Episode 2 ~ Bukan Salah Papi

...☘️☘️☘️...

"Wulan..."

Saat kaki Wulan masih melangkah menyusuri trotoar jalan yang ditemani dengan deras air matanya, tiba-tiba dari jarak yang tidak terlalu jauh terdengar suara seseorang yang sepertinya memanggil dirinya. Karena penasaran, Wulan pun menggiring matanya ke sumber suara yang ternyata ada seseorang yang sedang berlari menuju ke arahnya. Sosok pria yang tidak kalah tinggi dengan Damar. Pria itu terus berlari mendekati Wulan seraya membuka helm yang masih bertengger di atas kepalanya.

"Wulan... kamu Wulan 'kan? Adik kembarnya Damar?" tanya pria itu yang berhenti tepat di hadapan Wulan.

Satu hal yang belum kalian ketahui, bahwa Wulan bukan hanya sekedar adik biasa bagi Damar, tapi juga adik kembar. Adik kembar Damar yang terlahir satu jam setelah Damar lahir ke dunia, melalui persalinan secara cesar. Karena perkembangan Wulan yang tidak sebaik perkembangan Damar saat berada di dalam rahim sang mami, membuat takdir Wulan yang harus terlahir seperti anak yang lahir prematur dan tidak sempurna. Kenapa dikatakan seperti anak prematur sementara usia kandungan sang mami saat itu sudah masuk usia normal untuk segera melahirkan?

Kasus sang mami saat itu sangat langka, di mana salah satu janin kembar yang ada di dalam rahimnya mengalami penghambatan untuk berkembang dengan baik. Sedangkan janin yang satunya lagi, berkembang sangat baik.

Kembali lagi pada pria yang berada di depan mata Wulan saat ini.

Wulan hanya bisa mengangguk seperti biasa karena ia tidak bisa bicara. Jangankan untuk mengatakan satu kalimat, untuk mengucap satu buah huruf saja Wulan sudah kesulitan dibuatnya. Pria itu pun tersenyum manis seraya mengulurkan tangannya.

"Hai Wulan, apakah kamu tidak mengenali siapa aku?" ujar pria itu yang masih tersenyum.

Heran, sangat membuat Wulan heran. Siapa pria yang ada di depannya saat ini? Apakah dia mengenal Wulan? Kalau dia mengenal Wulan, dia pasti mengetahui semuanya tentang dirinya yang tidak sempurna itu.

Dengan cepat Wulan menggelengkan kepala, memberikan jawaban kalau ia tidak pernah bertemu dengan pria itu atau mengenalnya. Pria itu terkekeh geli melihat raut wajah Wulan yang keheranan yang bercampur dengan rasa takut. Takut kalau pria ini ingin melakukan hal yang tidak baik terhadapnya. Apalagi di tempat sepi dan sunyi seperti ini.

"Aku Rainar, Lan. Rainar sahabat kecilmu. Anaknya Dokter Ronald. Sahabat sekaligus kakak angkat Pakde Ammar, Paklik Sadha dan Uncle Dhana. Kamu lupa sama aku?"

Seketika mata Wulan yang tadinya basah, kini langsung mengering saat mendengar itu. Dialah Rainar, sahabat kecil Wulan yang sangat dekat dengan keluarga besarnya. Dia adalah putra bungsu Dokter Ronald. Sahabat, rekan kerja sekaligus kakak angkat Ammar, Sadha dan Dhana. Siapa sih yang tidak mengenal keempat pria tampan itu?

"Kamu apa kabar Lan? Kenapa kamu jalan sendirian seperti ini? Damar ke mana? Biasanya dia selalu bersama kamu? Kalian 'kan saudara kembar yang tidak bisa terpisahkan." seloroh Rainar yang terlihat sedang menggoda Wulan.

Melihat kejahilan Rainar yang masih sama seperti dulu, membuat Wulan mendengus geli seraya meraih note kecil yang tergantung di lehernya. Gelak tawa Rainar masih terdengar geli di telinga Wulan saat sesekali gadis bisu itu melihat ke arah Rainar. Setelah menulis di note, Wulan pun memberikan note itu pada Rainar.

"Oh jadi karena tugas kelompok Damar meninggalkan kamu sendirian seperti ini? Dasar!!! Kakak macam apa dia itu! Kalau begitu, ikut denganku saja. Aku akan mengantarmu pulang dengan selamat." ujar Rainar yang malah meracau memaki Damar.

