"Memangnya lo beneran suka sama gue? Kok pengen gue jadi pacar lo sih?" tanya Linda malu-malu.
"Iya jelas suka dong. Kamu tuh udah menarik perhatian aku sejak pertama kali melihat kamu. Apalagi pas di ospek. Kok bisa sih kamu tetap terlihat cantik meskipun banyak kunciran di rambut kamu dan pita warna-warni?" Sandy mengubah panggilan gue-lo menjadi aku-kamu. Membuat Linda merasa semakin diistimewakan oleh Sandy.
"Ah masa sih? Padahal muka aku tuh kucel banget." Linda tersipu malu. Ia pun ikut ber aku-kamu.
"Jadi kamu mau kan jadi pacar aku?" tanya Sandy lagi.
Linda mengangguk, mengiyakan permintaan Sandy. Debaran jantungnya sangat kencang, membuatnya takut kalau Sandy akan mendengar betapa kencangnya suara jantungnya berdebar.
"Terima kasih Tuhan... Kau telah memberikanku kekasih secantik Linda." Sandy mengangkat kedua tangannya, akting yang sangat jago sampai membuat Linda kembali terbang ke langit ke tujuh. Dan sejak hari itu mereka pun mulai berpacaran.
Kabar tentang hubungan asmara antara Sandy dan Linda pun cepat tersebar luas di seantero kampus. Sandy yang duduk selalu di sebelah Linda seakan memamerkan hubungan mereka.
Ada yang mengatakan kalau mereka amat cocok. Cantik dan tampan. Dan tak jarang pula ada yang nyinyir dan mengatakan kalau mereka tak akan bertahan lama.
"Bapak akan membagi tugas kelompok berdasarkan absen ya. Tiap kelompok akan bertugas mengumpulkan makalah mengenai komunikasi dalam bisnis. Karena kalian ada 40 orang, maka tiap kelompok dibagi menjadi 4 orang. Agar gampang, Bapak bagi sesuai urutan absen. Kalian bisa membaur dengan rekan kelompok kalian saat ini." perintah dosen yang sedang mengajar di kelas Sandy.
Seperti sudah suratan takdir. Sandy bisa mengelak dari Shanum, namun ternyata mereka ditakdirkan untuk satu kelompok yang sama.
Sandy, Satria, Shanum dan Siska. Sesuai urutan abjad dalam absen. Sandy terpaksa harus berpisah dengan Linda karena beda kelompok.
Mereka berempat lalu berkumpul di tempat Shanum duduk. Kebetulan Siska memang duduk bersebelahan dengan Shanum karena mereka memang sahabat akrab.
"Wah kita satu kelompok sama Sandy, bisnisman muda kita." sambut Siska dengan penuh semangat saat Sandy datang dan membalikkan kursi di depan Shanum sehingga mereka bisa saling tatap-tatapan.
"Iya. Gue juga seneng bisa satu kelompok sama Shanum yang cantik." puji Satria yang mengikuti Sandy membalikkan kursi sehingga berhadapan dengan Siska.
"Kita bisa jadi team yang hebat nih!" puji Siska, membuat Shanum menunduk malu. Temannya itu memang agak heboh, apalagi kalau berurusan dengan Sandy. Cowok tampan yang terkenal seantero kampus.
"Jadi kita mulai dari mana nih?" tanya Sandy to the point, Ia malas terlalu lama dekat dengan Shanum. Hatinya masih sakit saat membayangkan di masa depan Shanum mencampakkannya saat Ia terpuruk.
"Weits... Sabar, Sob. Baru aja bikin kelompok. Perkenalan diri dulu lah." kata Satria yang ternyata memang ingin memperkenalkan dirinya lebih dekat dengan Shanum. "Kenalin, gue Satria. Dulu sekolah di SMAN 1." Satria pun menjabat tangan Shanum dan Siska satu persatu.
Dalam sekali lihat, Sandy bisa tahu kalau Satria mengincar Shanum. Ia bisa bedakan mana cowok yang naksir cewek dan mana yang cuma gombal doang. Satria masuk kategori yang naksir Shanum.
"Ayo gantian dong! Kalian juga!" tunjuk Satria pada yang lainnya.
"Gue enggak usah. Udah pada kenal juga." kata Sandy dengan dingin.
"Yaudah gue aja. Nama gue Siska, asal Magelang. Kost deket sini." Siska menyikut lengan Shanum.
"Oh iya, nama gue Shanum." kata Shanum singkat.
