Episode 13 ~ Habis Kesabaran

...🍁🍁🍁...

"Damar..."

Seketika Damar terlonjak kaget saat suara bariton itu memanggil namanya dari jarak jauh. Damar pun menoleh, mencari sumber suara yang sangat lantang memanggilnya. Matanya memicing saat menangkap sosok tinggi yang tengah berlari ke arahnya seraya melambaikan tangan.

"Rainar..."

Sosok tinggi yang tidak beda jauh darinya itu adalah Rainar. Pria yang sempat bertemu dan mengantar Wulan pulang kemarin namun pria itu belum bertemu dengan Damar.

"Hei Bro... apa kabar?" ujar Rainar yang baru datang dan langsung merangkul bahu Damar.

"Kamu... kamu sekolah di sini? Sejak kapan?" tanya Damar yang masih mematung, terkejut.

"Baru hari pertama. Kemarin aku juga datang untuk mengurus semuanya dan aku bertemu Wulan. Tapi hari ini, kenapa Wulan tidak ada? Kemarin kamu yang tidak ada, sekarang adik kamu." jawab Rainar yang melepas rangkulan.

Damar dan Rainar pun berjalan menyusuri lapangan lalu masuk ke pekarangan koridor.

"Wulan sudah masuk ke kelasnya, Nar. Kamu sejak kapan menetap di Jakarta?" ujar Damar yang berjalan seraya menoleh ke arah Rainar.

"Hmmm, dinas papaku sudah selesai. Karena itu aku pindah lagi ke sini. Tapi kakakku tetap berada di sana karena kuliah." jawab Rainar.

"Oh jadi dinas Om Ronald sudah selesai? Lalu?" tanya Damar lagi seraya berjalan dan menoleh.

"Lalu apa lagi? Ya, aku menetap di sini lagi lah. Tugas dinas tetap papaku 'kan di sini, Damar." jawab Rainar yang menggelengkan kepalanya.

Damar merotasi penuh matanya, merasa jengah melihat ekspresi Rainar yang tak lain adalah sahabat kecilnya bersama sang adik. Sementara Rainar yang melihat respon sang sahabat hanya terkikik geli seraya menepuk punggung Damar.

"Wah sepertinya kita tidak hanya satu sekolah, tapi satu kelas juga." ujar Rainar yang berbinar.

"Ck, aku malas sekali jika harus satu kelas denganmu, Rainar Armadanto!!!" sungut Damar.

Damar pun berlenggang pergi, masuk ke dalam kelas dan langsung duduk di tempat duduknya. Sementara Rainar yang ditinggalkan di ambang pintu, mendengus geli melihat tingkah sahabat kecilnya itu. Lalu Rainar pun berjalan masuk ke dalam kelas dan duduk di belakang Damar.

Tanpa mengacuhkan sahabatnya, Damar pun membuka tas, meraih sesuatu yang menjadi kebiasaan ketika menunggu guru masuk dan memulai pelajaran. Namun niatnya untuk itu terhenti, saat tangan yang seharusnya masuk ke dalam tas untuk mengambil buku malahan mengambil benda lain yang merupakan milik sang adik.

Ya ampun... ini buku pelajaran Adek yang sempat aku pinjam waktu itu. Pasti Adek kesulitan mencari buku ini. Gumam Damar dalam hati.

Damar pun beranjak cepat dan langsung keluar, tanpa menoleh ke arah Rainar yang terperanjat saat mendapati tingkahnya.

"Damar... kamu mau ke mana?"

Sahutan Rainar seakan peluru yang sia-sia, tidak tepat mengenai sasarannya karena si target sudah meluncur keluar kelas. Rainar yang penasaran pun ikut beranjak, mengikuti Damar.

***

"Woi anak bisu!!! Berdiri lo!!!

Baru saja Wulan tiba di sekolah dan duduk tenang di kursi belajarnya seraya membaca buku pelajaran, tiba-tiba seorang siswi yang tampak cetar dalam berpenampilan datang. Menghampiri Wulan yang sedang senang seraya memukul meja dengan sangat kuat. Wulan yang tadinya tertunduk dan asyik berkutat dengan bukunya pun mendongak, menatap siswi itu dengan tatapan tak terbaca.

"Kenapa lo menatap gue seperti itu? Sudah berani menantang gue ya sekarang!!! Dasar anak bisu!!!" tandas siswi itu yang mendorong bahu Wulan.

Wulan hanya diam, berusaha untuk tenang karena kalau melawan pun tidak ada gunanya. Keterbatasannya dalam bicara membuatnya tidak bisa melawan tindakan kasar orang lain. Dan Wulan pun mengalihkan perhatian pada buku yang saat ini tengah ia baca. Sementara siswi itu tampak mendesah kasar dan kembali memukul meja Wulan.