Wulan terpaksa harus berbohong pada Rainar tentang masalah ini karena Wulan tidak ingin membiarkan nama sang mami rusak hanya karena dirinya yang tidak sempurna ini. Wulan pun mengangguk dan mengikuti tawaran Rainar karena ia juga tidak punya pilihan lain selain ikut dengan pria itu. Rainar dan Wulan pun berjalan menuju motor Rainar yang masih berdiri kokoh di depan sana.

"Ternyata kita satu sekolah ya, Lan. Aku baru saja pindah dari Surabaya ke Jakarta karena tugas dinas papaku yang sudah selesai di sana dan kami harus pindah lagi ke sini. Jadi sekarang aku bisa menemuimu terus, karena selama di Surabaya aku tidak mempunyai sahabat yang baik dan tulus seperti kamu." tutur Rainar yang berjalan di samping Wulan dan sesekali melirik ke arahnya.

Wulan hanya tersenyum simpul seraya menganggukan kepala mendengar perkataan sahabatnya itu. Wulan tidak pernah menyangka kalau ia akan bertemu lagi dengan Rainar setelah sekian tahun mereka tidak pernah bertemu karena Rainar harus ikut dengan Dokter Ronald ke Surabaya untuk dinas di rumah sakit yang ada di kota itu. Kini Rainar telah kembali bahkan satu sekolah dengan Wulan dan Damar. Rasanya kesedihan Wulan hari ini menguap begitu saja karena terhibur dengan kehadiran Rainar.

Tanpa sadar, akhirnya mereka sampai di dekat motor Rainar yang sudah kepanasan sejak tadi. Rainar pun mengambil helm yang ada di jok bagian belakang dan memberikannya pada Wulan. Setelah itu, Wulan pun ikut naik ke atas motor besar Rainar.

"Kamu siap Lan?" tanya Rainar yang sedikit berteriak karena takut Wulan tidak mampu untuk mendengar sahutannya.

Yang bisa Wulan lakukan hanya lah mengacungkan jempol, memberikan isyarat pada Rainar kalau dirinya sudah siap untuk menyusuri perjalanan yang terik ini bersama dengan pria itu. Rainar pun meraih kedua tangan Wulan dan melingkarkan tangan mungil itu ke pinggangnya. Setelah merasa aman, Rainar pun melajukan motornya.

***

"Ayo kita turun, Sayang."

Damar yang sejak tadi hanya diam pun menghela nafas kasar seraya membuang muka karena jengah melihat sang mami. Damar masih tidak habis pikir dengan sikap sang mami yang begitu kasar pada Wulan, bahkan sanggup meninggalkan putrinya sendiri di sekolah hanya karena Wulan tidak sempurna. Damar pun turun dari mobil lalu menutup pintu mobil dengan kasarnya.

Melihat itu sang mami hanya menggeleng kepala seraya berjalan mengikuti putranya. Ibu dan anak itu pun masuk ke dalam dan berpapasan langsung dengan sosok pria tampan, salah satu penghuni rumah itu.

"Mas... kamu sudah pulang?" ujar wanita berstatus sebagai mami Damar dan Wulan.

"Aku sudah pulang sejak tadi. Dari mana kalian? Lalu di mana putriku? Kenapa kalian hanya berdua saja?" jawab pria tampan itu yang beranjak dan berjalan mendekati sang istri.

Raut wajah Damar menjadi tegang seketika saat sang papi menanyakan keberadaan sang adik yang ditinggalkan oleh sang mami.

"Adek... Adek..." ucap Damar yang gugup.

"Di mana adik kamu, Damar? Kenapa kamu tidak bersamanya? Ke mana putri Papi?" tandas sang papi yang menoleh tajam ke arah Damar.

Damar tetap bergeming, tidak tau harus mengatakan apa pada sang papi kalau Wulan ditinggalkan oleh sang mami di sekolah. Damar pun panik dan ketakutan. Takut kalau sang papi akan marah dan takut telah terjadi sesuatu pada sang adik di luar sana. Sementara sang mami yang berdiri di sisinya hanya menghela nafas santai, seperti tidak ada beban hidup setelah meninggalkan putrinya di sekolah sendirian.

"Sebentar lagi anak itu pasti akan sampai di rumah ini, Mas. Kamu tenang saja. Bukan kah kamu bilang kalau putrimu itu anak yang kuat dan mandiri? Jadi kenapa kamu harus pusing memikirkan anak cacat itu." timpal wanita itu dengan santainya.

