"Sudah malam, Le. Jangan begadang! Besok kamu kesiangan ke sekolahnya!" pesan Ibu pada Sandy yang sedang menonton TV.
"Iya, Bu. Aku nonton sebentar lagi lalu tidur. Ibu tidur duluan saja. Kalau Bapak pulang nanti aku yang bukakan pintunya." jawab Sandy tanpa mengalihkan pandangannya dari layar televisi 21 Inch tabung yang masih gede konde di belakangnya.
"Ya sudah. Pokoknya jangan malam-malam!" pesan Ibu sebelum masuk ke dalam kamarnya.
Sandy melanjutkan lagi menonton berita di TV. Ya, Ia menonton berita bukan pertandingan bola atau acara hiburan lainnya.
Sandy sedang mengingat apa yang terjadi di tahun 2000. Apa yang sedang booming dan apa yang bisa dijadikan ladang bisnis.
Otaknya berputar cepat. Ia sudah mempunyai rencana untuk mengubah hidupnya yang baru. Salah satunya adalah dengan menjadi pengusaha di usia muda.
Sandy masih teringat saat dilempar dengan straples sampai membuat pipinya membiru keesokan harinya. Salah satu yang Sandy sesali adalah Ia bekerja sebagai kacung kampret.
Kalau saja orang tuanya kaya, pasti Ia akan bisa menjadi boss dan bahkan mungkin keadaan berbalik dan Ia yang melempari bossnya tersebut dengan starples.
Sakit hatinya amatlah besar. Dipermalukan dan diperlakukan kasar lalu dipecat tanpa pesangon. Seperti memperlakukan karyawan yang telah tertangkap tangan sehabis mencuri saja. Padahal Ia sudah mencurahkan waktu dan pikirannya demi kemajuan perusahaan.
Kini Ia mengejar ketertinggalannya. Ia ingin memulai bisnis dan memupuk kerajaan bisnisnya sejak dini.
Sandy kini memiliki modal. Ia yang berasal dari masa depan bisa tahu mana bisnis yang akan meroket dan mana yang akan gulung tikar dalam waktu sesaat.
"Berita hari ini, kepolisian kembali memusnahkan puluhan keping CD bajakan dari pedagang. Upaya ini dilakukan untuk mencegah tindakan pembajakan yang makin merajalela....." terdengar suara pewarta berita menyiarkan berita malam.
Sebuah ide tiba-tiba melintas di kepala Sandy. Ia akan jualan VCD bajakan. Memang saat ini sedang musim VCD bajakan yang masih akan booming selama satu sampai dua tahun ke depan.
"Modal. Aku butuh modal buat membelinya. Bapak dan Ibu enggak akan kasih aku uang untuk membeli VCD bajakan. Malah akan kena omel." gumam Sandy.
Kembali Sandy memutar otaknya. Ia yang biasa bekerja merencakan suatu proyek sudah sangat pengalaman menghadapi bisnis baru.
Sandy mencari sesuatu yang bisa dijualnya. Sesuatu yang bisa jadi modal usaha. Rumah Bapak dan Ibunya bukan rumah orang kaya, malah terbilang cukup sederhana.
Tidak ada guci atau keramik mahal yang bisa dijual. Tak mungkin juga mencuri emas milik Ibu meski Ia tahu dimana menaruhnya. Sandy sudah berjanji akan membahagiakan Ibu selama sisa hidupnya.
Tok....tok...tok...
"Bu!" suara Bapak memanggil dari depan pintu.
Sandy bergegas membukakan pintu, tak mau Ibu terbangun. "Sudah pulang Pak?" tanya Sandy yang langsung mencium tangan Bapaknya.
"Iya. Ibu kamu mana?" Bapak menyerahkan sebuah plastik hitam berisi oleh-oleh yang dibelinya di luar kota. Bapak memang selalu membawa buah tangan kalau pergi ke luar kota. Tak pernah lupa.
"Baru aja tidur, Pak. Bapak mau apa biar aku yang siapin." kata Sandy sambil membawa plastik yang Bapak berikan dan menaruhnya di meja makan. Dirapihkannya takut ada tikus yang memakannya kalau tidak dirapihkan.
"Tumben kamu inistiatif. Biasanya harus disuruh dulu." kata Bapak heran.
Sandy nyengir kuda. "Siapa tau Bapak bermurah hati gitu!"
Ini juga siasat Sandy. Di kehidupannya tahun 2021 Ia dan Bapaknya tidak terlalu dekat. Bapaknya yang agak kaku dan Sandy yang cuek membuat hubungan mereka makin menjauh selepas kepergian Ibu.
