Episode 5 ~ Flashback (3)

...🍁🍁🍁...

"Putri anda mengalami kelainan di bagian syaraf telinganya sehingga membuat putri anda tidak mampu untuk berkomunikasi dengan orang yang ada di sekitarnya. Hal yang seperti ini sering disebut dengan tuna rungu-wicara, Pak."

Air mataku lolos begitu saja saat dokter yang berada di hadapanku dan Mas Sadha saat ini tengah menjelaskan kondisi Wulan, putriku. Ternyata feeling-ku dan Mas Sadha benar, Wulan mempunyai ketebelakangan khusus yang membuatnya tidak bisa mendengar, bahkan berbicara dengan orang di sekitar.

Cobaan apa lagi ini? Hatiku terasa sakit saat mendengar perkataan dokter itu. Kenapa hal ini menimpa putriku? Kenapa bukan aku saja yang mengalaminya? Aku benar-benar kacau dengan semua ini, istriku belum sadar dari koma setelah empat tahun berlalu dan sekarang aku diberi cobaan separah ini dengan kenyataan kondisi putriku. Baru saja aku merasakan hidup bahagia setelah lama aku terpuruk karena kepergian adikku, tapi kenapa ujian berat kembali menimpaku? Bahkan ujian itu menimpa langsung putriku yang masih kecil.

Aku hanya terdiam namun air mataku terus saja menetes tanpa seizin dariku. Melihatku yang terdiam dan meneteskan air mata, Mas Sadha yang masih menggendong Damar pun meraih tanganku. Mas Sadha menggenggam tanganku dengan erat, seakan memberikan kekuatan agar aku bisa menerima kenyataan pahit ini.

"Bisakah Dokter jelaskan lagi tentang tuna rungu-wicara pada kami?"

Dengan antusias, Mas Sadha yang sebenarnya belum memahami betul apa tuna rungu-wicara itu sendiri pun meminta dokter itu menjelaskan semuanya agar kami mendengarnya dan bisa mengambil keputusan selanjutnya.

"Baiklah, Pak..."

Dokter itu tampak mengambil nafas dalam-dalam seraya melihat berkas kondisi kesehatan putriku. Lalu melihat ke arah kami.

"Tuna rungu itu adalah kondisi fisik yang dialami oleh seseorang yang tidak memiliki kemampuan untuk mendengarkan suara dalam bentuk apa pun, biasanya seorang tuna rungu juga menderita tuna wicara atau ketidakmampuan untuk berbicara. Biasanya seorang anak tuna rungu-wicara memiliki kesulitan belajar untuk mengenali suara, terutama suara ibunya sehingga respon yang dimilikinya lambat dibandingkan dengan anak tuna netra."

Kulihat Mas Sadha yang dengan cermat mendengar penjelasan dokter itu, sementara aku sudah tidak fokus lagi sejak mengetahui kebenaran tentang kondisi putriku.

"Ketidakmampuan belajar ini yang menjadi salah satu faktor anak tuna rungu-wicara memiliki tingkat kecerdasan di bawah rata-rata anak pada umumnya. Ketidakmampuan belajar pada anak tuna rungu-wicara juga dapat mempengaruhi psikologis anak tuna rungu-wicara. Menurut hasil pemeriksaan saya, putri anda mengalami tuna rungu-wicara yang tingkat sedang. Hal itu masih bisa dibantu dengan memasang sebuah alat bantu pendengaran di telinganya. Sementara untuk saling berkomunikasi, putri anda bisa berlatih dengan menggunakan bahasa isyarat yang dikhususkan untuk anak tuna rungu-wicara."

Mas Sadha terdengar menghela nafas berat dan terus menggenggam tanganku. Sementara aku masih terdiam, duduk membatu di depan dokter yang saat ini masih menjelaskan semua tentang kelainan yang dialami putriku.

"Sebenarnya apa yang menyebabkan putri saya ini terkena kelainan seperti itu Dok?"

Ternyata rasa ingin tau Mas Sadha tentang kelainan putriku lebih besar dibandingkan dengan diriku. Bukan tidak ingin tau, atau berusaha untuk tidak peduli, melainkan aku sudah tidak cukup kuat untuk mendengarkan semua penjelasan dan kemungkinan yang akan terjadi di kemudian hari. Aku benar-benar tidak sanggup!

"Sebelum menjawab pertanyaan Bapak, saya ingin bertanya terlebih dahulu. Apakah putri anda lahir prematur? Atau ada kelainan lain yang terjadi saat putri anda berada di dalam kandungan?" tanya balik dokter itu pada Mas Sadha.