Darah siapa pun yang menyayangi Wulan pastinya akan mendidih saat mendengar perkataan buruk seperti itu. Apalagi yang mengatakan hal itu adalah ibu kandungnya sendiri. Pria itu pun berjalan menghampiri istrinya.

"Mala... apakah kamu sadar dengan apa yang baru saja kamu katakan itu? Wulan itu anak kamu, darah daging kamu. Dia anak kita. Tapi kenapa kamu bisa seringan ini mengatakan hal buruk tentang putrimu sendiri?" ujar sang suami yang meraih kedua bahu Mala.

Mala atau dikenal sebagai Alma Larashatika, istri seorang pemilik Cafe yang sukses. Jika Mala adalah ibu kandung Damar dan Wulan, maka ayah kandung mereka tak lain dan tak bukan adalah Dhana Trinandaidi.

Dhana terlihat sangat murka saat melihat tampang wajah Mala yang bersikap santai tak berdosa seperti biasa. Dengan santai, Mala pun menepis kasar tangan suaminya.

"Kamu selalu saja membela anak sialan itu, Mas. Kamu mana pernah membelaku setelah anak itu lahir ke dunia ini. Nyawaku hampir melayang karena mempertahankan anak sialan itu dan kamu masih membelanya lalu memarahi aku?" tandas Mala yang tersenyum miring menatap sang suami.

"Kamu benar-benar sudah berubah, Mala. Aku tidak mengenal istriku yang sekarang. Kamu tega meninggalkan Wulan sendirian lagi di sekolah? Dan hanya pulang bersama Damar? Ke mana hati nurani kamu, Mala?!" ujar Dhana yang mengepal kuat tangannya.

"Iya, Mas. Aku memang sudah berubah. Aku berubah karena anak sialan yang cacat itu!!! Hidupku hancur!!! Sekalipun aku tidak pernah bermimpi akan mempunyai anak cacat seperti dia. Bahkan aku hampir mati karena bertaruh nyawa hanya untuk menyelamatkan anak cacat itu. Aku sampai koma bertahun lamanya karena anak itu. Tapi setelah dia lahir, apa? Dia tidak bisa bicara dan tuli!!! Aku malu, Mas. Aku malu!!!" tandas Mala seraya menunjuk ke arah Dhana.

Mala yang terbawa emosi setiap bertengkar dengan Dhana pun berlari ke lantai atas. Ia langsung masuk ke dalam kamarnya seraya membanting keras pintu. Mendengar suara keras dari lantai atas, membuat Dhana dan Damar terkejut. Dhana pun menghela nafas panjang seraya mengusap kasar wajahnya.

"Damar minta maaf, Pi. Damar tidak bisa menjaga Adek dengan baik. Damar bukan kakak kembar yang baik untuk Wulan, Pi. Maafkan Damar, Pi. Maafkan Damar." ujar Damar seraya meraih tangan sang papi.

"Kamu tidak salah, Nak. Mami kamu yang keterlaluan. Dia tega meninggalkan Wulan sendirian dan hal ini sudah terjadi belasan tahun lamanya. Mau sampai kapan hati mamimu itu akan tertutup? Mau sampai kapan adikmu harus menderita karena ini? Wulan sudah cukup menderita, Damar. Papi benar-benar tidak sanggup melihat putri Papi menderita seperti itu." jawab Dhana seraya mengelus punggung sang putra.

Tanpa mereka sadari, ada sepasang mata yang tengah memperhatikan di ambang pintu. Mata itu terlihat basah dan sembap karena menangis setelah mendengar apa yang dikatakan oleh sang mami. Tangis pemilik mata itu pecah lagi di dekat pintu.

Dhana dan Damar terkesiap saat mendengar suara isak tangis itu. Keduanya pun saling pandang terkejut lalu menoleh ke arah pintu.

"Wulan..."

"Adek..."

Ternyata pemilik mata yang berdiri di dekat pintu itu adalah Wulan. Sejak tadi gadis itu sudah sampai di rumah karena Rainar yang mengantarnya pulang dengan selamat. Tapi di saat Wulan hendak masuk, langkahnya terhenti seketika saat mendengar keributan yang berasal dari dalam rumah. Wulan yang melihat keributan itu hanya bisa terdiam. Ia tidak hanya melihat, tapi juga mendengar semua perkataan buruk sang mami tentang dirinya.