"Woi anak bisu!!! Lo dengar gue 'kan? Berdiri lo!" tandas siswi itu dengan kasarnya lalu menarik kerah baju Wulan.

Pasrah, itulah yang Wulan lakukan saat ini. Kalau pun ia berusaha melawan, bukannya menyelesaikan masalah malah akan semakin panjang jika harus berhadapan dengan siswi cetar yang tak lain adalah anak pemilik sekolah.

Ya, siswi berpenampilan cetar bak primadona sekolah itu adalah anak pemilik sekolah. Tidak hanya itu, dia juga ketua geng dari sekumpulan anak hits yang ada di sekolah ini hingga semua siswa maupun siswi tidak ingin berurusan lebih jauh dengannya.

Posisi Wulan saat ini sudah berhadapan dengan siswi itu dengan tangan yang masih mencekam kuat kerah baju Wulan. Tatapan tajam pun tak luput dari mata siswi itu dan berbeda dengan Wulan yang hanya merotasi penuh matanya, berusaha santai.

"Gue mau, lo kerjakan semua PR gue dan semuanya harus selesai sekarang juga sebelum guru masuk!!! Kalau tidak..........."

Perkataan gadis itu terpangkas saat tangan yang tadinya mencekam kerah baju Wulan, ditepis kasar tanpa rasa iba oleh seseorang. Wulan pun terkejut, begitu pula dengan siswi yang sombong itu. Keduanya menoleh ke arah sang pemilik tangan yang berdiri di sisi Wulan.

"Jangan pernah lo bentak-bentak adik gue!!! Kalau gue sampai melihat kejadian seperti ini lagi di kemudian hari, jangan salahkan kalau gue akan berbuat lebih dari pada ini!!! tandas sosok pria yang tak lain dan tak bukan adalah Damar.

Amarah Damar tersulut saat matanya tertuju pada sang adik yang tengah dikeroyoki anak geng hits yang ada di sekolah ini. Berselang setelah itu, Rainar yang menyusul Damar pun datang menghampiri. Matanya pun tertuju ke arah gadis kecil yang tak lain adalah sahabat kecilnya. Sementara siswi yang merupakan ketua geng hits itu pun tampak mengepalkan tangannya, geram melihat Damar yang datang menolong Wulan.

"Lo jangan ikut campur ya, Damar!!! Lo itu anak kelas sebelah, bukan anak kelas ini."

Damar tersenyum miring merespon jawaban siswi itu yang tampak semakin marah, emosi dan sepertinya siap untuk memukul Damar. Namun mas kembar Wulan yang tampan itu tidak gentar, ia akan melawan apa saja yang berani menyakiti adik kembarnya, termasuk siswi sombong itu.

Suasana di dalam kelas semakin tegang, para siswa dan siswi ikut menyaksikan adu mulut di antara Damar dan anak pemilik sekolah. Begitu pula dengan Wulan dan Rainar. Wulan tampak meraih tangan Damar yang hendak maju satu langkah, mendekati siswi itu. Sementara Rainar yang belum mengerti apa pun, ikut membantu Wulan untuk memegangi Damar yang hampir hilang kendali.

"Mau gue anak kelas sebelah atau anak kelas mana pun, gue tidak peduli!!! Sehelai rambut saja lo sentuh adik gue, lo akan berurusan langsung sama gue!!! Lo pikir gue takut sama lo? Karena lo anak pemilik sekolah? Jangan mentang-mentang lo anak pemilik sekolah, lo berani menindas adik gue!!!" tandas Damar.

Siswi itu bergerak mundur berusaha menjauhi Damar yang hendak mendekatinya. Namun.....

Bruk!

Tubuh siswi itu pun akhirnya tersudut meja, gerakannya semakin sempit tatkala Damar yang semakin bergerak maju. Damar marah dan tidak terima ada orang lain yang ingin menindas sang adik, apalagi setelah kejadian kemarin saat pulang sekolah yang membuat sang adik pulang dalam keadaan kucel seperti anak yang terlantar, tidak terurus.

Di belakang Wulan berusaha menarik tangan mas kembarnya, tapi tidak sedikit pun Damar berhenti dan malah semakin terlihat sangar menatap siswi itu dengan tajam penuh amarah. Sesekali Wulan pun menoleh ke arah Rainar, sebisa mungkin memberikan isyarat melalui tatapan mata agar Rainar membantunya untuk menenangkan Damar. Rainar yang melihatnya hanya mengeryitkan dahi, tanda bingung, tidak mengerti dengan isyarat Wulan.