Aku yang sejak tadi tertunduk pun langsung mengangkat kepala dan menatap dokter itu. Ingin rasanya aku ikut menjelaskan semua yang pernah terjadi pada dokter itu tentang kondisi kehamilan istriku saat persalinan. Namun lagi-lagi kekuatanku sudah tidak ada dan membuatku tetap diam.

"Putri saya sebenarnya kembar, Dok. Saat di dalam kandungan istri saya, perkembangan salah satu di antara mereka tidak stabil dan mengakibatkan putri saya ini lahir dengan berat badan seperti anak yang lahir secara prematur. Apakah itu yang menjadi penyebab kondisinya seperti ini Dok?" timpal Mas Sadha yang sesekali menoleh ke arahku.

"Tentu saja, Pak. Itu artinya ada penyakit yang menyerang salah satu bayi kembar anda saat mereka masih berada di dalam kandungan ibunya. Karena penyakit itulah yang menyebabkan tumbuh kembang salah satu anak kembar anda terganggu dan berakibat fatal pada organ penting di dalam dirinya." jawab dokter itu yang menjelaskan.

Aku benar-benar tidak kuat lagi mendengar semua penjelasan dokter. Tapi Mas Sadha tetap tenang dan berusaha menguatkan aku dengan menggenggam erat tanganku.

"Apakah tidak ada terapi atau pengobatan jenis lainnya yang bisa menyembuhkan kelainan pada putri saya, Dok?" tanya Mas Sadha lagi yang mewakiliku karena aku syok dan tidak mampu untuk mengatakan apa-apa lagi.

"Sampai saat ini belum ada pengobatan untuk penyandang tuna rungu-wicara, Pak. Tapi Bapak jangan khawatir karena zaman yang sudah semakin canggih, penyandang tuna rungu-wicara bisa menggunakan alat bantu berupa implant koklea untuk bisa mendengar suara yang ada di sekitarnya."

"Apakah putri saya bisa sembuh Dok?" tanya Mas Sadha lagi untuk memastikan.

"Kemungkinan untuk sembuh sangat kecil, Pak. Apalagi mengingat kelainan yang dialami putri anda ini terjadi karena perkembangan kondisinya saat berada di dalam kandungan sang ibu dan baru diketahui saat ini. Saya tidak bisa menjanjikan hal sebesar itu, Pak." jawab dokter itu dengan nada rendah dan hampir tak terdengar.

Aku tetap bergeming, tanganku yang satunya lagi kugunakan untuk memeluk erat putriku yang masih bertengger di atas pahaku. Pandanganku menerawang, membayangkan masa depan putriku yang mungkin akan menjadi kelam karena keterbatasannya. Air mataku masih saja lolos, bibirku kelu tak mampu untuk mengatakan apa pun. Suara nafas kasar Mas Sadha kembali terdengar. Lalu Mas Sadha menggiring matanya ke arahku yang masih membisu. Aku hanya menatap Mas Sadha dengan tatapan sendu karena tidak bisa berkata apa-apa lagi untuk saat ini.

"Baiklah, Dok. Saya setuju dengan usulan Dokter untuk memasang alat bantu pada telinga putri saya. Tolong lakukan apa saja yang terbaik untuk putri saya, Dok."

Lagi-lagi Mas Sadha yang berbicara setelah sepersekian menit, ia menatapku yang masih membisu. Kali ini aku benar-benar menyerahkan semua keputusan pada mas tengahku itu untuk putriku, Wulan. Apa pun itu aku sangat mempercayai Mas Sadha.

Akhirnya, pemeriksaan selesai dan kini Wulan telah memakai alat bantu di salah satu telinganya. Aku dan Mas Sadha pun memilih pulang untuk membicarakan hal ini pada Ayah, Ibu dan juga Mas Ammar. Aku dan Mas Sadha menceritakan semuanya pada mereka tentang kondisi Wulan. Mereka sangat syok dan terkejut. Mereka tidak pernah menyangka kalau hal separah ini akan menimpa putriku.

Yang paling terpukul setelah aku adalah Ibu. Kenangan masa lalu pun kembali teringat di memori otaknya. Di mana putri satu-satunya juga mengalami nasib buruk karena sakit keras dan hal ini kembali terulang pada cucu perempuannya.