Dhana dan Damar pun berlari menghampiri Wulan yang menangis di dekat pintu. Tanpa berpikir panjang lagi, Dhana langsung meraih tubuh sang putri dan memeluknya erat. Tangis Wulan semakin pecah, beriringan dengan air mata Dhana dan Damar yang ikut mengalir tanpa izin.

"Papi minta maaf, Sayang. Papi belum bisa menyadarkan mami kamu. Papi belum bisa membuka mata hati mami kamu yang sudah tertutup belasan tahun lamanya. Papi minta maaf, Sayang. Semua ini salah Papi, karena Papi kamu jadi menderita seperti ini." tutur Dhana seraya memeluk putri cacatnya itu.

Wulan pun melerai pelukannya dari sang papi saat mendengar perkataannya itu. Walaupun air matanya masih mengalir, tapi gadis itu masih terlihat sigap meraih note kesayangannya yang tergantung indah di lehernya.

'Papi jangan merasa bersalah seperti ini. Ini bukan salah Papi atau pun Mami. Semua ini sudah menjadi takdir hidup Adek dan Adek harus menerimanya dengan lapang dada. Papi jangan sedih lagi ya. Adek sayang Papi'

Lolos lagi bulir kristal bening dari pelupuk mata Dhana saat membaca note yang terdapat tinta hitam karya sang putri. Hati Dhana terenyuh dan seketika ia teringat seseorang yang sangat mirip dengan putrinya itu.

"Kamu mirip sekali dengan onty-mu, Sayang."

.

.

.

.

.

Happy Reading All 😇😇😇

Nah, gimana? Udah tau 'kan siapa Wulan dan Damar itu sebenarnya? Dia anak kembar dari pasangan Dhana dan Mala yang menikah 13 tahun lalu. Tapi sayang, Mala tidak menerima putrinya sendiri dan berubah menjadi wanita yang egois 😪

Semoga kalian semua suka dengan kisah sekuel ini ya 🥰 Sukses dan semangat terus semuanya ❤️

Terpopuler

Comments

ZasNov

ZasNov

Asli beneran sedih jadi Wulan, ga kuat nahan nangis ini..😭😭😭
Ibu kandung tapi kok jahat banget 😭
Bukan mau Wulan terlahir seperti itu, kenapa Mala setega itu..😫

Sepertinya luka Wulan bisa sedikit terobati berkat Rainar..
Semoga Rainar bisa membuat hari2 Wulan ceria dan lebih berwarna ya 🤗

2021-11-24

0

Senja Merona🍂

Senja Merona🍂

ketemu Damar lagi 😆

2021-11-19

1

Machan

Machan

astagfirullah, emaknya tega bet dah.

