganggukan kepalanya dan tersenyum getir, seakan enggan menjawab perkataan sang mami. Setelah pamit, pria yang tak kalah tampan dari Dhana itu pun beranjak, bermaksud untuk memberikan celah pada sang adik yang berdiri di sisinya sejak tadi untuk bisa menyalami tangan sang mami.

Wulan yang saat ini berdiri di depan sang mami pun mengulas senyum, tangannya sudah terulur hendak meraih tangan sang mami. Namun apa yang didapatkan gadis malang itu? Tanpa rasa bersalah, Mala berlenggang pergi meninggalkan ruang makan dan naik terus ke lantai atas. Wulan hanya bisa tersenyum getir, tangan yang sejak tadi terulur seketika jatuh tak berdaya, terasa lemah karena tidak mendapat sambutan yang hangat dari sang mami.

Benar-benar kejam kamu, Mala. Ibu macam apa kamu? Di saat anak sendiri ingin pamit pergi ke sekolah dan mencium tanganmu, tapi kamu malah bersikap seperti anak kecil seperti ini. Ya Allah... Mau sampai kapan putriku harus mengalami hal menyedihkan seperti ini? Aku benar-benar tidak sanggup melihatnya bersedih terus karena kebencian ibunya yang semakin berlarut-larut. Gumam Dhana dalam hati.

Tangan Dhana mengepal kuat, berusaha menenangkan diri agar tidak tersulut emosi karena melihat sikap dingin sang istri pada putrinya. Sama dengan halnya sang papi, Damar pun demikian emosinya. Kalau bukan karena mengingat hari yang masih pagi, mungkin Dhana akan mengejar Mala dan pertengkaran tidak akan bisa terelakkan lagi.

Melihat sang cucu yang terdiam di tempat, membuat hati Bu Aini terasa perih, seakan tersayat pisau sembilu. Di saat suasana pagi seperti ini, seharusnya ada setitik semangat untuk Wulan. Tapi sepertinya setitik itu tidak akan menjadi nyata jika Mala terus-terusan membenci putrinya sendiri.

Pak Aidi yang duduk di samping sang istri pun meraih tangannya lalu mengangguk, seakan meminta sang istri untuk menenangkan hati sang cucu yang selalu saja mendapatkan perlakuan dingin dari ibunya. Bu Aini pun mengerti dengan maksud sang suami, lalu ia beranjak dan merangkul bahu Wulan yang hampir tidak stabil.

"Sayang... Kenapa melamun Nak? Ayo berangkat ke sekolah. Lihat tuh, Papi dan Damar sudah menunggu kamu." ujar Bu Aini yang merangkul bahu Wulan dan memutar tubuhnya melihat ke arah Dhana serta Damar.

Wulan yang lesu dan masih sedih hanya mengangguk pelan. Lalu ia meraih note kesayangannya yang bertengger cantik di lehernya dan menuliskan sesuatu.

'Adek berangkat ke sekolah dulu ya, Oma. Do'akan Adek untuk menjalani hari ini dan bisa melewatinya dengan lancar. Adek titip Mami ya, Oma. Adek sayang Oma dan Opa'

Tangan Wulan pun terulur setelah merobek selembar note yang baru saja ia lukis indah dengan kata-kata singkat. Senyum Bu Aini mengembang saat membaca tulisan karya sang cucu lalu menciumnya dengan sayang.

"Oma juga sayang Adek."

Wulan tersenyum lebar setelah mendengar bisikan sang oma yang membuat semangat dalam dirinya kembali berkobar. Setelah itu, Wulan melangkah lebar, menghampiri sang papi dan mas kembarnya yang melihatnya sejak tadi. Lalu mereka berangkat.

Bu Aini pun menghela nafas panjang saat matanya masih tertuju pada anak dan kedua cucunya yang sedang berjalan keluar rumah.

"Sudahlah, Sayang. Mereka sudah pergi dan jangan melamun terus. Ayo sini, duduk lagi lalu temani suamimu ini sarapan." ujar Pak Aidi yang menggoda sang istri.

"Ck, kamu ini ada-ada saja Mas. Kita itu sudah tua. Jangan terlalu menggodaku seperti anak muda. Ingat umur, Sayang!!!" jawab Bu Aini yang duduk kembali di meja makan.

