Shanum terkejut dengan kedatangan Sandy, sampai foto yang Ia pegang pun ikut terjatuh. Sandy menaruh nampan berisi minuman yang Ia bawa diatas meja kecil. Ia berjalan cepat menuju Shanum dan mengambil paksa foto tersebut.
Wajah Sandy terlihat amat gusar. Kenapa dari sekian banyak buku, Shanum harus mengambil buku tempat Ia menyimpan foto Sally?
"So...Sorry... Tadi lo bilang, terserah. Jadi gue pikir... Gue pikir boleh gue lihat-lihat bukunya." kata Shanum dengan gugup. Ia baru kali ini melihat ada kilatan amarah di mata Sandy. Biasanya Sandy selalu akrab dengan siapa saja, kenapa hanya terhadap dirinya Sandy begitu bersikap seolah memusuhi?
"Iya. Gak apa-apa." jawab Sandy dengan ketus. Mulut berkata enggak apa-apa tapi ekspresinya terlihat sangat kesal dengan apa yang Shanum lakukan.
"Mm... Boleh gue tau enggak, itu foto siapa?" tanya Shanum. Rasa penasarannya mengalahkan rasa takut akan kemarahan Sandy. Ia merasa ada getar aneh saat melihat foto bayi tersebut.
"Mau apa lo kalau udah tau? Gue rasa itu bukan urusan lo!" kata Sandy semakin ketus saja ucapannya.
"Bukan maksud gue ikut campur. Tapi... Foto bayi itu... Mirip banget sama foto gue waktu bayi." Shanum mengeluarkan selembar foto dari dompetnya. "Nih, lo liat aja. Mirip banget sama foto gue bayi. Makanya gue penasaran."
Sandy membuang pandangannya. Ia tahu dengan pasti kalau Sally memang plek ketiplek dengan Shanum. Seperti jelmaan Shanum saat bayi. Wajar kalau Shanum amat penasaran.
"Bukan urusan lo!" jawab Sandy pedas.
"Iya sih bukan urusan gue. Kenapa bisa mirip banget ya sama gue?" kata Shanum lebih kepada dirinya sendiri.
"Lo aja kali yang mirip-miripin. Dia tuh mirip gue!" sahut Sandy.
"Hah? Kok bisa? Emangnya dia anak lo? Lagi ya menurut gue, tuh anak lebih mirip gue dibanding lo. Lo bandingin sendiri nih sama foto gue masih bayi." Shanum mengangsurkan lagi foto yang tadi Sandy cuekkin.
"Dia keponakan gue. Wajar dong kalau mirip gue? Udah enggak usah dimirip-miripin sama lo. Emangnya lo emaknya mau dimirip-miripin?" makin pedaslah perkataan Sandy.
Shanum tak ambil pusing, sejak kenal Sandy memang laki-laki itu tak pernah bersikap ramah padanya. Namun Shanum yakin, Sandy tuh laki-laki yang baik hanya saja ada sesuatu yang membuatnya bersikap jutek padanya.
"Woy! Lagi ngapain berduaan aja!" kata Satria yang datang dengan Siska. Suaranya yang agak kencang mengagetkan Shanum dan Sandy.
"Lagi nyari uban! Menurut lo? Lama banget sih datengnya! Kebiasaan ngaret deh jadi orang! Gimana mau maju?" semprot Sandy tanpa ampun.
"Macet tau! Macet. Cafe lo tuh bikin jalanan macet. Banyak mobil parkir tuh di depan, jalanan makin sempit. Angkot aja pada ngeluh." gerutu Siska yang tak terima dibilang ngaret.
"Iya. Nanti gue bikin cabang baru. Ini masih direncanain." jawab Sandy tak mau kalah. Memang sih sejak dibuka, cafe selalu ramai. Bukan hanya anak sekolah dan mahasiswa, karyawan kantor pun suka nongkrong di cafe miliknya.
"Yang bener lo men? Gila, sukses banget bisnis lo. Ajaklah gue kerja. Lumayan nambahin uang saku!" Satria mengambil kesempatan yang ada agar Sandy mau menerimanya jadi karyawan.
Sandy jelas tak semudah itu memberikan pekerjaan pada Satria. Nanti tuh anak bakalan ngajak Shanum jalan lagi pakai uang gaji yang dia kasih. Tak sudi rasanya!
"Liat nanti aja. Gue udah banyak karyawan. Bingung ngegajinya kalau kebanyakan." jawab Sandy sambil memasukkan foto Sally ke dalam dompetnya. Tempat yang lebih aman dari tempat manapun.
"Adain nonton bareng dong San. Nanti malam ada Piala Dunia U 17 Fifa 2003. Kita taruhan gimana?" ajak Satria.
"Yakin lo mau taruhan sama gue? Enggak nyesel?" ledek Sandy.
"Lo kali yang takut. Ayolah taruhan. Mau berapa-berapa nih? Taruhan 100 ribu aja gimana?" tantang Satria lagi
"Boleh. Walau kecil banget sih menurut gue taruhannya. Gue pegang Brazil. Lo pegang apa?"