"Kenapa? Kenapa nasib yang hampir serupa juga terjadi pada cucu Ibu? Kenapa Wulan harus mengalami kelainan seperti ini? Ibu tidak bisa membayangkan bagaimana masa depannya nanti. Semua orang pasti akan mengucilkan cucu Ibu. Ya Allah... kenapa nasib buruk yang menimpa putriku juga Kau berikan pada cucuku? Dia masih kecil dan bahkan dia belum mengetahui suara ibunya."

Ibu terus meracau, air matanya tampak jelas berjatuhan di wajahnya yang tak lagi muda. Sementara aku hanya tertunduk, duduk di antara Mas Ammar dan Mas Sadha seraya menyilangkan kedua tanganku di depan dada.

"Semua ini sudah takdir, Bu. Wulan juga tidak ingin terlahir seperti ini. Kalau Wulan bisa memilih, mungkin dia akan memilih untuk tidak dilahirkan dari pada harus mengalami kelainan seperti ini. Tapi apa lah daya kita yang hanya manusia biasa ini, Bu. Semua yang terjadi di dalam keluarga kita, itu sudah menjadi Qada dan Qadar Allah. Kita tidak bisa mengubahnya. Tugas kita sekarang adalah menjaga Wulan dan memberikan dukungan agar dia bisa tumbuh menjadi anak yang kuat."

Kata-kata yang terlontar dari bibir Mas Ammar sontak menerobos relung hatiku yang paling dalam. Hatiku benar-benar tercubit karena perkataannya. Mas Ammar benar, kalau semua ini sudah menjadi takdir hidup keluarga kami. Ujian demi ujian kembali datang setelah ribuan kebahagiaan menghampiri. Itu artinya Allah menyayangi keluarga kami dan memilih kami untuk menjalani ujian ini.

Setelah pembicaraan malam itu, aku dan keluargaku sepakat untuk terus mendukung pertumbuhan Wulan. Aku memutuskan untuk memberikan pelatihan-pelatihan khusus agar perkembangan putriku meningkat. Lagi-lagi aku mengatakan kalau aku sangat beruntung karena memiliki Ayah, Ibu, Mas Ammar dan Mas Sadha yang selalu ada di belakangku. Kalau Adek masih hidup, mungkin dia akan berdiri di sampingku saat ini. Menggandeng tanganku untuk melewati ujian berat ini dari Sang Pencipta. Tapi itu tak kan pernah terjadi karena adikku itu sudah tenang di alam sana.

***

Satu tahun berlalu dengan cepat. Namun kondisi Mala belum juga memberikan tanda-tanda kehidupan. Usia anak-anak pun sudah masuk 5 tahun dan mereka belum pernah mendengar suara ibunya. Awalnya aku sempat berpikiran untuk merelakan dan membiarkan Mala pergi menyusul adikku. Tapi di saat aku mulai menyerah, di alam mimpi Dhina datang menghampiriku.

"Mas Dhana jangan menyerah. Kak Mala pasti akan sadar walaupun Adek tidak tau kapan waktu itu akan datang. Mas harus tetap kuat dan sabar, karena sabar adalah kunci dari keikhlasan yang hakiki. Adek sangat yakin, tidak lama lagi Kak Mala akan bangun dari tidur panjangnya. Mas harus tetap menunggunya. Demi Damar dan juga Wulan, Mas. Mas Dhana yang Adek kenal adalah Mas Dhana yang kuat dan pendirian. Bukan Mas Dhana yang mudah menyerah. Mas harus kuat melebihi apa pun. Adek akan selalu ada di hati Mas Dhana dan berdo'a agar Mas bisa melewati semua ini. Adek sayang Mas Dhana. Adek pamit dulu ya, Mas."

Setiap mengingat kata-kata yang keluar dari bibir adikku, walaupun itu hanya sebuah mimpi, aku selalu merasakan kenyamanan. Tutur katanya membangkitkan semangatku yang mulai redup. Setelah mendapatkan pertanda dari mimpi itu, aku memutuskan untuk tetap menunggu istriku yang masih koma seraya memberikan yang terbaik untuk anak-anakku.

Damar dan Wulan kini sudah masuk ke sekolah Taman Kanak-kanak. Aku memasukkan mereka ke dalam sekolah yang sama. Ya, Wulan bisa diterima di sekolah Taman Kanak-kanak pada umumnya dan hal itu merupakan anugerah terbesar yang kusyukuri hingga saat ini.

Putriku memang tidak bisa bicara dan untuk mendengar saja harus menggunakan alat bantu berupa implant di telinganya. Tapi satu hal yang sangat membuatku dan keluarga besar tercengang bukan main, saat Wulan mengikuti salah satu tes IQ yang di adakan sekolahnya untuk tahap pertama memasuki Taman Kanak-kanak.