"Menggoda istri sendiri tidak harus pandang usia, Sayang. Ayo makan lagi. Sarapan kamu belum habis loh itu." ujar Pak Aidi, berusaha menghibur istrinya yang sedih karena Wulan.

Bu Aini menggelengkan kepala mendengar perkataan sang suami. Lalu keduanya pun melanjutkan sarapan berdua.

Drrrrttt...

Saat Pak Aidi dan Bu Aini sedang menikmati sarapan berdua, tiba-tiba Pak Aidi merasakan ponselnya yang bergetar dari dalam sakunya. Tanpa berpikir lagi, Pak Aidi langsung meraih benda pipih nan cerdas itu. Dahi Pak Aidi mengerut seketika saat mendapati nama seseorang di layar ponselnya dan langsung mengangkatnya.

"Assalamualaikum Sadha... Iya ada apa Nak?"

Ternyata Pak Aidi mendapat panggilan dari putra tengahnya. Mereka pun berbicara namun seketika wajah Pak Aidi mendadak pias. Mata pria paruh baya itu terbelalak seketika saat mendengar kabar dari sang putra yang berada di seberang sana. Tangan Pak Aidi melemah tak berdaya, terkulai hingga ponselnya terjatuh dan mengejutkan Bu Aini yang sejak tadi asyik menyantap makanan.

"Ada apa Mas? Kenapa wajahmu menjadi tegang seperti ini?" tanya Bu Aini seraya mengguncang tubuh sang suami.

Guncangan tangan sang istri membuatnya tersadar dari lamunan pendek setelah mendengar kabar yang datang dari Sadha. Pak Aidi menggiring matanya ke arah sang istri yang sejak tadi menuntut penjelasan lebih lanjut darinya. Matanya memerah dan tumpukan air pun juga terlihat jelas di sana, membuat hati seorang Bu Aini tidak tenang.

"Ammar... Ammar masuk rumah sakit, Sayang."

Sendok yang ada di tangan Bu Aini terjatuh seketika saat mendapat kabar itu. Bergegas, ia langsung beranjak, berlari ke arah kamar dan keluar lagi seraya membawa sebuah tas kecil.

"Ayo kita ke rumah sakit sekarang, Mas!"

Tanpa berpikir lagi, Pak Aidi pun beranjak dan mengikuti sang istri yang sudah berlari lebih dulu keluar rumah. Kepanikan yang tiada tara membuat mereka lupa untuk memberitahu Mala atau meninggalkan pesan pada Bi Iyah. Kedua paruh baya itu bergegas pergi tanpa memberi kabar pada siapa pun.

***

"Kalau begitu Papi pergi dulu ya. Kalian harus semangat dan rajin belajar!!!"

Sebelum beranjak pergi, Dhana yang ikut mengantar kedua anak kembarnya sampai di depan gerbang sekolah pun mengulas senyum. Senyum yang akan menjadi percikan semangat untuk kedua anaknya, terutama Wulan.

"Siap, Pi. Damar dan Adek akan semangat dan sepertinya Papi tidak perlu menjemput kami. Biar Damar dan Adek pulang sendiri saja ya, Pi." jawab Damar yang sedang bernegosiasi.

Dhana terdiam sejenak, mempertimbangkan permintaan sang putra untuk pulang berdua saja dengan sang adik. Sementara Damar terlihat komat-kamit saat sang papi terdiam, berdo'a dan berharap kalau sang papi akan memberikan izin karena merasa malas jika harus dijemput terus-terusan seperti anak SD.

"Baiklah, tapi kamu harus menjaga Wulan dengan baik!!! Papi percayakan adik kamu, sepenuhnya sama kamu dan jangan buat Papi kecewa." ujar Dhana yang menekan setiap kata.

"Siap dilaksanakan Baginda Raja Dhana..."

Wulan terkikik geli saat melihat tingkah lucu dari mas kembarnya itu yang hormat dengan tegap pada sang papi. Sementara itu, Dhana hanya menggelengkan kepalanya efek gemas melihat tingkah sang putra.

Setelah puas menertawakan Damar, Wulan bergerak maju untuk mencium tangan Dhana dan diikuti pula dengan Damar. Lalu mereka masuk ke dalam gerbang setelah berpamitan. Sementara Dhana, pria itu juga beranjak pergi meninggalkan kedua anaknya untuk sekolah.