"Gue peringatkan sekali lagi!!! Kemarin gue sudah cukup sabar saat melihat kondisi adik gue yang compang camping seperti gembel karena ulah lo dan kalian semuanya!!! Satu kelas membuli adik gue dan setelah itu kalian pergi begitu saja. Kalian punya hati atau tidak? Kalau kalian yang berada di posisi Wulan saat ini bagaimana, hah?!"

Habis sudah kesabaran Damar. Tidak terlihat seperti Damar yang lembut, penyayang, penuh perhatian dan baik hati. Yang terlihat sekarang adalah Damar yang murka karena kehilangan rasa sabar melihat penindasan terhadap sang adik. Semua siswa dan siswi tertegun sejenak, diam di tempat dan tertunduk. Entah menyesal, malu atau bagaimana, yang pasti mereka takut kalau Damar yang terkenal pendiam dan dingin, berubah menjadi monster yang menyeramkan.

Melihat suasana yang semakin tegang, Wulan pun meraih note kecilnya dan menulis sesuatu.

'Sudah cukup, Mas! Kalau guru masuk lalu melihat semua ini, Mas Damar akan terkena masalah. Adek tidak ingin hal itu terjadi pada Mas Damar. Adek mohon kali ini saja, Mas!!! Mas dengarkan Adek ya. Please...'

Dengan deru nafas yang tergugu, Wulan menyodorkan note kecil itu langsung di hadapan mata Damar yang memerah. Damar yang terkejut melihat note berisi tulisan sang adik pun menoleh sekejap lalu mengambilnya. Dahi Damar mengerut seketika saat membaca tulisan sang adik yang tidak menginginkan jika dirinya terkena masalah besar karena melawan anak pemilik sekolah. Hati Damar pun melunak bersamaan dengan helaan nafas kasarnya.

"Kali ini gue maafkan kalian semua!!! Terutama lo, Zivana Asmeralda!!! Sekali lagi gue melihat kejadian serupa, gue tidak akan melepaskan lo." tandas Damar seraya menunjuk ke siswi itu.

Zivana Asmeralda, siswi yang berpenampilan cetar dan sangat menohok di kalangan siswi SMP Jaya Mandiri. Itulah nama sekolah yang terkenal sebagai sekolah favorit tingkat SMP, tempat di mana Damar dan Wulan mengenyam ilmu pendidikan. Zivana bukan hanya seorang siswi, tapi sekaligus anak dari pemilik sekolah.

Semua penghuni SMP Jaya Mandiri sudah mengenal siapa Zivana, Damar atau Wulan. Sejak masuk ke sekolah itu, Wulan memang tidak pernah mendapatkan perlakuan yang baik dari teman-teman seusianya, mereka sibuk menghina, mencemo'oh, menindas, membuli dan menghardik Wulan yang tidak sempurna. Berulang kali Damar ingin melaporkan semua itu pada guru, tapi Wulan selalu melarangnya hingga sampai saat ini akhirnya Damar angkat bicara.

Zivana yang kesal pun berlenggang pergi dan duduk di kursinya. Wajahnya tertekuk masam, sesekali melirik tajam ke arah Damar Wulan. Sementara Wulan menghela nafas lega karena Damar berhasil ditenangkan walaupun berhasil menakuti semua teman-teman satu kelasnya.

"Damar... aku memang belum tau semuanya karena aku masih baru di sekolah ini, tapi setelah melihat dan mendengar perkataanmu tadi, apa benar kalau Wulan korban bullying?" ujar Rainar yang masih mengusap bahu Damar.

"Nanti kita bakal cerita semuanya sama kamu, tapi bukan sekarang karena jam pelajaran mau dimulai. Sebaiknya kita ke kelas sekarang." ujar Damar seraya menepuk balik bahu Rainar.

Rainar yang mengerti dengan maksud Damar pun mengangguk seraya melirik ke arah sang sahabat kecil. Sejak pertikaian di antara mas kembarnya dengan Zivana, membuat Wulan duduk termenung di kursinya. Melihat hal itu, Damar pun berjongkok lalu meraih tangannya.

"Mas minta maaf ya, Dek. Mas terbawa emosi dan membuat Adek ketakutan. Mas datang ke sini karena ingin mengantar buku Adek yang sempat Mas pinjam. Tapi berkat buku ini, Mas bisa melihat Zivana yang ingin menindas Adek lagi. Adek jangan khawatir ya. Dengan sekuat tenaga Mas akan melindungi Adek, walaupun nyawa Mas yang akan menjadi taruhannya!!!"