"Weits... Spanyol dong! Deal nih ya!" Satria mengajak Sandy bersalaman.
"Deal!" Sandy dan Satria pun bersalaman. Sebuah senyum licik terukir di wajah Sandy.
"Lumayan nih bakal dapet 100 ribu gratis. Makan tuh Spanyol. Jelas-jelas Brazil yang bakalan menang ha...ha...ha..." Sandy tertawa puas dalam hati.
"Ayo kita mulai! Sebelum sore kalo bisa udah selesai." ajak Shanum.
"Mau kemana sih lo Num? Janjian sama Kemal ya?" ledek Siska.
Sandy mengingat nama Kemal. Ya, Kemal adalah cowok yang selalu ngejar-ngejar Shanum sejak kuliah. Shanum dekat dengan Kemal dan menganggapnya hanya teman saja, namun Kemal tidak. Ia menyukai Shanum, dan dulu Sandy sering cemburu dengan Kemal.
Apakah sekarang Sandy cemburu? No! Sandy menolak mencemburui Kemal. Itu cuma masa lalu, begitu pikir Sandy.
"Siapa tuh Kemal? Pacar lo ya Num?" tanya Satria yang panik, belum sempat maju eh udah ada saingan duluan.
"Mm... dia-" belum sempat Shanum bicara Sandy sudah memotong perkataannyanya.
"Mau mulai kapan nih? Gue kan mesti ngurusin cafe juga. Kalau lo pada masih mau ngobrol, gue bantuin anak-anak dulu nih di depan!" ancaman Sandy membuat percakapan tentang Kemal berakhir. Mereka pun mulai mengerjakan tugas mereka.
Enaknya kerja kelompok di cafe milik Sandy adalah, Ia orangnya royal. Minuman dan cemilan tak segan Ia keluarkan. Enggak usah bayar, free.
"Besok ngerjain disini lagi ya? Enak banyak makanannya." kata Siska tanpa malu.
"Enggak bisa. Besok gue mau pergi. Lusa aja!" tolak Sandy.
"Yah kenapa enggak besok aja? Mumpung libur nih!" protes Satria.
"Dibilang enggak bisa! Gue mau jalan sama Linda. Lebih penting Linda lah daripada tugas begini doang."
"Iye...iye... Pacar mah segalanya ya. Iya enggak Num?" tanya Satria berusaha mengajak Shanum dalam setiap percakapannya.
"Enggak juga. Liat prioritasnya dulu. Bisa aja tugas lebih penting." jawab Shanum.
"Masa sih? Kalau menurut kamu nih, kalau seandainya kamu punya suami lalu suami kamu dipecat dari pekerjaan apa kamu akan tetap mendampinginya?" Sandy bertanya sambil menatap lurus ke dalam mata Shanum.
"Ya tentu dong aku dampingi. Kecuali....."
"Kecuali apa?" tanya Sandy penasaran.
"Kecuali suamiku berubah dan tak lagi mencintai keluarganya. Untuk apa mempertahankan laki-laki yang tidak mencintai keluarganya?" jawab Shanum dengan tegas.
"Udah ah malah bahas nikah segala. Ayo kita pulang! Udah keyang disini. Lusa berarti ya kita ketemu lagi." kata Satria pada yang lainnya.
"Iya." jawab Shanum dan Siska kompak.
Sementara Sandy hanya berdiam diri setelah mendengar jawaban yang Shanum berikan. Sebersit tanya terlintas dalam pikirannya, benarkah di mata Shanum istrinya Ia tidak mencintai keluarga?
Shanum, Satria dan Siska lalu pulang. Sandy yang semula mau mengerjakan project bisnis selanjutnya merasa tak semangat. Ia lalu mengemudikan motornya ke rumah Linda.
Persetan dengan Shanum. Bodo amat dengan masa depannya dulu. Kini Ia hanya ingin memulai masa depan yang baru dengan wanita yang baru pula.
Linda tersenyum lebar mengetahui kedatangan Sandy di rumahnya. Lelaki tampan idaman banyak mahasiswi di kampusnya amat menggilainya. Betapa bangga dirinya saat ini.
Linda mengajak Sandy masuk ke dalam ruang tamu rumahnya. Rumah megah namun terasa amat sepi. Sandy baru tahu kalau Linda adalah anak orang kaya, pantas saja di masa depan bisnisnya sukses. Ada peran orang tua di belakangnya.
Sandy tersenyum. Ia semakin yakin dengan langkah yang Ia pilih. Ia bahkan melupakan Sally yang fotonya kini ada di dalam dompetnya. Sandy tak tahu bahwa ada sesuatu yang telah terjadi. Sesuatu akibat perbuatannya di tahun milenium ini dan berakibat di masa depan. Apakah itu???
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 119 Episodes
Comments
merti rusdi
Kenapa ga sudi? Katanya ga mau sama Shanum? 🤭
2022-06-13
1
Win_dha88
klo Sandy dan Shanum ngga nikah...
ya... ngga akan bakalan ada Sally lahir ke dunia...
2021-12-08
0
DSN5
lanjuttt
2021-10-18
0