"Mas antar Adek sampai ke kelas ya." ujar Damar seraya merangkul bahu sang adik.

Wulan menggelengkan kepalanya cepat, tanda menolak permintaan sang mas kembar. Lalu gadis itu meraih note kecilnya dan menuliskan sesuatu atas alasan penolakan darinya.

'Tidak perlu, Mas. Mas Damar langsung masuk kelas saja ya. Nanti kita bertemu di kantin saja'

Damar menghela nafas saat matanya dapat menangkap sinyal penolakan dari sang adik, ditambah lagi setelah menerima note tulisan itu. Sebagai bonus, gadis itu tersenyum manis berusaha membujuk Damar yang keras kepala.

"Baiklah, cantik. Nanti kita bertemu di kantin. Hati-hati ya, kalau ada apa-apa hubungi Mas!"

Wulan mengangguk sebagai jawaban untuk Damar yang bisa dikatakan overprotective terhadap dirinya. Setelah mengacak lembut kepala sang adik, Damar dan Wulan berpisah karena kelas mereka yang tidak sama. Wulan masuk ke dalam kelasnya, sementara Damar berjalan menuju kelas.

"Damar..."

.

.

.

.

.

Happy Reading All 😇😇😇

Terpopuler

Comments

ZasNov

ZasNov

Jadi penasaran, Mala sebenarnya punya hati ga sih..Apa pas pembagian hati, dia mangkir ya.. Jahat banget jadi ibu kandung.. 😓
Asli deh Mala tuh harus dikasih pelajaran dulu x ya..
Setega itu sama anak sendiri, kasian Wulan, menderita terus..😩

2021-12-07

0

Senja Merona🍂

Senja Merona🍂

aaaahhh membayangkan jadi wulan pasti sesek hatinya 😭

2021-11-29

0

Lady Meilina (Ig:lady_meilina)

Lady Meilina (Ig:lady_meilina)