Aku tidak pernah menyangka kalau nilai tertinggi berhasil dicapai oleh putriku yang tidak sempurna ini, bahkan Damar yang lebih sempurna saja tertinggal jauh di bawahnya. Ini benar-benar mukjizat dari Allah untuk putriku. Dibalik keterbatasan, Wulan mempunyai tingkat IQ di atas rata-rata. Entah dari mana Wulan bisa memiliki IQ setinggi itu, bahkan karena tidak puas, aku melakukan tes IQ lanjutan di tempat yang berbeda untuk memastikan kalau putriku benar-benar cerdas.

"Saya benar-benar tercengang dengan putri anda, Pak Dhana. Walaupun dia memiliki keterbatasan, tapi putri anda sangat cerdas. Bahkan kecerdasannya melebihi anak-anak normal yang ada di luar sana. Saya sarankan agar Wulan dimasukkan ke sekolah umum saja, Pak. Agar kerja otaknya semakin terasah dan potensinya semakin keluar. Coba Pak Dhana lihat!!! Hasil tes IQ Wulan yang ketiga kalinya ini sangat memuaskan. Nilai Wulan nyaris sempurna dan hampir mencapai angka 100. Kejadian seperti ini sangat langka terjadi pada anak-anak yang senasib dengan Wulan, Pak."

Seperti itulah penuturan dari salah satu pihak penyelenggara tes IQ dengan semangatnya saat memperlihatkan hasil tes IQ Wulan. Dia tak henti-hentinya memuji keahlian putriku yang tidak sempurna dan hal itu membuatku merasa lega dan sangat bersyukur.

Tidak hanya aku, Ayah, Ibu, Mas Ammar, Mas Sadha, Kak Ibel dan Kak Vanny pun juga demikian. Rasanya kesedihan yang selama ini kupendam sendiri, hilang begitu saja. Putriku memang tidak sempurna, tapi dia memiliki potensi yang terpendam dalam dirinya.

"Terima kasih atas anugerah terbesar ini, Ya Allah."

.

.

.

.

.

Happy Reading All 😇😇😇

Terpopuler

Comments

Your name

Your name

Semangat Thor..

2021-12-16

1

ZasNov

ZasNov

Baca sampai part ini, hatiku masih nyesek ya ampun..😭😭😭
Sedih banget jadi Wulan..😭😭
Tapi ternyata Wulan sangat cerdas banget, itulah kenapa dia bersekolah di sekolah umum..
Meskipun sebenarnya kasian, karena Wulan jadi target bully temen2 sekolahnya..😩

2021-11-24

0

Fhatt Trah (fb : Fhatt Trah)

Fhatt Trah (fb : Fhatt Trah)