Wulan menggeleng cepat, seakan menolak perkataan Damar yang menakutkan. Tentu Wulan tidak akan membiarkan nyawa sang kakak menjadi taruhan untuk melindunginya. Dengan cepat Wulan meraih lagi note kecil yang tergantung indah di lehernya.

'Mas tidak boleh bicara seperti itu. Kalau Mas ingin melindungi Adek, maka lakukan sebisa yang Mas mampu. Jangan memaksakan jika Mas sendiri tidak bisa. Tidak hanya Mas, tapi Adek juga. Kita akan selalu melindungi dalam hal apa pun karena kita itu satu'

Setelah menulis dengan gerakan cepat, gadis itu langsung memberikan note pada Damar. Kedua sudut bibir Damar terangkat sehingga senyum manis terukir di wajahnya. Sementara Rainar yang ikut membaca note itu, tersentuh dengan kasih sayang keduanya yang tidak bisa diukur lagi.

"Iya, Sayang. Kita akan selalu melindungi dan saling menjaga satu sama lain. Adek jangan takut lagi ya. Kalau begitu Mas sama Rainar mau ke kelas dulu. Ternyata anak curut satu ini satu kelas dengan Mas. Sangat menyebalkan." ujar Damar yang beranjak lalu menoleh ke arah Rainar.

"Ck, anak curut!!! Aku ini anak manusia tulen. Jangan asal bicara kamu, Mar." sungut Rainar seraya menjitak kepala Damar.

Kelakuan kedua pria itu sontak mengundang gelak tawa Wulan yang melihat mereka. Tawa Wulan pecah dan berakhir dengan bunyi bel yang sangat nyaring, menandakan bahwa jam pelajaran akan segera dimulai. Setelah pamit, Damar dan Rainar pun bergegas pergi keluar dari kelas Wulan menuju kelasnya yang tidak terlalu jauh. Melihat kelakuan keduanya, tawa Wulan yang kelakar, terpaksa harus dihentikan terlebih dahulu saat salah satu guru masuk ke dalam kelasnya.

Sosok guru yang teramat anggun dengan balutan hijab pun masuk, duduk di tempat seraya tersenyum manis pada siswa/i nya. Sejurus kemudian, guru cantik itu beranjak, membawa tumpukan kertas di tangannya.

"Baiklah, anak-anak. Sebelum kita memulai pelajaran hari ini, Ibu akan mengumumkan hasil nilai ulangan harian kalian yang kemarin."

Suasana kelas menjelang pelajaran dimulai seketika berubah menjadi tegang. Pasalnya sang guru akan mengumumkan hasil nilai ulangan harian mereka semua tanpa diduga.

Zivana yang duduk di pojok kanan tengah tampak tersenyum miring seraya menoleh tajam ke arah Wulan. Sepertinya gadis itu sedang menantikan sesuatu yang tentunya berhubungan dengan Wulan.

Kali ini pasti nilai gue yang paling tinggi. Bersiaplah untuk kalah anak bisu. Gumam Zivana dalam hati.

.

.

.

.

.

Happy Reading All 😇😇😇

Terpopuler

Comments

ZasNov

ZasNov

Wulan menderita banget, ga di rumah ga disekolah selalu dibully.. 😩
Gimana jadinya kalau ga ada Damar di sekolah, ga ada yang bakal belain Wulan. Semoga sekarang Rainar juga bisa jadi pelindung Wulan ya..
Biar Wulan bisa lebih aman..