hy kk aku mmpir slm dari secret lover

2021-11-16

1

lihat semua
Episodes
1 Episode 1 ~ Aku, Wulan...
2 Episode 2 ~ Bukan Salah Papi
3 Episode 3 ~ Flashback
4 Episode 4 ~ Flashback (2)
5 Episode 5 ~ Flashback (3)
6 Episode 6 ~ Flashback (4)
7 Episode 7 ~ Keluh Kesah Damar
8 Episode 8 ~ Tamu Spesial
9 Episode 9 ~ Lembut, Seperti Sutra
10 Episode 10 ~ Amarah Aiziel
11 Episode 11 ~ Masih Kecewa
12 Episode 12 ~ Andaikan saja...
13 Episode 13 ~ Habis Kesabaran
14 Episode 14 ~ Nilai Ulangan Harian
15 Episode 15 ~ Darah Tinggi
16 Episode 16 ~ Niat Damar
17 Episode 17 ~ Bakat Terpendam Wulan
18 Episode 18 ~ Teringat Seseorang
19 Episode 19 ~ Aifa'al dan Syahil
20 Episode 20 ~ Aksi Budak Cinta
21 Episode 21 ~ Kebenaran Baru
22 Episode 22 ~ Siapa Zivana Sebenarnya
23 Episode 23 ~ Rewards Fantastis
24 Episode 24 ~ Lupa Waktu
25 Episode 25 ~ Hilang
26 Episode 26 ~ Lilitan Kain di Balkon
27 Episode 27 ~ Tersesat
28 Episode 28 ~ Naluri
29 Episode 29 ~ Ketoprak Yang Hilang
30 Episode 30 ~ Kesempatan
31 Episode 31 ~ Empat Mata
32 Episode 32 ~ Pulang
33 Episode 33 ~ One Step Closer
34 Episode 34 ~ Firasat
35 Episode 35 ~ Tabrak Lari
36 Episode 36 ~ Bertemu
37 Episode 37 ~ Hukum Cambuk
38 Episode 38 ~ Akhirnya Sadar
39 Episode 39 ~ Geram
40 Episode 40 ~ Kapten Oleng
41 Episode 41 ~ Salah Memilih Orang
42 Episode 42 ~ Apakah Ini Pertanda?
43 Episode 43 ~ Mabuk
44 Episode 44 ~ Partai Pelindung
45 Episode 45 ~ Kotak Buku Lama
46 Episode 46 ~ Kepingan Masa Lalu
47 Episode 47 ~ Memberitahu Papi
48 Episode 48 ~ Gelagat Aneh
49 Episode 49 ~ Brownies Coklat
50 Episode 50 ~ Gelap Mata Lagi
51 Episode 51 ~ Ayah dan Ibu Harus Tau!
52 Episode 52 ~ Dekapan Oma
53 Episode 53 ~ Yang Dirindukan, Datang!
54 Episode 54 ~ Keputusan Dhana
55 Episode 55 ~ Pembagian Raport
56 Episode 56 ~ Bertindak Adil
57 Episode 57 ~ Terkepung
58 Episode 58 ~ Kedatangan Orang Jauh
59 Episode 59 ~ Ide Yang Brilliant
60 Episode 60 ~ Si Kembar Belum Pulang
61 Episode 61 ~ Petunjuk Alat Pelacak
62 Episode 62 ~ Do'a Bapak Paruh Baya
63 Episode 63 ~ Rekaman CCTV
64 Episode 64 ~ Dituduh
65 Episode 65 ~ Kecurigaan Syahil
66 Episode 66 ~ Mempercayai Aifa'al
67 Episode 67 ~ Balada Wanita Dewasa
68 Episode 68 ~ Mata-mata
69 Episode 69 ~ Sakit Parah
70 Episode 70 ~ Kabar Dari Aifa'al
71 Episode 71 ~ Ikut Tertangkap
72 Episode 72 ~ Rencana Penyelamatan
73 Episode 73 ~ Jepitan Rambut
74 Visual dan Sedikit Kabar
75 Episode 74 ~ Terus Mengingkari
76 Episode 75 ~ Teringat Rencana Gibran
77 Episode 76 ~ Pria Asing di Basecamp
78 Episode 77 ~ Misi Berikutnya
79 Episode 78 ~ Kekejaman Bima
80 Episode 79 ~ Pikiran Buruk
81 Episode 80 ~ Nama Lainnya
82 Episode 81 ~ Pertumpahan Darah
83 Episode 82 ~ Licik dan Jahat
84 Episode 83 ~ Ada Bom!!!
85 Episode 84 ~ Rel Kereta Api
86 Episode 85 ~ Posisi Sulit
87 Episode 86 ~ Membentuk Grup
88 Episode 87 ~ Huufff...
89 Episode 88 ~ Tertembak
90 Episode 89 ~ Rasa Bersalah
91 Episode 90 ~ Peringatan Keras
92 Episode 91 ~ Sindrom PTSD
93 Episode 92 ~ Sketsa Rahasia
94 Episode 93 ~ Bram CS Zivana