aku mampir ☺️
semangat ya💪😀

2021-11-20

1

lihat semua
Episodes
1 Episode 1 ~ Aku, Wulan...
2 Episode 2 ~ Bukan Salah Papi
3 Episode 3 ~ Flashback
4 Episode 4 ~ Flashback (2)
5 Episode 5 ~ Flashback (3)
6 Episode 6 ~ Flashback (4)
7 Episode 7 ~ Keluh Kesah Damar
8 Episode 8 ~ Tamu Spesial
9 Episode 9 ~ Lembut, Seperti Sutra
10 Episode 10 ~ Amarah Aiziel
11 Episode 11 ~ Masih Kecewa
12 Episode 12 ~ Andaikan saja...
13 Episode 13 ~ Habis Kesabaran
14 Episode 14 ~ Nilai Ulangan Harian
15 Episode 15 ~ Darah Tinggi
16 Episode 16 ~ Niat Damar
17 Episode 17 ~ Bakat Terpendam Wulan
18 Episode 18 ~ Teringat Seseorang
19 Episode 19 ~ Aifa'al dan Syahil
20 Episode 20 ~ Aksi Budak Cinta
21 Episode 21 ~ Kebenaran Baru
22 Episode 22 ~ Siapa Zivana Sebenarnya
23 Episode 23 ~ Rewards Fantastis
24 Episode 24 ~ Lupa Waktu
25 Episode 25 ~ Hilang
26 Episode 26 ~ Lilitan Kain di Balkon
27 Episode 27 ~ Tersesat
28 Episode 28 ~ Naluri
29 Episode 29 ~ Ketoprak Yang Hilang
30 Episode 30 ~ Kesempatan
31 Episode 31 ~ Empat Mata
32 Episode 32 ~ Pulang
33 Episode 33 ~ One Step Closer
34 Episode 34 ~ Firasat
35 Episode 35 ~ Tabrak Lari
36 Episode 36 ~ Bertemu
37 Episode 37 ~ Hukum Cambuk
38 Episode 38 ~ Akhirnya Sadar
39 Episode 39 ~ Geram
40 Episode 40 ~ Kapten Oleng
41 Episode 41 ~ Salah Memilih Orang
42 Episode 42 ~ Apakah Ini Pertanda?
43 Episode 43 ~ Mabuk
44 Episode 44 ~ Partai Pelindung
45 Episode 45 ~ Kotak Buku Lama
46 Episode 46 ~ Kepingan Masa Lalu
47 Episode 47 ~ Memberitahu Papi
48 Episode 48 ~ Gelagat Aneh
49 Episode 49 ~ Brownies Coklat
50 Episode 50 ~ Gelap Mata Lagi
51 Episode 51 ~ Ayah dan Ibu Harus Tau!
52 Episode 52 ~ Dekapan Oma
53 Episode 53 ~ Yang Dirindukan, Datang!
54 Episode 54 ~ Keputusan Dhana
55 Episode 55 ~ Pembagian Raport
56 Episode 56 ~ Bertindak Adil
57 Episode 57 ~ Terkepung
58 Episode 58 ~ Kedatangan Orang Jauh
59 Episode 59 ~ Ide Yang Brilliant
60 Episode 60 ~ Si Kembar Belum Pulang
61 Episode 61 ~ Petunjuk Alat Pelacak
62 Episode 62 ~ Do'a Bapak Paruh Baya
63 Episode 63 ~ Rekaman CCTV
64 Episode 64 ~ Dituduh
65 Episode 65 ~ Kecurigaan Syahil
66 Episode 66 ~ Mempercayai Aifa'al
67 Episode 67 ~ Balada Wanita Dewasa
68 Episode 68 ~ Mata-mata
69 Episode 69 ~ Sakit Parah
70 Episode 70 ~ Kabar Dari Aifa'al
71 Episode 71 ~ Ikut Tertangkap
72 Episode 72 ~ Rencana Penyelamatan
73 Episode 73 ~ Jepitan Rambut
74 Visual dan Sedikit Kabar
75 Episode 74 ~ Terus Mengingkari
76 Episode 75 ~ Teringat Rencana Gibran
77 Episode 76 ~ Pria Asing di Basecamp
78 Episode 77 ~ Misi Berikutnya
79 Episode 78 ~ Kekejaman Bima
80 Episode 79 ~ Pikiran Buruk
81 Episode 80 ~ Nama Lainnya
82 Episode 81 ~ Pertumpahan Darah
83 Episode 82 ~ Licik dan Jahat
84 Episode 83 ~ Ada Bom!!!
85 Episode 84 ~ Rel Kereta Api
86 Episode 85 ~ Posisi Sulit
87 Episode 86 ~ Membentuk Grup
88 Episode 87 ~ Huufff...
89 Episode 88 ~ Tertembak
90 Episode 89 ~ Rasa Bersalah
91 Episode 90 ~ Peringatan Keras
92 Episode 91 ~ Sindrom PTSD
93 Episode 92 ~ Sketsa Rahasia
94 Episode 93 ~ Bram CS Zivana