2021-12-19

0

Machan

Machan

kesian banget dah ma wulan

2021-11-23

0

triana 13

triana 13

like

2021-11-14

1

lihat semua
Episodes
1 Episode 1 ~ Aku, Wulan...
2 Episode 2 ~ Bukan Salah Papi
3 Episode 3 ~ Flashback
4 Episode 4 ~ Flashback (2)
5 Episode 5 ~ Flashback (3)
6 Episode 6 ~ Flashback (4)
7 Episode 7 ~ Keluh Kesah Damar
8 Episode 8 ~ Tamu Spesial
9 Episode 9 ~ Lembut, Seperti Sutra
10 Episode 10 ~ Amarah Aiziel
11 Episode 11 ~ Masih Kecewa
12 Episode 12 ~ Andaikan saja...
13 Episode 13 ~ Habis Kesabaran
14 Episode 14 ~ Nilai Ulangan Harian
15 Episode 15 ~ Darah Tinggi
16 Episode 16 ~ Niat Damar
17 Episode 17 ~ Bakat Terpendam Wulan
18 Episode 18 ~ Teringat Seseorang
19 Episode 19 ~ Aifa'al dan Syahil
20 Episode 20 ~ Aksi Budak Cinta
21 Episode 21 ~ Kebenaran Baru
22 Episode 22 ~ Siapa Zivana Sebenarnya
23 Episode 23 ~ Rewards Fantastis
24 Episode 24 ~ Lupa Waktu
25 Episode 25 ~ Hilang
26 Episode 26 ~ Lilitan Kain di Balkon
27 Episode 27 ~ Tersesat
28 Episode 28 ~ Naluri
29 Episode 29 ~ Ketoprak Yang Hilang
30 Episode 30 ~ Kesempatan
31 Episode 31 ~ Empat Mata
32 Episode 32 ~ Pulang
33 Episode 33 ~ One Step Closer
34 Episode 34 ~ Firasat
35 Episode 35 ~ Tabrak Lari
36 Episode 36 ~ Bertemu
37 Episode 37 ~ Hukum Cambuk
38 Episode 38 ~ Akhirnya Sadar
39 Episode 39 ~ Geram
40 Episode 40 ~ Kapten Oleng
41 Episode 41 ~ Salah Memilih Orang
42 Episode 42 ~ Apakah Ini Pertanda?
43 Episode 43 ~ Mabuk
44 Episode 44 ~ Partai Pelindung
45 Episode 45 ~ Kotak Buku Lama
46 Episode 46 ~ Kepingan Masa Lalu
47 Episode 47 ~ Memberitahu Papi
48 Episode 48 ~ Gelagat Aneh
49 Episode 49 ~ Brownies Coklat
50 Episode 50 ~ Gelap Mata Lagi
51 Episode 51 ~ Ayah dan Ibu Harus Tau!
52 Episode 52 ~ Dekapan Oma
53 Episode 53 ~ Yang Dirindukan, Datang!
54 Episode 54 ~ Keputusan Dhana
55 Episode 55 ~ Pembagian Raport
56 Episode 56 ~ Bertindak Adil
57 Episode 57 ~ Terkepung
58 Episode 58 ~ Kedatangan Orang Jauh
59 Episode 59 ~ Ide Yang Brilliant
60 Episode 60 ~ Si Kembar Belum Pulang
61 Episode 61 ~ Petunjuk Alat Pelacak
62 Episode 62 ~ Do'a Bapak Paruh Baya
63 Episode 63 ~ Rekaman CCTV
64 Episode 64 ~ Dituduh
65 Episode 65 ~ Kecurigaan Syahil
66 Episode 66 ~ Mempercayai Aifa'al
67 Episode 67 ~ Balada Wanita Dewasa
68 Episode 68 ~ Mata-mata
69 Episode 69 ~ Sakit Parah
70 Episode 70 ~ Kabar Dari Aifa'al
71 Episode 71 ~ Ikut Tertangkap
72 Episode 72 ~ Rencana Penyelamatan
73 Episode 73 ~ Jepitan Rambut
74 Visual dan Sedikit Kabar
75 Episode 74 ~ Terus Mengingkari
76 Episode 75 ~ Teringat Rencana Gibran
77 Episode 76 ~ Pria Asing di Basecamp
78 Episode 77 ~ Misi Berikutnya
79 Episode 78 ~ Kekejaman Bima
80 Episode 79 ~ Pikiran Buruk
81 Episode 80 ~ Nama Lainnya
82 Episode 81 ~ Pertumpahan Darah
83 Episode 82 ~ Licik dan Jahat
84 Episode 83 ~ Ada Bom!!!
85 Episode 84 ~ Rel Kereta Api
86 Episode 85 ~ Posisi Sulit
87 Episode 86 ~ Membentuk Grup
88 Episode 87 ~ Huufff...
89 Episode 88 ~ Tertembak
90 Episode 89 ~ Rasa Bersalah
91 Episode 90 ~ Peringatan Keras
92 Episode 91 ~ Sindrom PTSD
93 Episode 92 ~ Sketsa Rahasia
