Bab 3

Malam pun berganti menjadi siang. Suasana di dalam rumah Sandy begitu kelam, gelap dan sunyi.

Tak ada tangis Sally yang minta perhatian. Tak ada suara Shanum yang berusaha menenangkan Sally sambil memasak di dapur. Tak ada harum masakan yang membuat perut Sandy terasa lapar.

Masakan Shanum memang paling enak menurut Sandy karena dibuat dengan penuh cinta. Sally juga berpikir yang sama, karena tubuhnya montok berisi akibat doyan dengan masakan yang Shanum buat.

Sejak menerima surat dari Shanum, Sandy hanya tiduran di lantai. Tak punya keinginan untuk melakukan apapun.

Belum ada sehari Ia ditinggalkan oleh Shanum dan Sally, dunia seakan berhenti berputar. Dunianya menjadi lebih sepi. Lebih sunyi dan seakan tanpa kehidupan.

Dulu, saat pulang larut malam Ia merasa kesal karena harus terbangun pagi-pagi mendengar rangekan Sally dan suara Shanum yang berusaha menghiburnya, bagi Sandy itu adalah suatu polusi udara. Ia pasti akan langsung marah-marah bahkan membentak Shanum agar membawa Sally pergi dari kamar tidurnya dan membiarkan Ia tertidur lebih lama.

Dulu, saat melihat Sally memberantaki rumahnya dengan makanan yang Ia makan, Ia melihatnya dengan sebal. Ia nggak suka rumahnya kotor. Ia nggak suka rumahnya berantakan. Ia mau semuanya rapih dan bersih. Karena itu, Shanum selalu menjaga rumahnya tetap bersih dan rapi. Tak mau melihat Sandy sampai mengomeli Sally.

Kini, apa yang Ia inginkan sejak dulu sudah terkabul. Tak ada lagi suara bising dikala Ia sedang tertidur. Tak ada lagi rumah berantakan. Yang ada hanya kesunyian, dan Ia tak menyukai hal itu.

Sandy pun pergi ke kamar mandi. Membersihkan tubuhnya yang sejak kemarin belum mandi. Berharap dengan mandi, Ia bisa berpikir jernih.

Benar saja, kini setelah mengguyur kepalanya dengan air dingin Ia dapat berpikir jernih, keputusan apa yang akan Ia ambil. Ia akan menjemput Shanum dan meminta maaf atas kesalahannya.

Ia masih bisa bertahan saat dipecat kemarin. Masih bisa mencari pekerjaan di tempat lain. Menjadi buruh pun akan Ia lakukan.

Namun saat kehilangan Shanum dan Sally, Ia tak yakin bisa menjalani lagi hidupnya. Tekadnya sudah bulat. Ia akan membawa keluarganya pulang lagi.

Sandy mengenakan kaus lengan pendek dan celana jeans lalu memakai jaket di luarnya. Ia pun mengemudikan mobilnya ke rumah orang tua Shanum.

Ia mengetuk pintu rumah mertuanya beberapa kali. Tak ada suara yang terdengar. Sunyi. Pertanda tak ada orang di dalamnya.

Sandy menunggu sampai malam tetap saja tak ada orang di rumah tersebut. Kemana lagi Shanum? Ia hanya punya satu tempat tujuan, yakni rumah orang tuanya.

Sandy mulai mendatangi rumah sahabat Shanum namun hasilnya nihil. Shanum dan Sally hilang bagai ditelan bumi.

Sandy tak putus asa. Sambil sibuk mencari pekerjaan baru dengan menghubungi teman-temannya, Ia juga menyempatkan diri ke rumah mertuanya namun lagi-lagi Ia harus menelan kekecewaan.

Rumah mertuanya tetap kosong seperti sebelumnya. Menelepon Shanum pun percuma, karena nomor Hp miliknya sudah di blokir. Menelepon pakai nomor lain pun di reject.

Shanum benar-benar menyingkirkan Sandy dari hidupnya. Apa karena baru dibentak sekali saja Shanum langsung sakit hati? Konyol sekali rasanya, tak bisakah Ia mengerti sedikit kalau Sandy sedang ada masalah?

Beberapa hari kemudian hal yang Sandy takutkan pun terjadi. Seorang pengacara datang ke rumahnya dan memberitahu kalau Shanum sudah melayangkan gugatan cerai untuknya.

Dalam gugatannya Shanum mengatakan kalau sudah tidak ada lagi kecocokan diantara mereka. "Tidak ada kecocokan? Maksudnya apa Pak? Saya hanya bertengkar sekali kemarin dan Shanum langsung pergi tanpa memberi saya kesempatam untuk menjelaskannya! Saya tidak terima ini!"