Sandy mau merubahnya sejak sekarang. Ia sadar kalau orang tuanya yang tersisa hanyalah Bapak. Jika Ia bisa dekat dengan Bapak setidaknya saat Ia terpuruk seperti kemarin, Ia bisa menangis di pelukan Bapak tidak akan kesepian seperti kemarin.
Dan satu lagi, siapa tau Bapak mau memodalinya bisnis jualan VCD. Itu sih rencana terbesarnya.
"Sudah Bapak duga! Nanti Bapak kasih kamu uang!" kata Bapak sambil tersenyum.
"Yess!" satu rencana mulai berhasil. Mata Sandy lalu melihat ke arah Bapak tadi duduk. Di meja samping tempat Bapak duduk ada koran.
Ya, di tahun 2021 semua serba digital. Jarang ada orang yang masih membaca koran dalam bentuk fisik, lebih banyak membaca di portal berita online karena lebih up to date.
"Pak, korannya boleh Sandy loak-kin enggak?"
"Boleh." kata Bapak sambil mengeluarkan selembar uang lima puluh ribu rupiah dan memberikannya pada Sandy. Jumlah yang cukup besar pada jamannya. "Tambahin lagi dong, Pak. Mau buat modal nih."
Bapak geleng-geleng kepala dengan kelakuan anaknya. "Sudah dikasih masih saja kurang! Modal buat apa sih?"
"Mau jualan, Pak. Belajar bisnis dari sekarang." jawab Sandy.
Mendengar niat Sandy yang dirasanya positif, Bapak pun mengeluarkan lagi selembar uang lima puluh ribuan. "Jangan bisnis macam-macam ya! Yang bener! Yang halal!"
"Iya, Pak. Tenang saja. Makasih, Pak. Sandy buatkan teh manis dulu buat Bapak." Sandy tersenyum senang karena semudah itu mengambil hati Bapak.
Keesokan harinya sebelum berangkat ke sekolah, Sandy membawa tumpukan koran bekas yang sudah Ia kumpulkan semalam untuk di jual di tukang sayur yang biasanya nerima koran untuk dijual.
Ternyata setelah dijual hasilnya lumayan. Dua puluh ribu rupiah. Tambahan modal lagi. Ditambah semalam seratus ribu, kini modalnya ada seratus dua puluh ribu. Masih kurang banyak.
"Dimana lagi ya nyari modal?" Sandy memikirkannya sambil berjalan ke sekolah. Ia langsung menuju kelasnya. Masih hapal ternyata.
"Woy San! Kemana aja lo kemarin bukannya ikut nongkrong di rumah Iwan malah enggak dateng!" sambut Bopeng yang bernama asli Pepeng saat melihat Sandy memasuki kelas.
"Ada urusan keluarga. Dadakan!" jawab Sandy, padahal Ia lupa untuk apa mereka kumpul.
"Parah lo! Padahal ada sepupunya Iwan yang cantik lagi datang! Rugi lo enggak kenalan!" sahut Bopeng yang mengikuti langkah Sandy sampai ke tempat duduknya.
Bopeng adalah sahabat Sandy yang hidupnya tidak lebih beruntung dari Sandy. Ia tidak melanjutkan kuliah dan berakhir hanya menjadi OB saja.
"Peng, lo punya duit enggak?" sebuah ide tiba-tiba melintas di kepala Sandy.
"Buat apaan?"
"Buat modal." jawab Sandy.
"Modal mabok?" ledek Bopeng.
"Modal usaha cuy! Mau join enggak lo? Gue mau buka usaha nih!" kata Sandy.
"Beneran?" Bopeng meragukan perkataan sohibnya.
"Iyalah. Kalau mau kaya dari sekarang. Lo mau nanti kerjanya cuma jadi OB aja?" bukan meledek tapi secara tidak langsung Sandy memberitahu masa depan Bopeng.
"Enggaklah. Mo bisnis apa?"
Sandy membisikkan sesuatu di telinga Bopeng. "Serius lo?"
Sandy mengangguk yakin. "Bisnis awal aja. Enggak lama-lama kok. Cuma batu loncatan aja. Mau enggak?"
Bopeng menatap Sandy dengan heran. Tapi ide Sandy masuk akal, karena itu Bopeng pun mengiyakan ajakan Sandy. "Oke. Gue join. Nanti gue tebok celengan ayam gue buat modal!"
"Nah gitu dong! Gue ajak lo biar kaya bareng. ya enggak?"
"Yoi!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 119 Episodes
Comments
Ranie
semangat sandy tp kami harus tetep nikah sama sanum ya🤭
2024-01-07
0
Fatah Liverpooldlian
jiang
2023-06-13
2
Fatah Liverpooldlian
waw
2023-06-13
2