"Lin... Aku bisa jelasin semuanya! Lin... Please..." Sandy mengejar Linda yang marah karena cemburu.
Tanpa disadari, Shanum menyunggingkan seulas senyum puas. Melihat kedua pasangan itu bertengkar entah mengapa begitu membahagiakan untuk Shanum.
Shanum yang berjalan tak melihat ke depan lalu menabrak seorang cowok. Shanum tak mengenali cowok tersebut. Siapa cowok yang mengenakan baju serba hitam di depannya?
"Maaf." kata Shanum.
Cowok itu tak menjawab, hanya mengangguk lalu pergi meninggalkan Shanum.
"Cowok yang semuanya serba hitam? Bukannya dia yang dicari Sandy? Eh apa iya ya? Enggak tau ah. Bukan urusanku!" gumam Shanum.
Shanum hendak pergi ketika langkahnya terhenti saat menyadari ada sesuatu yang Ia injak. Sebuah kalung dengan liontin berbentuk bulan sabit.
"Pasti punya cowok tadi!" Shanum berbalik badan dan mencari keberadaan cowok berbaju serba hitam tersebut yang dalam sekejap mata hilang bak ditelan bumi.
Shanum menyimpan kalung tersebut di dalam dompetnya. Bertekad akan mengembalikan saat mereka bertemu lagi, atau menitipkan pada Sandy saja?
****
"Linda Sayang... Kamu salah paham. Aku sama Shanum enggak ada apa-apa. Kemarin aku cuma sekalian lewat aja, ada yang mau beli rumah. Kebetulan Shanum nunggu angkot enggak ada, makanya aku tawarin bareng." Sandy masih berjalan di belakang Linda sambil menjelaskan duduk perkaranya.
"Terus ngapain pake makan bakso bareng segala hah?" Linda berhenti tiba-tiba membuat Sandy juga harus mengerem langkahnya agar tidak menabrak Linda.
"Yaelah... Itu mah bagi-bagi rejeki. Aku habis dapet uang, itung-itung buang sial. Enggak ada maksud lain." Sandy meraih tangan Linda, Ia masih mencoba berbaikan dengan kekasihnya.
Wajah Linda masih cemberut. Rasa cemburu menguasainya. Ia amat mencintai Sandy, tak rela kalau Shanum merebutnya. Sudah cukup anak-anak cowok yang memuja Shanum, asal Sandy jangan.
"Jangan marah lagi dong Sayang! Aku traktir es krim aja gimana? Mau?"
"Enggak mau!" protes Linda.
"Yaudah maunya apa?" Sandy mengalah, asal Linda tak marah lagi. Linda tuh masa depannya. Ia tak mau kehilangan masa depan gemilang hanya karena makan bakso bareng Shanum.
"Kita liburan ke Villa aku. Di Bali!" mata Sandy membulat mendengar permintaan Linda.
"Di Bali? Berdua? Kita?" Sandy menunjuk dirinya dan Linda bergantian.
"Yaiyalah. Kemarin kamu menolak aku kan saat kuajak nginep di villa aku? Sekarang aku enggak terima penolakan kamu!"
"Tapi... Ke Bali kan mahal!" (Tahun 2004 amat jarang promo tiket pesawat murah). "Aku enggak punya uang, Lin. Uang jual rumah kemarin udah aku gunain buat tambahan modal." jawab Sandy jujur.
Linda kini tersenyum. "Aku yang bayarin tiketnya. Villa punya orangtuaku jadi no problem. Kamu setuju kan?"
Sandy menghela nafas dalam. Nampaknya Ia tak bisa terus menolak Linda. Mau pakai alasan apa lagi?
"Yaudah kalau enggak mau!" Linda kesal dan hendak pergi tapi tangan Sandy mencekal langkahnya.
"Iya. Kita pergi. Kapan? Jangan bolos kuliah ya!" Sandy menyerah dan mengiyakan keinginan Linda.
"Nah gitu dong! Hari jumat aja sepulang kuliah jadi hari minggu siang kita bisa balik lagi ke Jakarta. Enggak bolos kuliah kan?" Linda amat senang, Sandy akhirnya mau menuruti permintaannya.
"Iya. Atur aja Sayang. Kita makan yuk. Aku lapar nih nungguin kamu tau dari tadi. Mau makan bareng sama kamu!" Sandy merangkul Linda. Dalam hatinya selain senang Linda tak lagi marah juga terbersit rasa khawatir.
Takdir apalagi yang akan berubah kelak?
****
"Bu, Ibu beneran sehat kan? Ada sakit yang Ibu rasa enggak?" tanya Sandy untuk kesekiankalinya pada Ibunya.