95 Episode 94 ~ Butuh Waktu
96 Episode 95 ~ Ingin Menyusul Dhina
97 Episode 96 ~ Tidak Ditutupi Lagi
98 Episode 97 ~ Tingkah Pasutri Absurd
99 Episode 98 ~ Terselip Kisah Pilu
100 Episode 99 ~ Harus Berpencar
101 Episode 100 ~ Hancur!!!
102 Episode 101 ~ Memohon
103 Episode 102 ~ Berita Pagi
104 Episode 103 ~ Masih Sama
105 Episode 104 ~ Psikoterapi
106 Episode 105 ~ Tegarlah!!!
107 Episode 106 ~ Imam dan Dhina
108 Episode 107 ~ Video Terakhir
109 Episode 108 ~ Imam Pamit
110 Episode 109 ~ Kunjungan Dimas
111 Episode 110 ~ Kecanggihan Teknologi
112 Episode 111 ~ Luka Tak Kasat Mata
113 Episode 112 ~ Ingin Ke Makam
114 Episode 113 ~ Mimpi kah?
115 Episode 114 ~ Tiger VC Black Moon
116 Episode 115 ~ Yasinan dan Teror (Spesial)
117 Episode 116 ~ Isi Kotak Teror
118 Episode 117 ~ Masuk Sekolah Lagi
119 Episode 118 ~ Kekecewaan Hati
120 Episode 119 ~ Keluhan Black Moon
121 Episode 120 ~ Menolong Wanita Asing
122 Episode 121 ~ Air Mata Penyesalan
123 Episode 122 ~ Namanya Rumi
124 Episode 123 ~ Kalah Cepat
125 Episode 124 ~ Ketulusan Sosok Ibu
126 Episode 125 ~ Berusaha Menyadarkan
127 Episode 126 ~ Pelukan Terhangat
128 Episode 127 ~ Suapan Mami
129 Episode 128 ~ Makan Malam Spesial
130 Episode 129 ~ Anak Muda vc Orang Tua
131 Episode 130 ~ Pencarian
132 Episode 131 ~ Cara Bersyukur
133 Episode 132 ~ Sensitive
134 Episode 133 ~ Jebakan
135 Episode 134 ~ Pukulan Dendam
136 Episode 135 ~ Terluka
137 Episode 136 ~ Mobil di Depan Gerbang
138 Episode 137 ~ Penjelasan
139 Episode 138 ~ Terjebak Sendiri
140 Episode 139 ~ Kertas Kuning
141 Episode 140 ~ Permohonan Rumi
142 Episode 141 ~ Tekad Bram
143 Episode 142 ~ Menyampaikan Pesan
144 Episode 143 ~ Cip
145 Episode 144 ~ Bagi Tugas
146 Episode 145 ~ Iblis Berwujud Manusia
147 Episode 146 ~ Aksi Diam-diam
148 Episode 147 ~ Gedung Kosong
149 Episode 148 ~ Takdir Gadis Bisu
150 Episode 149 ~ Headshot
151 Episode 150 ~ Niat Baik Dhana
152 Episode 151 ~ Acara Perpisahan
153 Episode 152 ~ Acara Perpisahan 2
154 Surat Cinta Author
155 Season 2 {Episode 1 ~ Perjalanan Baru}
156 Season 2 {Episode 2 ~ Trauma Damar}
157 Season 2 {Episode 3 ~ Datang Kembali}
158 Season 2 {Episode 4 ~ Hari yang Baru}
159 Season 2 {Episode 5 ~ Tak Terkendali}
160 Season 2 {Episode 6 ~ Ancaman Lagi}
161 Season 2 {Episode 7 ~ Toko Buku}
162 Season 2 {Episode 8 ~ Arahan Hati}
163 Season 2 {Episode 9 ~ Kacau}
164 Season 2 {Episode 10 ~ Berebut Salah}
165 Season 2 {Episode 11 ~ Sumpah Bima}
166 Season 2 {Episode 12 ~ Masih Berusaha}
167 Season 2 {Episode 13 ~ Berita Baru}
168 Season 2 {Episode 14 ~ CCTV Tersembunyi}
169 Season 2 {Episode 15 ~ Pagi-pagi}
170 Season 2 {Episode 16 ~ Bimbingan}
171 Season 2 {Episode 17 ~ Bertemu}
172 Seaaon 2 {Episode 18 ~ Gejala Aneh}
173 Visual Tokoh Season 2
174 Season 2 {Episode 19 ~ Drop}
175 Season 2 {Episode 20 ~ Takut Terulang}
176 Season 2 {Episode 21 ~ Penyakit Langka}
177 Season 2 {Episode 22 ~ Frustasi}
178 Season 2 {Episode 23 ~ Ujian}
179 Season 2 {Episede 24 ~ Penuh Emosional}
Episodes