95 Episode 94 ~ Butuh Waktu
96 Episode 95 ~ Ingin Menyusul Dhina
97 Episode 96 ~ Tidak Ditutupi Lagi
98 Episode 97 ~ Tingkah Pasutri Absurd
99 Episode 98 ~ Terselip Kisah Pilu
100 Episode 99 ~ Harus Berpencar
101 Episode 100 ~ Hancur!!!
102 Episode 101 ~ Memohon
103 Episode 102 ~ Berita Pagi
104 Episode 103 ~ Masih Sama
105 Episode 104 ~ Psikoterapi
106 Episode 105 ~ Tegarlah!!!
107 Episode 106 ~ Imam dan Dhina
108 Episode 107 ~ Video Terakhir
109 Episode 108 ~ Imam Pamit
110 Episode 109 ~ Kunjungan Dimas
111 Episode 110 ~ Kecanggihan Teknologi
112 Episode 111 ~ Luka Tak Kasat Mata
113 Episode 112 ~ Ingin Ke Makam
114 Episode 113 ~ Mimpi kah?
115 Episode 114 ~ Tiger VC Black Moon
116 Episode 115 ~ Yasinan dan Teror (Spesial)
117 Episode 116 ~ Isi Kotak Teror
118 Episode 117 ~ Masuk Sekolah Lagi
119 Episode 118 ~ Kekecewaan Hati
120 Episode 119 ~ Keluhan Black Moon
121 Episode 120 ~ Menolong Wanita Asing
122 Episode 121 ~ Air Mata Penyesalan
123 Episode 122 ~ Namanya Rumi
124 Episode 123 ~ Kalah Cepat
125 Episode 124 ~ Ketulusan Sosok Ibu
126 Episode 125 ~ Berusaha Menyadarkan
127 Episode 126 ~ Pelukan Terhangat
128 Episode 127 ~ Suapan Mami
129 Episode 128 ~ Makan Malam Spesial
130 Episode 129 ~ Anak Muda vc Orang Tua
131 Episode 130 ~ Pencarian
132 Episode 131 ~ Cara Bersyukur
133 Episode 132 ~ Sensitive
134 Episode 133 ~ Jebakan
135 Episode 134 ~ Pukulan Dendam
136 Episode 135 ~ Terluka
137 Episode 136 ~ Mobil di Depan Gerbang
138 Episode 137 ~ Penjelasan
139 Episode 138 ~ Terjebak Sendiri
140 Episode 139 ~ Kertas Kuning
141 Episode 140 ~ Permohonan Rumi
142 Episode 141 ~ Tekad Bram
143 Episode 142 ~ Menyampaikan Pesan
144 Episode 143 ~ Cip
145 Episode 144 ~ Bagi Tugas
146 Episode 145 ~ Iblis Berwujud Manusia
147 Episode 146 ~ Aksi Diam-diam
148 Episode 147 ~ Gedung Kosong
149 Episode 148 ~ Takdir Gadis Bisu
150 Episode 149 ~ Headshot
151 Episode 150 ~ Niat Baik Dhana
152 Episode 151 ~ Acara Perpisahan
153 Episode 152 ~ Acara Perpisahan 2
154 Surat Cinta Author
155 Season 2 {Episode 1 ~ Perjalanan Baru}
156 Season 2 {Episode 2 ~ Trauma Damar}
157 Season 2 {Episode 3 ~ Datang Kembali}
158 Season 2 {Episode 4 ~ Hari yang Baru}
159 Season 2 {Episode 5 ~ Tak Terkendali}
160 Season 2 {Episode 6 ~ Ancaman Lagi}
161 Season 2 {Episode 7 ~ Toko Buku}
162 Season 2 {Episode 8 ~ Arahan Hati}
163 Season 2 {Episode 9 ~ Kacau}
164 Season 2 {Episode 10 ~ Berebut Salah}
165 Season 2 {Episode 11 ~ Sumpah Bima}
166 Season 2 {Episode 12 ~ Masih Berusaha}
167 Season 2 {Episode 13 ~ Berita Baru}
168 Season 2 {Episode 14 ~ CCTV Tersembunyi}
169 Season 2 {Episode 15 ~ Pagi-pagi}
170 Season 2 {Episode 16 ~ Bimbingan}
171 Season 2 {Episode 17 ~ Bertemu}
172 Seaaon 2 {Episode 18 ~ Gejala Aneh}
173 Visual Tokoh Season 2
174 Season 2 {Episode 19 ~ Drop}
175 Season 2 {Episode 20 ~ Takut Terulang}
176 Season 2 {Episode 21 ~ Penyakit Langka}
177 Season 2 {Episode 22 ~ Frustasi}
178 Season 2 {Episode 23 ~ Ujian}
179 Season 2 {Episede 24 ~ Penuh Emosional}
Episodes