untung kakak ma bapaknya sayang

2021-11-18

1

lihat semua
Episodes
1 Episode 1 ~ Aku, Wulan...
2 Episode 2 ~ Bukan Salah Papi
3 Episode 3 ~ Flashback
4 Episode 4 ~ Flashback (2)
5 Episode 5 ~ Flashback (3)
6 Episode 6 ~ Flashback (4)
7 Episode 7 ~ Keluh Kesah Damar
8 Episode 8 ~ Tamu Spesial
9 Episode 9 ~ Lembut, Seperti Sutra
10 Episode 10 ~ Amarah Aiziel
11 Episode 11 ~ Masih Kecewa
12 Episode 12 ~ Andaikan saja...
13 Episode 13 ~ Habis Kesabaran
14 Episode 14 ~ Nilai Ulangan Harian
15 Episode 15 ~ Darah Tinggi
16 Episode 16 ~ Niat Damar
17 Episode 17 ~ Bakat Terpendam Wulan
18 Episode 18 ~ Teringat Seseorang
19 Episode 19 ~ Aifa'al dan Syahil
20 Episode 20 ~ Aksi Budak Cinta
21 Episode 21 ~ Kebenaran Baru
22 Episode 22 ~ Siapa Zivana Sebenarnya
23 Episode 23 ~ Rewards Fantastis
24 Episode 24 ~ Lupa Waktu
25 Episode 25 ~ Hilang
26 Episode 26 ~ Lilitan Kain di Balkon
27 Episode 27 ~ Tersesat
28 Episode 28 ~ Naluri
29 Episode 29 ~ Ketoprak Yang Hilang
30 Episode 30 ~ Kesempatan
31 Episode 31 ~ Empat Mata
32 Episode 32 ~ Pulang
33 Episode 33 ~ One Step Closer
34 Episode 34 ~ Firasat
35 Episode 35 ~ Tabrak Lari
36 Episode 36 ~ Bertemu
37 Episode 37 ~ Hukum Cambuk
38 Episode 38 ~ Akhirnya Sadar
39 Episode 39 ~ Geram
40 Episode 40 ~ Kapten Oleng
41 Episode 41 ~ Salah Memilih Orang
42 Episode 42 ~ Apakah Ini Pertanda?
43 Episode 43 ~ Mabuk
44 Episode 44 ~ Partai Pelindung
45 Episode 45 ~ Kotak Buku Lama
46 Episode 46 ~ Kepingan Masa Lalu
47 Episode 47 ~ Memberitahu Papi
48 Episode 48 ~ Gelagat Aneh
49 Episode 49 ~ Brownies Coklat
50 Episode 50 ~ Gelap Mata Lagi
51 Episode 51 ~ Ayah dan Ibu Harus Tau!
52 Episode 52 ~ Dekapan Oma
53 Episode 53 ~ Yang Dirindukan, Datang!
54 Episode 54 ~ Keputusan Dhana
55 Episode 55 ~ Pembagian Raport
56 Episode 56 ~ Bertindak Adil
57 Episode 57 ~ Terkepung
58 Episode 58 ~ Kedatangan Orang Jauh
59 Episode 59 ~ Ide Yang Brilliant
60 Episode 60 ~ Si Kembar Belum Pulang
61 Episode 61 ~ Petunjuk Alat Pelacak
62 Episode 62 ~ Do'a Bapak Paruh Baya
63 Episode 63 ~ Rekaman CCTV
64 Episode 64 ~ Dituduh
65 Episode 65 ~ Kecurigaan Syahil
66 Episode 66 ~ Mempercayai Aifa'al
67 Episode 67 ~ Balada Wanita Dewasa
68 Episode 68 ~ Mata-mata
69 Episode 69 ~ Sakit Parah
70 Episode 70 ~ Kabar Dari Aifa'al
71 Episode 71 ~ Ikut Tertangkap
72 Episode 72 ~ Rencana Penyelamatan
73 Episode 73 ~ Jepitan Rambut
74 Visual dan Sedikit Kabar
75 Episode 74 ~ Terus Mengingkari
76 Episode 75 ~ Teringat Rencana Gibran
77 Episode 76 ~ Pria Asing di Basecamp
78 Episode 77 ~ Misi Berikutnya
79 Episode 78 ~ Kekejaman Bima
80 Episode 79 ~ Pikiran Buruk
81 Episode 80 ~ Nama Lainnya
82 Episode 81 ~ Pertumpahan Darah
83 Episode 82 ~ Licik dan Jahat
84 Episode 83 ~ Ada Bom!!!
85 Episode 84 ~ Rel Kereta Api
86 Episode 85 ~ Posisi Sulit
87 Episode 86 ~ Membentuk Grup
88 Episode 87 ~ Huufff...
89 Episode 88 ~ Tertembak
90 Episode 89 ~ Rasa Bersalah
91 Episode 90 ~ Peringatan Keras
92 Episode 91 ~ Sindrom PTSD
93 Episode 92 ~ Sketsa Rahasia
94 Episode 93 ~ Bram CS Zivana