Updated 179 Episodes

1
Episode 1 ~ Aku, Wulan...
2
Episode 2 ~ Bukan Salah Papi
3
Episode 3 ~ Flashback
4
Episode 4 ~ Flashback (2)
5
Episode 5 ~ Flashback (3)
6
Episode 6 ~ Flashback (4)
7
Episode 7 ~ Keluh Kesah Damar
8
Episode 8 ~ Tamu Spesial
9
Episode 9 ~ Lembut, Seperti Sutra
10
Episode 10 ~ Amarah Aiziel
11
Episode 11 ~ Masih Kecewa
12
Episode 12 ~ Andaikan saja...
13
Episode 13 ~ Habis Kesabaran
14
Episode 14 ~ Nilai Ulangan Harian
15
Episode 15 ~ Darah Tinggi
16
Episode 16 ~ Niat Damar
17
Episode 17 ~ Bakat Terpendam Wulan
18
Episode 18 ~ Teringat Seseorang
19
Episode 19 ~ Aifa'al dan Syahil
20
Episode 20 ~ Aksi Budak Cinta
21
Episode 21 ~ Kebenaran Baru
22
Episode 22 ~ Siapa Zivana Sebenarnya
23
Episode 23 ~ Rewards Fantastis
24
Episode 24 ~ Lupa Waktu
25
Episode 25 ~ Hilang
26
Episode 26 ~ Lilitan Kain di Balkon
27
Episode 27 ~ Tersesat
28
Episode 28 ~ Naluri
29
Episode 29 ~ Ketoprak Yang Hilang
30
Episode 30 ~ Kesempatan
31
Episode 31 ~ Empat Mata
32
Episode 32 ~ Pulang
33
Episode 33 ~ One Step Closer
34
Episode 34 ~ Firasat
35
Episode 35 ~ Tabrak Lari
36
Episode 36 ~ Bertemu
37
Episode 37 ~ Hukum Cambuk
38
Episode 38 ~ Akhirnya Sadar
39
Episode 39 ~ Geram
40
Episode 40 ~ Kapten Oleng
41
Episode 41 ~ Salah Memilih Orang
42
Episode 42 ~ Apakah Ini Pertanda?
43
Episode 43 ~ Mabuk
44
Episode 44 ~ Partai Pelindung
45
Episode 45 ~ Kotak Buku Lama
46
Episode 46 ~ Kepingan Masa Lalu
47
Episode 47 ~ Memberitahu Papi
48
Episode 48 ~ Gelagat Aneh
49
Episode 49 ~ Brownies Coklat
50
Episode 50 ~ Gelap Mata Lagi
51
Episode 51 ~ Ayah dan Ibu Harus Tau!
52
Episode 52 ~ Dekapan Oma
53
Episode 53 ~ Yang Dirindukan, Datang!
54
Episode 54 ~ Keputusan Dhana
55
Episode 55 ~ Pembagian Raport
56
Episode 56 ~ Bertindak Adil
57
Episode 57 ~ Terkepung
58
Episode 58 ~ Kedatangan Orang Jauh
59
Episode 59 ~ Ide Yang Brilliant
60
Episode 60 ~ Si Kembar Belum Pulang
61
Episode 61 ~ Petunjuk Alat Pelacak
62
Episode 62 ~ Do'a Bapak Paruh Baya
63
Episode 63 ~ Rekaman CCTV
64
Episode 64 ~ Dituduh
65
Episode 65 ~ Kecurigaan Syahil
66
Episode 66 ~ Mempercayai Aifa'al
67
Episode 67 ~ Balada Wanita Dewasa
68
Episode 68 ~ Mata-mata
69
Episode 69 ~ Sakit Parah
70
Episode 70 ~ Kabar Dari Aifa'al
71
Episode 71 ~ Ikut Tertangkap
72
Episode 72 ~ Rencana Penyelamatan
73
Episode 73 ~ Jepitan Rambut
74
Visual dan Sedikit Kabar
75
Episode 74 ~ Terus Mengingkari
76
Episode 75 ~ Teringat Rencana Gibran
77
Episode 76 ~ Pria Asing di Basecamp
78
Episode 77 ~ Misi Berikutnya
79
Episode 78 ~ Kekejaman Bima
80
Episode 79 ~ Pikiran Buruk
81
Episode 80 ~ Nama Lainnya
82
Episode 81 ~ Pertumpahan Darah
83
Episode 82 ~ Licik dan Jahat
84
Episode 83 ~ Ada Bom!!!
85
Episode 84 ~ Rel Kereta Api
86
Episode 85 ~ Posisi Sulit
87
Episode 86 ~ Membentuk Grup
88
Episode 87 ~ Huufff...
89
Episode 88 ~ Tertembak
90
Episode 89 ~ Rasa Bersalah
91
Episode 90 ~ Peringatan Keras
92
Episode 91 ~ Sindrom PTSD
93
Episode 92 ~ Sketsa Rahasia
94
Episode 93 ~ Bram CS Zivana
95
Episode 94 ~ Butuh Waktu
96