94 Episode 93 ~ Bram CS Zivana
95 Episode 94 ~ Butuh Waktu
96 Episode 95 ~ Ingin Menyusul Dhina
97 Episode 96 ~ Tidak Ditutupi Lagi
98 Episode 97 ~ Tingkah Pasutri Absurd
99 Episode 98 ~ Terselip Kisah Pilu
100 Episode 99 ~ Harus Berpencar
101 Episode 100 ~ Hancur!!!
102 Episode 101 ~ Memohon
103 Episode 102 ~ Berita Pagi
104 Episode 103 ~ Masih Sama
105 Episode 104 ~ Psikoterapi
106 Episode 105 ~ Tegarlah!!!
107 Episode 106 ~ Imam dan Dhina
108 Episode 107 ~ Video Terakhir
109 Episode 108 ~ Imam Pamit
110 Episode 109 ~ Kunjungan Dimas
111 Episode 110 ~ Kecanggihan Teknologi
112 Episode 111 ~ Luka Tak Kasat Mata
113 Episode 112 ~ Ingin Ke Makam
114 Episode 113 ~ Mimpi kah?
115 Episode 114 ~ Tiger VC Black Moon
116 Episode 115 ~ Yasinan dan Teror (Spesial)
117 Episode 116 ~ Isi Kotak Teror
118 Episode 117 ~ Masuk Sekolah Lagi
119 Episode 118 ~ Kekecewaan Hati
120 Episode 119 ~ Keluhan Black Moon
121 Episode 120 ~ Menolong Wanita Asing
122 Episode 121 ~ Air Mata Penyesalan
123 Episode 122 ~ Namanya Rumi
124 Episode 123 ~ Kalah Cepat
125 Episode 124 ~ Ketulusan Sosok Ibu
126 Episode 125 ~ Berusaha Menyadarkan
127 Episode 126 ~ Pelukan Terhangat
128 Episode 127 ~ Suapan Mami
129 Episode 128 ~ Makan Malam Spesial
130 Episode 129 ~ Anak Muda vc Orang Tua
131 Episode 130 ~ Pencarian
132 Episode 131 ~ Cara Bersyukur
133 Episode 132 ~ Sensitive
134 Episode 133 ~ Jebakan
135 Episode 134 ~ Pukulan Dendam
136 Episode 135 ~ Terluka
137 Episode 136 ~ Mobil di Depan Gerbang
138 Episode 137 ~ Penjelasan
139 Episode 138 ~ Terjebak Sendiri
140 Episode 139 ~ Kertas Kuning
141 Episode 140 ~ Permohonan Rumi
142 Episode 141 ~ Tekad Bram
143 Episode 142 ~ Menyampaikan Pesan
144 Episode 143 ~ Cip
145 Episode 144 ~ Bagi Tugas
146 Episode 145 ~ Iblis Berwujud Manusia
147 Episode 146 ~ Aksi Diam-diam
148 Episode 147 ~ Gedung Kosong
149 Episode 148 ~ Takdir Gadis Bisu
150 Episode 149 ~ Headshot
151 Episode 150 ~ Niat Baik Dhana
152 Episode 151 ~ Acara Perpisahan
153 Episode 152 ~ Acara Perpisahan 2
154 Surat Cinta Author
155 Season 2 {Episode 1 ~ Perjalanan Baru}
156 Season 2 {Episode 2 ~ Trauma Damar}
157 Season 2 {Episode 3 ~ Datang Kembali}
158 Season 2 {Episode 4 ~ Hari yang Baru}
159 Season 2 {Episode 5 ~ Tak Terkendali}
160 Season 2 {Episode 6 ~ Ancaman Lagi}
161 Season 2 {Episode 7 ~ Toko Buku}
162 Season 2 {Episode 8 ~ Arahan Hati}
163 Season 2 {Episode 9 ~ Kacau}
164 Season 2 {Episode 10 ~ Berebut Salah}
165 Season 2 {Episode 11 ~ Sumpah Bima}
166 Season 2 {Episode 12 ~ Masih Berusaha}
167 Season 2 {Episode 13 ~ Berita Baru}
168 Season 2 {Episode 14 ~ CCTV Tersembunyi}
169 Season 2 {Episode 15 ~ Pagi-pagi}
170 Season 2 {Episode 16 ~ Bimbingan}
171 Season 2 {Episode 17 ~ Bertemu}
172 Seaaon 2 {Episode 18 ~ Gejala Aneh}
173 Visual Tokoh Season 2
174 Season 2 {Episode 19 ~ Drop}
175 Season 2 {Episode 20 ~ Takut Terulang}
176 Season 2 {Episode 21 ~ Penyakit Langka}
177 Season 2 {Episode 22 ~ Frustasi}
178 Season 2 {Episode 23 ~ Ujian}
179 Season 2 {Episede 24 ~ Penuh Emosional}
Episodes