Tak bisa dipungkiri, perkataan Black amat mempengaruhi Sandy. Bagaimana nasib Ibunya kelak?
"Ibu baik-baik saja, Le. Kamu nanya terus sama Ibu. Sudah sana siap-siap. Nanti kamu telat loh ke kampusnya. Kamu nanti jadi nginep kan? Jangan lupa bawa jaket, takut kedinginan." nasehat Ibu sambil merapihkan kerah baju yang Sandy pakai.
Sandy menatap Ibunya dengan sedih. Rasanya hanya tinggal menghitung hari bersama sang Ibu tercinta. Sandy memeluk Ibunya dengan erat. Ia takut kehilangan kehangatan dan kasih sayang Ibunya lagi. Baginya tak pernah cukup kasih sayang yang Ibunya berikan.
Sandy bahkan meneteskan air mata. Ia mengingat nasibnya di masa depan. Hanya seorang diri, tak ada Ibu yang menemani. Istri dan anak pun pergi. Hanya berteman sepi.
"Kamu kayak mau kemana aja sih, Le. Ibu jadi sedih juga nih dibuatnya." omel Ibu sambil memukul pelan punggung Sandy.
"Pokoknya Ibu harus janji sama Sandy, kalau Ibu merasakan sakit sekecil apapun harus bilang Sandy. Harus kasih tau Sandy. Janji ya!" untuk kesekian kalinya Sandy meminta hal yang sama pada Ibunya.
"Iya... Iya... Nak. Udah sana jalan! Hati-hati ya!" Sandy tersenyum getir. Ibu melepas kepergiannya seakan Ia sedang berjihad di medan perang, padahal Ia justru mau berbuat maksiat. Miris.
Linda menyambut Sandy dengan penuh senyuman. Ia hari ini khusus membawa mobil pribadinya yang berwarna pink.
"Nanti naik mobil aku aja ya ke bandaranya. Aku parkir disana, nanti supir aku yang ambil." kata Linda sambil menggandeng tangan Sandy dengan penuh kemenangan.
Sandy hanya tersenyum simpul sambil menaruh tas miliknya di mobil Linda. "Aku masuk kelas dulu ya."
"Bareng!" Linda tetap bergelayut manja di lengan Sandy. Membuat seisi kampus melihat mereka dengan tatapan iri.
Sandy mengantar Linda sampai depan ruangannya. Ia kebetulan melihat Shanum yang sedang dikelilingi dengan banyak cowok layaknya sekuntum bunga yang dikelilingi banyak kumbang.
"Aku ke kelas dulu ya." pamit Sandy pada Linda.
"Enggak mau bolos aja temenin aku?" kata Linda dengan manjanya.
"Ada quiz, Lin. Aku cabut dulu ya!" Sandy sempat melirik sekilas ke arah Shanum yang tertawa lepas menampilkan senyum terbaiknya pada Kemal.
Sandy merasa hatinya amat panas. "Gampang sekali mengumbar senyum seperti itu? Tebar pesona?!" batin Sandy.
Rasa kesal pun masih menguasai Sandy. Mengerjakan quiz tidak konsen, padahal semalam Ia sudah belajar.
Saat menunggu Linda selesai kuliah pun Ia masih melihat Shanum dengan kesal. Linda yang berjalan di belakang Shanum tersenyum lebar melihat Sandy.
Linda bahkan menabrak bahu Shanum dan menghambur ke pelukan Sandy. "Sayang!" panggil Linda lalu merangkul lengan Sandy.
Shanum menatap Linda dengan sebal. "Dasar tukang pamer!" gerutu Shanum pelan.
"Ayo kita ke bandara sekarang! Pesawatnya masih agak lama, cukup kok kalau kita makan dulu. Let's go Baby!" pamer Linda.
Sandy menurut saja bak kerbau dicocok hidungnya. Kini gantian Shanum yang kesal. "Mau kemana mereka? Liburan bareng? Pergi berdua sebelum nikah?"
Tanpa sadar ada setetes air mata yang menetes dari pelupuk mata indah milik Shanum. Bersamaan dengan terasa perih hatinya. Lagi, perasaan sesak kembali menguasai dadanya. Entah apa namanya, pacar bukan tapi terasa amat menyakitkan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 119 Episodes
Comments
ETERNITYID™
dikiranya bocah apa yak 😂
2022-06-04
1
shopie
peryama nyentu kemarin kemarin ngapain..sampai remas remas.. gak konsisten ceritanya
2022-01-06
0
Hana Zahrah isu
menarik ceritanya
2021-08-30
0