Episode 95 ~ Ingin Menyusul Dhina
97
Episode 96 ~ Tidak Ditutupi Lagi
98
Episode 97 ~ Tingkah Pasutri Absurd
99
Episode 98 ~ Terselip Kisah Pilu
100
Episode 99 ~ Harus Berpencar
101
Episode 100 ~ Hancur!!!
102
Episode 101 ~ Memohon
103
Episode 102 ~ Berita Pagi
104
Episode 103 ~ Masih Sama
105
Episode 104 ~ Psikoterapi
106
Episode 105 ~ Tegarlah!!!
107
Episode 106 ~ Imam dan Dhina
108
Episode 107 ~ Video Terakhir
109
Episode 108 ~ Imam Pamit
110
Episode 109 ~ Kunjungan Dimas
111
Episode 110 ~ Kecanggihan Teknologi
112
Episode 111 ~ Luka Tak Kasat Mata
113
Episode 112 ~ Ingin Ke Makam
114
Episode 113 ~ Mimpi kah?
115
Episode 114 ~ Tiger VC Black Moon
116
Episode 115 ~ Yasinan dan Teror (Spesial)
117
Episode 116 ~ Isi Kotak Teror
118
Episode 117 ~ Masuk Sekolah Lagi
119
Episode 118 ~ Kekecewaan Hati
120
Episode 119 ~ Keluhan Black Moon
121
Episode 120 ~ Menolong Wanita Asing
122
Episode 121 ~ Air Mata Penyesalan
123
Episode 122 ~ Namanya Rumi
124
Episode 123 ~ Kalah Cepat
125
Episode 124 ~ Ketulusan Sosok Ibu
126
Episode 125 ~ Berusaha Menyadarkan
127
Episode 126 ~ Pelukan Terhangat
128
Episode 127 ~ Suapan Mami
129
Episode 128 ~ Makan Malam Spesial
130
Episode 129 ~ Anak Muda vc Orang Tua
131
Episode 130 ~ Pencarian
132
Episode 131 ~ Cara Bersyukur
133
Episode 132 ~ Sensitive
134
Episode 133 ~ Jebakan
135
Episode 134 ~ Pukulan Dendam
136
Episode 135 ~ Terluka
137
Episode 136 ~ Mobil di Depan Gerbang
138
Episode 137 ~ Penjelasan
139
Episode 138 ~ Terjebak Sendiri
140
Episode 139 ~ Kertas Kuning
141
Episode 140 ~ Permohonan Rumi
142
Episode 141 ~ Tekad Bram
143
Episode 142 ~ Menyampaikan Pesan
144
Episode 143 ~ Cip
145
Episode 144 ~ Bagi Tugas
146
Episode 145 ~ Iblis Berwujud Manusia
147
Episode 146 ~ Aksi Diam-diam
148
Episode 147 ~ Gedung Kosong
149
Episode 148 ~ Takdir Gadis Bisu
150
Episode 149 ~ Headshot
151
Episode 150 ~ Niat Baik Dhana
152
Episode 151 ~ Acara Perpisahan
153
Episode 152 ~ Acara Perpisahan 2
154
Surat Cinta Author
155
Season 2 {Episode 1 ~ Perjalanan Baru}
156
Season 2 {Episode 2 ~ Trauma Damar}
157
Season 2 {Episode 3 ~ Datang Kembali}
158
Season 2 {Episode 4 ~ Hari yang Baru}
159
Season 2 {Episode 5 ~ Tak Terkendali}
160
Season 2 {Episode 6 ~ Ancaman Lagi}
161
Season 2 {Episode 7 ~ Toko Buku}
162
Season 2 {Episode 8 ~ Arahan Hati}
163
Season 2 {Episode 9 ~ Kacau}
164
Season 2 {Episode 10 ~ Berebut Salah}
165
Season 2 {Episode 11 ~ Sumpah Bima}
166
Season 2 {Episode 12 ~ Masih Berusaha}
167
Season 2 {Episode 13 ~ Berita Baru}
168
Season 2 {Episode 14 ~ CCTV Tersembunyi}
169
Season 2 {Episode 15 ~ Pagi-pagi}
170
Season 2 {Episode 16 ~ Bimbingan}
171
Season 2 {Episode 17 ~ Bertemu}
172
Seaaon 2 {Episode 18 ~ Gejala Aneh}
173
Visual Tokoh Season 2
174
Season 2 {Episode 19 ~ Drop}
175
Season 2 {Episode 20 ~ Takut Terulang}
176
Season 2 {Episode 21 ~ Penyakit Langka}
177
Season 2 {Episode 22 ~ Frustasi}
178
Season 2 {Episode 23 ~ Ujian}
179
Season 2 {Episede 24 ~ Penuh Emosional}

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!