Updated 179 Episodes

1
Episode 1 ~ Aku, Wulan...
2
Episode 2 ~ Bukan Salah Papi
3
Episode 3 ~ Flashback
4
Episode 4 ~ Flashback (2)
5
Episode 5 ~ Flashback (3)
6
Episode 6 ~ Flashback (4)
7
Episode 7 ~ Keluh Kesah Damar
8
Episode 8 ~ Tamu Spesial
9
Episode 9 ~ Lembut, Seperti Sutra
10
Episode 10 ~ Amarah Aiziel
11
Episode 11 ~ Masih Kecewa
12
Episode 12 ~ Andaikan saja...
13
Episode 13 ~ Habis Kesabaran
14
Episode 14 ~ Nilai Ulangan Harian
15
Episode 15 ~ Darah Tinggi
16
Episode 16 ~ Niat Damar
17
Episode 17 ~ Bakat Terpendam Wulan
18
Episode 18 ~ Teringat Seseorang
19
Episode 19 ~ Aifa'al dan Syahil
20
Episode 20 ~ Aksi Budak Cinta
21
Episode 21 ~ Kebenaran Baru
22
Episode 22 ~ Siapa Zivana Sebenarnya
23
Episode 23 ~ Rewards Fantastis
24
Episode 24 ~ Lupa Waktu
25
Episode 25 ~ Hilang
26
Episode 26 ~ Lilitan Kain di Balkon
27
Episode 27 ~ Tersesat
28
Episode 28 ~ Naluri
29
Episode 29 ~ Ketoprak Yang Hilang
30
Episode 30 ~ Kesempatan
31
Episode 31 ~ Empat Mata
32
Episode 32 ~ Pulang
33
Episode 33 ~ One Step Closer
34
Episode 34 ~ Firasat
35
Episode 35 ~ Tabrak Lari
36
Episode 36 ~ Bertemu
37
Episode 37 ~ Hukum Cambuk
38
Episode 38 ~ Akhirnya Sadar
39
Episode 39 ~ Geram
40
Episode 40 ~ Kapten Oleng
41
Episode 41 ~ Salah Memilih Orang
42
Episode 42 ~ Apakah Ini Pertanda?
43
Episode 43 ~ Mabuk
44
Episode 44 ~ Partai Pelindung
45
Episode 45 ~ Kotak Buku Lama
46
Episode 46 ~ Kepingan Masa Lalu
47
Episode 47 ~ Memberitahu Papi
48
Episode 48 ~ Gelagat Aneh
49
Episode 49 ~ Brownies Coklat
50
Episode 50 ~ Gelap Mata Lagi
51
Episode 51 ~ Ayah dan Ibu Harus Tau!
52
Episode 52 ~ Dekapan Oma
53
Episode 53 ~ Yang Dirindukan, Datang!
54
Episode 54 ~ Keputusan Dhana
55
Episode 55 ~ Pembagian Raport
56
Episode 56 ~ Bertindak Adil
57
Episode 57 ~ Terkepung
58
Episode 58 ~ Kedatangan Orang Jauh
59
Episode 59 ~ Ide Yang Brilliant
60
Episode 60 ~ Si Kembar Belum Pulang
61
Episode 61 ~ Petunjuk Alat Pelacak
62
Episode 62 ~ Do'a Bapak Paruh Baya
63
Episode 63 ~ Rekaman CCTV
64
Episode 64 ~ Dituduh
65
Episode 65 ~ Kecurigaan Syahil
66
Episode 66 ~ Mempercayai Aifa'al
67
Episode 67 ~ Balada Wanita Dewasa
68
Episode 68 ~ Mata-mata
69
Episode 69 ~ Sakit Parah
70
Episode 70 ~ Kabar Dari Aifa'al
71
Episode 71 ~ Ikut Tertangkap
72
Episode 72 ~ Rencana Penyelamatan
73
Episode 73 ~ Jepitan Rambut
74
Visual dan Sedikit Kabar
75
Episode 74 ~ Terus Mengingkari
76
Episode 75 ~ Teringat Rencana Gibran
77
Episode 76 ~ Pria Asing di Basecamp
78
Episode 77 ~ Misi Berikutnya
79
Episode 78 ~ Kekejaman Bima
80
Episode 79 ~ Pikiran Buruk
81
Episode 80 ~ Nama Lainnya
82
Episode 81 ~ Pertumpahan Darah
83
Episode 82 ~ Licik dan Jahat
84
Episode 83 ~ Ada Bom!!!
85
Episode 84 ~ Rel Kereta Api
86
Episode 85 ~ Posisi Sulit
87
Episode 86 ~ Membentuk Grup
88
Episode 87 ~ Huufff...
89
Episode 88 ~ Tertembak
90
Episode 89 ~ Rasa Bersalah
91
Episode 90 ~ Peringatan Keras
92
Episode 91 ~ Sindrom PTSD
93
Episode 92 ~ Sketsa Rahasia
94
Episode 93 ~ Bram CS Zivana
95
Episode 94 ~ Butuh Waktu
96