Sandy tak kuasa menyunggingkan seulas senyum. Shanum tak pernah berubah sejak dulu. Suka malu dan grogian.
"Yang panjang atuh Neng kenalannya. Sekolah dulu dimana? Rumah dimana? Ke kampus naik apa? Udah punya pacar apa belum.... ups keceplosan he...he...he..." Satria menertawai perkataannya sendiri.
Sandy menatap ke arah Shanum yang ikut tertawa dengan ulah Satria. Tawa Shanum amatlah cantik. Memamerkan barisan gigi putihnya yang terlihat singkron dengan lesung pipi dan bibirnya yang kemerahan hanya dengan sapuan lip gloss.
Sandy bahkan lupa kapan Shanum tersenyum secantik itu di depannya. Shanum selalu terlihat lelah jika bersamanya. Terkadang malah saat Ia pulang kerja, Shanum sudah tertidur lelap karena kelelahan.
"Udah... Udah... Ayo mulai. Udah cukup basa-basinya. Jangan kebanyakan ngegombal!" potong Siska.
Mereka pun memulai kerja kelompok pertama mereka. Berkumpul di perpustakaan untuk mencari bahan materinya. Berhubung perpustakaan mulai ramai, mereka pun memutuskan melanjutkannya besok di tempat tongkrongan sekaligus kerajaan bisnis Sandy.
Shanum yang sampai lebih dahulu di cafe milik Sandy. Ia menatap takjub dengan usaha yang dimiliki Sandy. Rasa kagumnya pada Sandy mulai tumbuh, meskipun sejak awal Sandy terlihat amat sebal padanya.
"Duduk dulu. Kita kerjain disini dulu aja, nanti kalau di depan udah mulai sepi kita pindah. Jam segini banyak anak-anak nongkrong sambil main PS. Mau minum apa?" tanya Sandy sambil mempersilahkan Shanum masuk ke kamarnya yang terletak di belakang.
"Kamu tinggal disini?" tanya Shanum.
"Enggak usah kepo!" jawab Sandy ketus.
"Kepo? Apa itu?" tanya Shanum bingung.
"Bahasa masa depan. Artinya banyak ingin tahu urusan orang!" terang Sandy masih dengan suara ketusnya.
"Oh itu toh artinya. Aku enggak kepo kok. Cuma basa-basi aja. Enggak kamu jawab juga enggak apa-apa." jawab Shanum dengan santainya.
"Aku ngambilin minum dulu! Sekalian liat-liat yang lain udah datang belum."
"Aku boleh liat-liat koleksi buku kamu enggak?" tanya Shanum meminta ijin. Ia takut Sandy malah tambah jutek padanya.
"Terserah!" kata Sandy, lalu meninggalkan Shanum.
Shanum melihat-lihat koleksi buku Sandy. Matanya tertuju pada selembar foto yang terselip di salah satu buku yang Ia ambil.
Buku The Magic Of Thinking Big karangan David J Schwartz. Bacaan yang amat jarang dibaca oleh anak muda jaman sekarang, yang lebih menyukai bermain games atau nongkrong di mall.
Ada selembar foto terselip di salah satu halaman dalam buku tersebut. Shanum mengambil foto yang jatuh di pahanya. Foto yang seukuran dompet.
Shanum amat kaget melihat foto yang Ia lihat. Foto bayi tersebut amat mirip dengan dirinya. Lebih tepatnya mirip dengan foto saat Ia masih bayi dulu.
Siapakah bayi tersebut? Yang jelas bukan foto dirinya karena hasil fotonya amat bagus. Bayi itu sedang tersenyum, memamerkan pipi gembilnya yang memerah.
"Apa yang kamu lakukan?" Shanum terlonjak kaget mendengar pertanyaan Sandy yang baru saja datang dengan membawa 4 minuman di tangannya.
"Er....Itu.... Aku lagi lihat buku kamu." jawab Shanum dengan gugup. Ia seperti sedang ketahuan mencuri.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 119 Episodes
Comments
Bouns Kurnia
top
2022-02-22
0
Win_dha88
drama Korea juga ada yg cerita nya mirip2 gini...
lupa apa judul nya...
pemeran utama cewek nya Kang Nara...
yang cowo nya lupa nama nya...
second lead male nya Jang Ki yong...
2021-12-08
1
@Abiansyah449
Gini nih waktu kembali ke masa lalu tapi otaknya gak ikutan.
2021-11-05
0