95 Episode 94 ~ Butuh Waktu
96 Episode 95 ~ Ingin Menyusul Dhina
97 Episode 96 ~ Tidak Ditutupi Lagi
98 Episode 97 ~ Tingkah Pasutri Absurd
99 Episode 98 ~ Terselip Kisah Pilu
100 Episode 99 ~ Harus Berpencar
101 Episode 100 ~ Hancur!!!
102 Episode 101 ~ Memohon
103 Episode 102 ~ Berita Pagi
104 Episode 103 ~ Masih Sama
105 Episode 104 ~ Psikoterapi
106 Episode 105 ~ Tegarlah!!!
107 Episode 106 ~ Imam dan Dhina
108 Episode 107 ~ Video Terakhir
109 Episode 108 ~ Imam Pamit
110 Episode 109 ~ Kunjungan Dimas
111 Episode 110 ~ Kecanggihan Teknologi
112 Episode 111 ~ Luka Tak Kasat Mata
113 Episode 112 ~ Ingin Ke Makam
114 Episode 113 ~ Mimpi kah?
115 Episode 114 ~ Tiger VC Black Moon
116 Episode 115 ~ Yasinan dan Teror (Spesial)
117 Episode 116 ~ Isi Kotak Teror
118 Episode 117 ~ Masuk Sekolah Lagi
119 Episode 118 ~ Kekecewaan Hati
120 Episode 119 ~ Keluhan Black Moon
121 Episode 120 ~ Menolong Wanita Asing
122 Episode 121 ~ Air Mata Penyesalan
123 Episode 122 ~ Namanya Rumi
124 Episode 123 ~ Kalah Cepat
125 Episode 124 ~ Ketulusan Sosok Ibu
126 Episode 125 ~ Berusaha Menyadarkan
127 Episode 126 ~ Pelukan Terhangat
128 Episode 127 ~ Suapan Mami
129 Episode 128 ~ Makan Malam Spesial
130 Episode 129 ~ Anak Muda vc Orang Tua
131 Episode 130 ~ Pencarian
132 Episode 131 ~ Cara Bersyukur
133 Episode 132 ~ Sensitive
134 Episode 133 ~ Jebakan
135 Episode 134 ~ Pukulan Dendam
136 Episode 135 ~ Terluka
137 Episode 136 ~ Mobil di Depan Gerbang
138 Episode 137 ~ Penjelasan
139 Episode 138 ~ Terjebak Sendiri
140 Episode 139 ~ Kertas Kuning
141 Episode 140 ~ Permohonan Rumi
142 Episode 141 ~ Tekad Bram
143 Episode 142 ~ Menyampaikan Pesan
144 Episode 143 ~ Cip
145 Episode 144 ~ Bagi Tugas
146 Episode 145 ~ Iblis Berwujud Manusia
147 Episode 146 ~ Aksi Diam-diam
148 Episode 147 ~ Gedung Kosong
149 Episode 148 ~ Takdir Gadis Bisu
150 Episode 149 ~ Headshot
151 Episode 150 ~ Niat Baik Dhana
152 Episode 151 ~ Acara Perpisahan
153 Episode 152 ~ Acara Perpisahan 2
154 Surat Cinta Author
155 Season 2 {Episode 1 ~ Perjalanan Baru}
156 Season 2 {Episode 2 ~ Trauma Damar}
157 Season 2 {Episode 3 ~ Datang Kembali}
158 Season 2 {Episode 4 ~ Hari yang Baru}
159 Season 2 {Episode 5 ~ Tak Terkendali}
160 Season 2 {Episode 6 ~ Ancaman Lagi}
161 Season 2 {Episode 7 ~ Toko Buku}
162 Season 2 {Episode 8 ~ Arahan Hati}
163 Season 2 {Episode 9 ~ Kacau}
164 Season 2 {Episode 10 ~ Berebut Salah}
165 Season 2 {Episode 11 ~ Sumpah Bima}
166 Season 2 {Episode 12 ~ Masih Berusaha}
167 Season 2 {Episode 13 ~ Berita Baru}
168 Season 2 {Episode 14 ~ CCTV Tersembunyi}
169 Season 2 {Episode 15 ~ Pagi-pagi}
170 Season 2 {Episode 16 ~ Bimbingan}
171 Season 2 {Episode 17 ~ Bertemu}
172 Seaaon 2 {Episode 18 ~ Gejala Aneh}
173 Visual Tokoh Season 2
174 Season 2 {Episode 19 ~ Drop}
175 Season 2 {Episode 20 ~ Takut Terulang}
176 Season 2 {Episode 21 ~ Penyakit Langka}
177 Season 2 {Episode 22 ~ Frustasi}
178 Season 2 {Episode 23 ~ Ujian}
179 Season 2 {Episede 24 ~ Penuh Emosional}
Episodes