Updated 179 Episodes

1
Episode 1 ~ Aku, Wulan...
2
Episode 2 ~ Bukan Salah Papi
3
Episode 3 ~ Flashback
4
Episode 4 ~ Flashback (2)
5
Episode 5 ~ Flashback (3)
6
Episode 6 ~ Flashback (4)
7
Episode 7 ~ Keluh Kesah Damar
8
Episode 8 ~ Tamu Spesial
9
Episode 9 ~ Lembut, Seperti Sutra
10
Episode 10 ~ Amarah Aiziel
11
Episode 11 ~ Masih Kecewa
12
Episode 12 ~ Andaikan saja...
13
Episode 13 ~ Habis Kesabaran
14
Episode 14 ~ Nilai Ulangan Harian
15
Episode 15 ~ Darah Tinggi
16
Episode 16 ~ Niat Damar
17
Episode 17 ~ Bakat Terpendam Wulan
18
Episode 18 ~ Teringat Seseorang
19
Episode 19 ~ Aifa'al dan Syahil
20
Episode 20 ~ Aksi Budak Cinta
21
Episode 21 ~ Kebenaran Baru
22
Episode 22 ~ Siapa Zivana Sebenarnya
23
Episode 23 ~ Rewards Fantastis
24
Episode 24 ~ Lupa Waktu
25
Episode 25 ~ Hilang
26
Episode 26 ~ Lilitan Kain di Balkon
27
Episode 27 ~ Tersesat
28
Episode 28 ~ Naluri
29
Episode 29 ~ Ketoprak Yang Hilang
30
Episode 30 ~ Kesempatan
31
Episode 31 ~ Empat Mata
32
Episode 32 ~ Pulang
33
Episode 33 ~ One Step Closer
34
Episode 34 ~ Firasat
35
Episode 35 ~ Tabrak Lari
36
Episode 36 ~ Bertemu
37
Episode 37 ~ Hukum Cambuk
38
Episode 38 ~ Akhirnya Sadar
39
Episode 39 ~ Geram
40
Episode 40 ~ Kapten Oleng
41
Episode 41 ~ Salah Memilih Orang
42
Episode 42 ~ Apakah Ini Pertanda?
43
Episode 43 ~ Mabuk
44
Episode 44 ~ Partai Pelindung
45
Episode 45 ~ Kotak Buku Lama
46
Episode 46 ~ Kepingan Masa Lalu
47
Episode 47 ~ Memberitahu Papi
48
Episode 48 ~ Gelagat Aneh
49
Episode 49 ~ Brownies Coklat
50
Episode 50 ~ Gelap Mata Lagi
51
Episode 51 ~ Ayah dan Ibu Harus Tau!
52
Episode 52 ~ Dekapan Oma
53
Episode 53 ~ Yang Dirindukan, Datang!
54
Episode 54 ~ Keputusan Dhana
55
Episode 55 ~ Pembagian Raport
56
Episode 56 ~ Bertindak Adil
57
Episode 57 ~ Terkepung
58
Episode 58 ~ Kedatangan Orang Jauh
59
Episode 59 ~ Ide Yang Brilliant
60
Episode 60 ~ Si Kembar Belum Pulang
61
Episode 61 ~ Petunjuk Alat Pelacak
62
Episode 62 ~ Do'a Bapak Paruh Baya
63
Episode 63 ~ Rekaman CCTV
64
Episode 64 ~ Dituduh
65
Episode 65 ~ Kecurigaan Syahil
66
Episode 66 ~ Mempercayai Aifa'al
67
Episode 67 ~ Balada Wanita Dewasa
68
Episode 68 ~ Mata-mata
69
Episode 69 ~ Sakit Parah
70
Episode 70 ~ Kabar Dari Aifa'al
71
Episode 71 ~ Ikut Tertangkap
72
Episode 72 ~ Rencana Penyelamatan
73
Episode 73 ~ Jepitan Rambut
74
Visual dan Sedikit Kabar
75
Episode 74 ~ Terus Mengingkari
76
Episode 75 ~ Teringat Rencana Gibran
77
Episode 76 ~ Pria Asing di Basecamp
78
Episode 77 ~ Misi Berikutnya
79
Episode 78 ~ Kekejaman Bima
80
Episode 79 ~ Pikiran Buruk
81
Episode 80 ~ Nama Lainnya
82
Episode 81 ~ Pertumpahan Darah
83
Episode 82 ~ Licik dan Jahat
84
Episode 83 ~ Ada Bom!!!
85
Episode 84 ~ Rel Kereta Api
86
Episode 85 ~ Posisi Sulit
87
Episode 86 ~ Membentuk Grup
88
Episode 87 ~ Huufff...
89
Episode 88 ~ Tertembak
90
Episode 89 ~ Rasa Bersalah
91
Episode 90 ~ Peringatan Keras
92
Episode 91 ~ Sindrom PTSD
93
Episode 92 ~ Sketsa Rahasia
94
Episode 93 ~ Bram CS Zivana
95
Episode 94 ~ Butuh Waktu
96