Episode 95 ~ Ingin Menyusul Dhina
97
Episode 96 ~ Tidak Ditutupi Lagi
98
Episode 97 ~ Tingkah Pasutri Absurd
99
Episode 98 ~ Terselip Kisah Pilu
100
Episode 99 ~ Harus Berpencar
101
Episode 100 ~ Hancur!!!
102
Episode 101 ~ Memohon
103
Episode 102 ~ Berita Pagi
104
Episode 103 ~ Masih Sama
105
Episode 104 ~ Psikoterapi
106
Episode 105 ~ Tegarlah!!!
107
Episode 106 ~ Imam dan Dhina
108
Episode 107 ~ Video Terakhir
109
Episode 108 ~ Imam Pamit
110
Episode 109 ~ Kunjungan Dimas
111
Episode 110 ~ Kecanggihan Teknologi
112
Episode 111 ~ Luka Tak Kasat Mata
113
Episode 112 ~ Ingin Ke Makam
114
Episode 113 ~ Mimpi kah?
115
Episode 114 ~ Tiger VC Black Moon
116
Episode 115 ~ Yasinan dan Teror (Spesial)
117
Episode 116 ~ Isi Kotak Teror
118
Episode 117 ~ Masuk Sekolah Lagi
119
Episode 118 ~ Kekecewaan Hati
120
Episode 119 ~ Keluhan Black Moon
121
Episode 120 ~ Menolong Wanita Asing
122
Episode 121 ~ Air Mata Penyesalan
123
Episode 122 ~ Namanya Rumi
124
Episode 123 ~ Kalah Cepat
125
Episode 124 ~ Ketulusan Sosok Ibu
126
Episode 125 ~ Berusaha Menyadarkan
127
Episode 126 ~ Pelukan Terhangat
128
Episode 127 ~ Suapan Mami
129
Episode 128 ~ Makan Malam Spesial
130
Episode 129 ~ Anak Muda vc Orang Tua
131
Episode 130 ~ Pencarian
132
Episode 131 ~ Cara Bersyukur
133
Episode 132 ~ Sensitive
134
Episode 133 ~ Jebakan
135
Episode 134 ~ Pukulan Dendam
136
Episode 135 ~ Terluka
137
Episode 136 ~ Mobil di Depan Gerbang
138
Episode 137 ~ Penjelasan
139
Episode 138 ~ Terjebak Sendiri
140
Episode 139 ~ Kertas Kuning
141
Episode 140 ~ Permohonan Rumi
142
Episode 141 ~ Tekad Bram
143
Episode 142 ~ Menyampaikan Pesan
144
Episode 143 ~ Cip
145
Episode 144 ~ Bagi Tugas
146
Episode 145 ~ Iblis Berwujud Manusia
147
Episode 146 ~ Aksi Diam-diam
148
Episode 147 ~ Gedung Kosong
149
Episode 148 ~ Takdir Gadis Bisu
150
Episode 149 ~ Headshot
151
Episode 150 ~ Niat Baik Dhana
152
Episode 151 ~ Acara Perpisahan
153
Episode 152 ~ Acara Perpisahan 2
154
Surat Cinta Author
155
Season 2 {Episode 1 ~ Perjalanan Baru}
156
Season 2 {Episode 2 ~ Trauma Damar}
157
Season 2 {Episode 3 ~ Datang Kembali}
158
Season 2 {Episode 4 ~ Hari yang Baru}
159
Season 2 {Episode 5 ~ Tak Terkendali}
160
Season 2 {Episode 6 ~ Ancaman Lagi}
161
Season 2 {Episode 7 ~ Toko Buku}
162
Season 2 {Episode 8 ~ Arahan Hati}
163
Season 2 {Episode 9 ~ Kacau}
164
Season 2 {Episode 10 ~ Berebut Salah}
165
Season 2 {Episode 11 ~ Sumpah Bima}
166
Season 2 {Episode 12 ~ Masih Berusaha}
167
Season 2 {Episode 13 ~ Berita Baru}
168
Season 2 {Episode 14 ~ CCTV Tersembunyi}
169
Season 2 {Episode 15 ~ Pagi-pagi}
170
Season 2 {Episode 16 ~ Bimbingan}
171
Season 2 {Episode 17 ~ Bertemu}
172
Seaaon 2 {Episode 18 ~ Gejala Aneh}
173
Visual Tokoh Season 2
174
Season 2 {Episode 19 ~ Drop}
175
Season 2 {Episode 20 ~ Takut Terulang}
176
Season 2 {Episode 21 ~ Penyakit Langka}
177
Season 2 {Episode 22 ~ Frustasi}
178
Season 2 {Episode 23 ~ Ujian}
179
Season 2 {Episede 24 ~ Penuh Emosional}

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!