"Menurut keterangan Ibu Shanum, Bapak tidak pernah memperdulikan anak kalian, Sally. Bapak terlalu sibuk mengejar karir Bapak. Banyak perbedaan pendapat dengan Ibu Shanum namun Bapak tak pernah sekalipun mendengar apa yang Ia katakan." pengacara tersebut menjelaskan alasan yang Shanum katakan padanya.

"Ya itu kan saat saya masih bekerja dulu. Kini saya menganggur, bilang saja Shanum tak mau hidup susah dengan saya!" sahut Sandy tak mau kalah. Tak terima Ia dengan alasan yang Shanum kemukakan.

"Ibu Shanum bilang, Bapak tidak pernah perduli pada Sally anak kalian. Saat Sally sakit sampai dirawat di rumah sakit, tetap saja Bapak tidak peduli dan hanya memikirkan pekerjaan. Bu Shanum bilang, Ia juga sudah menahan perasaannya karena sering dibentak-bentak Bapak. Mungkin ini adalah batas kesabaran Bu Shanum, Pak."

"Dimana Shanum sekarang Pak? Saya mau bicara dengannya!" paksa Sandy.

"Maaf Pak. Silahkan nanti Bapak bertemu dengan Ibu Shanum di pengadilan. Saya permisi dulu!" Pengacara itu lalu bangkit dan bersiap pergi.

"Tunggu Pak! Saya mau memperbaiki rumah tangga saya. Beritahu saya dimana Shanum dan Sally berada. Saya sudah mencari mereka di rumah mertua saya namun tak ada. Tolong bantu saya Pak." Sandy yang sombong bahkan memohon kebaikan hati pengacara tersebut.

"Maaf. Tugas saya sudah selesai. Saya hanya menyampaikan amanat Bu Shanum saja." pengacara itu pun pergi meninggalkan Sandy yang terus memohon namun tak Ia dengarkan.

Sandy merasa amat terpuruk. Kini hidupnya benar-benar hancur. Tak punya pekerjaan. Tak punya keluarga dan sebentar lagi tak punya tempat tinggal. Rumahnya pasti akan disita bank karena Ia belum punya pekerjaan untuk membayar cicilan rumahnya.

Sandy butuh melampiaskan masalahnya dengan sesuatu. Ya, Ia merasa harus membuat dirinya mabuk untuk melupakan semua beban hidupnya.

Sandy mengemudikan mobilnya ke salah satu club tempat Ia pernah menyambut clientnya dulu, sayang club itu sedang di booking oleh Richard, anak Kusumadewa yang sedang merayakan ulang tahun.

Ia pun pergi ke sebuah club yang tak pernah Ia sadari keberadaannya. Apa Ia yang tidak memperhatikan saja kalau disana memang ada club yang didirikan?

Club tersebut masih sepi pengunjung. Mungkin masih terlalu sore untuk buka. Club biasanya ramai saat malam, diatas jam 9 malam. Ini masih jam 7. Wajar kalau sepi.

Sandy lalu menuju meja bartender. "Kasih minuman apa saja yang bisa bikin mabuk!" pesannya pada bartender tersebut.

"Baik." tak lama bartender tersebut meracik minumannya.

Gelas pertama habis, berganti gelas kedua sampai gelas ke lima namun Ia masih tersadar. Ia butuh minuman yang lebih memabukkan lagi.

Club mulai ramai. Seorang laki-laki berpakaian serba hitam pun duduk di sampingnya.

"Kurang nendang ya?" tanya pria itu.

Sandy mengangguk. "Ada rekomen enggak?" Sandy pikir laki-laki tersebut adalah penjual narkoba.

Pria itu lalu mengeluarkan sebotol minuman kecil bergambarkan bulan sabit. Tak ada merk hanya bulan sabit saja.

"Minum setengahnya saja cukup. Minum lagi sisanya kalau mau balik lagi kesini!" ujar pria itu.

"Mau balik kesini apa maksudnya?" gumam Sandy dalam hati.

Sandy pun meneguk minuman tersebut setengahnya. Tak lama kesadarannya mulai menghilang dan Ia jatuh semakin dalam.