Episode 95 ~ Ingin Menyusul Dhina
97
Episode 96 ~ Tidak Ditutupi Lagi
98
Episode 97 ~ Tingkah Pasutri Absurd
99
Episode 98 ~ Terselip Kisah Pilu
100
Episode 99 ~ Harus Berpencar
101
Episode 100 ~ Hancur!!!
102
Episode 101 ~ Memohon
103
Episode 102 ~ Berita Pagi
104
Episode 103 ~ Masih Sama
105
Episode 104 ~ Psikoterapi
106
Episode 105 ~ Tegarlah!!!
107
Episode 106 ~ Imam dan Dhina
108
Episode 107 ~ Video Terakhir
109
Episode 108 ~ Imam Pamit
110
Episode 109 ~ Kunjungan Dimas
111
Episode 110 ~ Kecanggihan Teknologi
112
Episode 111 ~ Luka Tak Kasat Mata
113
Episode 112 ~ Ingin Ke Makam
114
Episode 113 ~ Mimpi kah?
115
Episode 114 ~ Tiger VC Black Moon
116
Episode 115 ~ Yasinan dan Teror (Spesial)
117
Episode 116 ~ Isi Kotak Teror
118
Episode 117 ~ Masuk Sekolah Lagi
119
Episode 118 ~ Kekecewaan Hati
120
Episode 119 ~ Keluhan Black Moon
121
Episode 120 ~ Menolong Wanita Asing
122
Episode 121 ~ Air Mata Penyesalan
123
Episode 122 ~ Namanya Rumi
124
Episode 123 ~ Kalah Cepat
125
Episode 124 ~ Ketulusan Sosok Ibu
126
Episode 125 ~ Berusaha Menyadarkan
127
Episode 126 ~ Pelukan Terhangat
128
Episode 127 ~ Suapan Mami
129
Episode 128 ~ Makan Malam Spesial
130
Episode 129 ~ Anak Muda vc Orang Tua
131
Episode 130 ~ Pencarian
132
Episode 131 ~ Cara Bersyukur
133
Episode 132 ~ Sensitive
134
Episode 133 ~ Jebakan
135
Episode 134 ~ Pukulan Dendam
136
Episode 135 ~ Terluka
137
Episode 136 ~ Mobil di Depan Gerbang
138
Episode 137 ~ Penjelasan
139
Episode 138 ~ Terjebak Sendiri
140
Episode 139 ~ Kertas Kuning
141
Episode 140 ~ Permohonan Rumi
142
Episode 141 ~ Tekad Bram
143
Episode 142 ~ Menyampaikan Pesan
144
Episode 143 ~ Cip
145
Episode 144 ~ Bagi Tugas
146
Episode 145 ~ Iblis Berwujud Manusia
147
Episode 146 ~ Aksi Diam-diam
148
Episode 147 ~ Gedung Kosong
149
Episode 148 ~ Takdir Gadis Bisu
150
Episode 149 ~ Headshot
151
Episode 150 ~ Niat Baik Dhana
152
Episode 151 ~ Acara Perpisahan
153
Episode 152 ~ Acara Perpisahan 2
154
Surat Cinta Author
155
Season 2 {Episode 1 ~ Perjalanan Baru}
156
Season 2 {Episode 2 ~ Trauma Damar}
157
Season 2 {Episode 3 ~ Datang Kembali}
158
Season 2 {Episode 4 ~ Hari yang Baru}
159
Season 2 {Episode 5 ~ Tak Terkendali}
160
Season 2 {Episode 6 ~ Ancaman Lagi}
161
Season 2 {Episode 7 ~ Toko Buku}
162
Season 2 {Episode 8 ~ Arahan Hati}
163
Season 2 {Episode 9 ~ Kacau}
164
Season 2 {Episode 10 ~ Berebut Salah}
165
Season 2 {Episode 11 ~ Sumpah Bima}
166
Season 2 {Episode 12 ~ Masih Berusaha}
167
Season 2 {Episode 13 ~ Berita Baru}
168
Season 2 {Episode 14 ~ CCTV Tersembunyi}
169
Season 2 {Episode 15 ~ Pagi-pagi}
170
Season 2 {Episode 16 ~ Bimbingan}
171
Season 2 {Episode 17 ~ Bertemu}
172
Seaaon 2 {Episode 18 ~ Gejala Aneh}
173
Visual Tokoh Season 2
174
Season 2 {Episode 19 ~ Drop}
175
Season 2 {Episode 20 ~ Takut Terulang}
176
Season 2 {Episode 21 ~ Penyakit Langka}
177
Season 2 {Episode 22 ~ Frustasi}
178
Season 2 {Episode 23 ~ Ujian}
179
Season 2 {Episede 24 ~ Penuh Emosional}

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!