Updated 179 Episodes

1
Episode 1 ~ Aku, Wulan...
2
Episode 2 ~ Bukan Salah Papi
3
Episode 3 ~ Flashback
4
Episode 4 ~ Flashback (2)
5
Episode 5 ~ Flashback (3)
6
Episode 6 ~ Flashback (4)
7
Episode 7 ~ Keluh Kesah Damar
8
Episode 8 ~ Tamu Spesial
9
Episode 9 ~ Lembut, Seperti Sutra
10
Episode 10 ~ Amarah Aiziel
11
Episode 11 ~ Masih Kecewa
12
Episode 12 ~ Andaikan saja...
13
Episode 13 ~ Habis Kesabaran
14
Episode 14 ~ Nilai Ulangan Harian
15
Episode 15 ~ Darah Tinggi
16
Episode 16 ~ Niat Damar
17
Episode 17 ~ Bakat Terpendam Wulan
18
Episode 18 ~ Teringat Seseorang
19
Episode 19 ~ Aifa'al dan Syahil
20
Episode 20 ~ Aksi Budak Cinta
21
Episode 21 ~ Kebenaran Baru
22
Episode 22 ~ Siapa Zivana Sebenarnya
23
Episode 23 ~ Rewards Fantastis
24
Episode 24 ~ Lupa Waktu
25
Episode 25 ~ Hilang
26
Episode 26 ~ Lilitan Kain di Balkon
27
Episode 27 ~ Tersesat
28
Episode 28 ~ Naluri
29
Episode 29 ~ Ketoprak Yang Hilang
30
Episode 30 ~ Kesempatan
31
Episode 31 ~ Empat Mata
32
Episode 32 ~ Pulang
33
Episode 33 ~ One Step Closer
34
Episode 34 ~ Firasat
35
Episode 35 ~ Tabrak Lari
36
Episode 36 ~ Bertemu
37
Episode 37 ~ Hukum Cambuk
38
Episode 38 ~ Akhirnya Sadar
39
Episode 39 ~ Geram
40
Episode 40 ~ Kapten Oleng
41
Episode 41 ~ Salah Memilih Orang
42
Episode 42 ~ Apakah Ini Pertanda?
43
Episode 43 ~ Mabuk
44
Episode 44 ~ Partai Pelindung
45
Episode 45 ~ Kotak Buku Lama
46
Episode 46 ~ Kepingan Masa Lalu
47
Episode 47 ~ Memberitahu Papi
48
Episode 48 ~ Gelagat Aneh
49
Episode 49 ~ Brownies Coklat
50
Episode 50 ~ Gelap Mata Lagi
51
Episode 51 ~ Ayah dan Ibu Harus Tau!
52
Episode 52 ~ Dekapan Oma
53
Episode 53 ~ Yang Dirindukan, Datang!
54
Episode 54 ~ Keputusan Dhana
55
Episode 55 ~ Pembagian Raport
56
Episode 56 ~ Bertindak Adil
57
Episode 57 ~ Terkepung
58
Episode 58 ~ Kedatangan Orang Jauh
59
Episode 59 ~ Ide Yang Brilliant
60
Episode 60 ~ Si Kembar Belum Pulang
61
Episode 61 ~ Petunjuk Alat Pelacak
62
Episode 62 ~ Do'a Bapak Paruh Baya
63
Episode 63 ~ Rekaman CCTV
64
Episode 64 ~ Dituduh
65
Episode 65 ~ Kecurigaan Syahil
66
Episode 66 ~ Mempercayai Aifa'al
67
Episode 67 ~ Balada Wanita Dewasa
68
Episode 68 ~ Mata-mata
69
Episode 69 ~ Sakit Parah
70
Episode 70 ~ Kabar Dari Aifa'al
71
Episode 71 ~ Ikut Tertangkap
72
Episode 72 ~ Rencana Penyelamatan
73
Episode 73 ~ Jepitan Rambut
74
Visual dan Sedikit Kabar
75
Episode 74 ~ Terus Mengingkari
76
Episode 75 ~ Teringat Rencana Gibran
77
Episode 76 ~ Pria Asing di Basecamp
78
Episode 77 ~ Misi Berikutnya
79
Episode 78 ~ Kekejaman Bima
80
Episode 79 ~ Pikiran Buruk
81
Episode 80 ~ Nama Lainnya
82
Episode 81 ~ Pertumpahan Darah
83
Episode 82 ~ Licik dan Jahat
84
Episode 83 ~ Ada Bom!!!
85
Episode 84 ~ Rel Kereta Api
86
Episode 85 ~ Posisi Sulit
87
Episode 86 ~ Membentuk Grup
88
Episode 87 ~ Huufff...
89
Episode 88 ~ Tertembak
90
Episode 89 ~ Rasa Bersalah
91
Episode 90 ~ Peringatan Keras
92
Episode 91 ~ Sindrom PTSD
93
Episode 92 ~ Sketsa Rahasia
94
Episode 93 ~ Bram CS Zivana
95
Episode 94 ~ Butuh Waktu
96