Terpopuler

Comments

Eros Hariyadi

Eros Hariyadi

lanjutkan Thor 😝😄💪👍👍👍

2023-06-12

2

Eros Hariyadi

Eros Hariyadi

Mabuk mah bukannya Solusi penyelesaian masalah, itu mah mirip motonya suatu perusahaan, menyelesaikan suatu masalah, dengan menciptakan masalah baru....sampai kismat masakah utama gak akan terselesaikan....😝😄💪👍👍👍

2023-06-12

2

nohtc

nohtc

dibentak sekali ini sandy lupa ingata atau apa ini

2022-12-11

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1
2 Bab 2
3 Bab 3
4 Bab 4
5 Bab 4
6 Bab 5
7 Bab 6
8 Bab 7
9 Bab 8
10 Bab 9
11 Bab 10
12 Bab 11
13 Bab 12
14 Bab 13
15 Bab 14
16 Bab 15
17 Bab 16
18 Bab 17
19 Bab 18
20 Bab 19
21 Bab 20
22 Bab 21
23 Bab 22
24 Bab 23
25 Bab 24
26 Bab 25
27 Bab 26
28 Bab 27
29 Bab 28
30 Bab 29
31 Bab 30
32 Bab 30
33 Bab 31
34 Bab 32
35 Bab 33
36 Bab 34
37 Bab 35
38 Bab 36
39 Bab 37
40 Bab 38
41 Bab 39
42 Bab 40
43 Bab 41
44 Bab 42
45 Bab 43
46 Bab 44
47 Bab 45
48 Bab 45
49 Bab 46
50 Bab 47
51 Bab 47
52 Bab 48
53 Bab 49
54 Bab 50
55 Bab 51
56 Bab 51
57 Bab 52
58 Bab 53
59 Bab 54
60 Bab 55
61 Bab 56
62 Bab 57
63 Bab 58
64 Bab 59
65 Bab 60
66 Bab 61
67 Bab 62
68 Bab 63
69 Bab 64
70 Bab 65
71 Bab 66
72 Bab 67
73 Bab 68
74 Bab 69
75 Bab 70
76 Bab 71
77 Bab 72
78 Bab 73
79 Bab 74
80 Bab 75
81 Bab 76
82 Bab 77
83 Bab 78
84 Bab 79
85 Bab 80
86 Bab 81
87 Bab 82
88 Bab 83
89 Bab 84
90 Bab 85
91 Bab 86
92 Bab 87
93 Bab 88
94 Bab 89
95 Bab 90
96 Bab 91
97 Bab 92
98 Bab 93
99 Bab 94
100 Bab 95
101 Bab 96
102 Bab 97
103 Bab 98
104 Bab 99
105 Bab 100
106 Bab 101
107 Bab 102
108 Bab 103
109 Bab 104
110 Bab 105
111 Bab 106
112 Bab 107
113 Bab 108
114 Bab 109
115 Bab 110
116 Bab 111
117 Bab 112
118 Bab 113
119 Bab 114
Episodes

Updated 119 Episodes

1
Bab 1
2
Bab 2
3
Bab 3
4
Bab 4
5
Bab 4
6
Bab 5
7
Bab 6
8
Bab 7
9
Bab 8
10
Bab 9
11
Bab 10
12
Bab 11
13
Bab 12
14
Bab 13
15
Bab 14
16
Bab 15
17
Bab 16
18
Bab 17
19
Bab 18
20
Bab 19
21
Bab 20
22
Bab 21
23
Bab 22
24
Bab 23
25
Bab 24
26
Bab 25
27
Bab 26
28
Bab 27
29
Bab 28
30
Bab 29
31
Bab 30
32
Bab 30
33
Bab 31
34
Bab 32
35
Bab 33
36
Bab 34
37
Bab 35
38
Bab 36
39
Bab 37
40
Bab 38
41
Bab 39
42
Bab 40
43
Bab 41
44
Bab 42
45
Bab 43
46
Bab 44
47
Bab 45
48
Bab 45
49
Bab 46
50
Bab 47
51
Bab 47
52
Bab 48
53
Bab 49
54
Bab 50
55
Bab 51
56
Bab 51
57
Bab 52
58
Bab 53
59
Bab 54
60
Bab 55
61
Bab 56
62
Bab 57
63
Bab 58
64
Bab 59
65
Bab 60
66
Bab 61
67
Bab 62
68
Bab 63
69
Bab 64
70
Bab 65
71
Bab 66
72
Bab 67
73
Bab 68
74
Bab 69
75
Bab 70
76
Bab 71
77
Bab 72
78
Bab 73
79
Bab 74
80
Bab 75
81
Bab 76
82
Bab 77
83
Bab 78
84
Bab 79
85
Bab 80
86
Bab 81
87
Bab 82
88
Bab 83
89
Bab 84
90
Bab 85
91
Bab 86
92
Bab 87
93
Bab 88
94
Bab 89
95
Bab 90
96
Bab 91
97
Bab 92
98
Bab 93
99
Bab 94
100
Bab 95
101
Bab 96
102
Bab 97
103
Bab 98
104
Bab 99
105
Bab 100
106
Bab 101
107
Bab 102
108
Bab 103
109
Bab 104
110
Bab 105
111
Bab 106
112
Bab 107
113
Bab 108
114
Bab 109
115
Bab 110
116
Bab 111
117
Bab 112
118
Bab 113
119
Bab 114

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!