Episode 95 ~ Ingin Menyusul Dhina
97
Episode 96 ~ Tidak Ditutupi Lagi
98
Episode 97 ~ Tingkah Pasutri Absurd
99
Episode 98 ~ Terselip Kisah Pilu
100
Episode 99 ~ Harus Berpencar
101
Episode 100 ~ Hancur!!!
102
Episode 101 ~ Memohon
103
Episode 102 ~ Berita Pagi
104
Episode 103 ~ Masih Sama
105
Episode 104 ~ Psikoterapi
106
Episode 105 ~ Tegarlah!!!
107
Episode 106 ~ Imam dan Dhina
108
Episode 107 ~ Video Terakhir
109
Episode 108 ~ Imam Pamit
110
Episode 109 ~ Kunjungan Dimas
111
Episode 110 ~ Kecanggihan Teknologi
112
Episode 111 ~ Luka Tak Kasat Mata
113
Episode 112 ~ Ingin Ke Makam
114
Episode 113 ~ Mimpi kah?
115
Episode 114 ~ Tiger VC Black Moon
116
Episode 115 ~ Yasinan dan Teror (Spesial)
117
Episode 116 ~ Isi Kotak Teror
118
Episode 117 ~ Masuk Sekolah Lagi
119
Episode 118 ~ Kekecewaan Hati
120
Episode 119 ~ Keluhan Black Moon
121
Episode 120 ~ Menolong Wanita Asing
122
Episode 121 ~ Air Mata Penyesalan
123
Episode 122 ~ Namanya Rumi
124
Episode 123 ~ Kalah Cepat
125
Episode 124 ~ Ketulusan Sosok Ibu
126
Episode 125 ~ Berusaha Menyadarkan
127
Episode 126 ~ Pelukan Terhangat
128
Episode 127 ~ Suapan Mami
129
Episode 128 ~ Makan Malam Spesial
130
Episode 129 ~ Anak Muda vc Orang Tua
131
Episode 130 ~ Pencarian
132
Episode 131 ~ Cara Bersyukur
133
Episode 132 ~ Sensitive
134
Episode 133 ~ Jebakan
135
Episode 134 ~ Pukulan Dendam
136
Episode 135 ~ Terluka
137
Episode 136 ~ Mobil di Depan Gerbang
138
Episode 137 ~ Penjelasan
139
Episode 138 ~ Terjebak Sendiri
140
Episode 139 ~ Kertas Kuning
141
Episode 140 ~ Permohonan Rumi
142
Episode 141 ~ Tekad Bram
143
Episode 142 ~ Menyampaikan Pesan
144
Episode 143 ~ Cip
145
Episode 144 ~ Bagi Tugas
146
Episode 145 ~ Iblis Berwujud Manusia
147
Episode 146 ~ Aksi Diam-diam
148
Episode 147 ~ Gedung Kosong
149
Episode 148 ~ Takdir Gadis Bisu
150
Episode 149 ~ Headshot
151
Episode 150 ~ Niat Baik Dhana
152
Episode 151 ~ Acara Perpisahan
153
Episode 152 ~ Acara Perpisahan 2
154
Surat Cinta Author
155
Season 2 {Episode 1 ~ Perjalanan Baru}
156
Season 2 {Episode 2 ~ Trauma Damar}
157
Season 2 {Episode 3 ~ Datang Kembali}
158
Season 2 {Episode 4 ~ Hari yang Baru}
159
Season 2 {Episode 5 ~ Tak Terkendali}
160
Season 2 {Episode 6 ~ Ancaman Lagi}
161
Season 2 {Episode 7 ~ Toko Buku}
162
Season 2 {Episode 8 ~ Arahan Hati}
163
Season 2 {Episode 9 ~ Kacau}
164
Season 2 {Episode 10 ~ Berebut Salah}
165
Season 2 {Episode 11 ~ Sumpah Bima}
166
Season 2 {Episode 12 ~ Masih Berusaha}
167
Season 2 {Episode 13 ~ Berita Baru}
168
Season 2 {Episode 14 ~ CCTV Tersembunyi}
169
Season 2 {Episode 15 ~ Pagi-pagi}
170
Season 2 {Episode 16 ~ Bimbingan}
171
Season 2 {Episode 17 ~ Bertemu}
172
Seaaon 2 {Episode 18 ~ Gejala Aneh}
173
Visual Tokoh Season 2
174
Season 2 {Episode 19 ~ Drop}
175
Season 2 {Episode 20 ~ Takut Terulang}
176
Season 2 {Episode 21 ~ Penyakit Langka}
177
Season 2 {Episode 22 ~ Frustasi}
178
Season 2 {Episode 23 ~ Ujian}
179
Season 2 {Episede 24 ~ Penuh Emosional}

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!