Tahun 2004
Tanpa terasa waktu berlalu, kuliah sudah memasuki semester 3. Tibalah waktunya pembagian jurusan.
Sandy tetap teguh dengan pendiriannya, mengambil jurusan komputer. Berbeda dengan Shanum dan Linda yang mengambil jurusan ekonomi.
Sandy sudah 11 bulan berpacaran dengan Linda. Selama itu pula Ia mampu menahan has ratnya. Ia menahan sekuat tenaga setiap Linda menggodanya dan mengajaknya bersenang-senang.
Sandy tak mau gegabah dalam mengambil keputusan. Salah melangkah, masa depannya bisa lebih suram dari sebelumnya.
Sandy mencoba peruntungan baru dalam bisnisnya. Ia mencoba menjadi makelar. Mulai dari makelar tanah, rumah, apartemen dan juga membuka pengurusan surat-surat.
Hasilnya menjanjikan. Ia membuat bisnis skala panjang, bukan hanya bisnis cafe yang nantinya akan banyak saingan karena bisnis kuliner semakin banyak dan menjamur.
Cafe miliknya masih menjadi yang paling difavoritkan kawula muda. Rencana membuat rental komputer dan bisnis fotocopy dekat kampus dibatalkan. Setelah dihitung-hitung lebih banyak ruginya dibanding untung.
Jelas rugi, mahasiswa suka minta foto copy diperkecil dan dijadikan modal untuk mencontek saat ujian. Mesin jadi mudah rusak, modal belum muter sudah rugi duluan. Ide tersebut Ia coret dari daftar rencana bisnisnya.
Sandy membutuhkan modal yang banyak namun statusnya yang masih mahasiswa sulit untuk mendapatkan pinjaman modal dari bank. Kalau mau cara cepat ya dengan bantuan Linda.
Taruhan bola dengan Satria dan teman-temannya sudah tak pernah Ia lakukan lagi. Satria ngambek, katanya Sandy terlalu sering menang. Teman-temannya males taruhan dengan Sandy.
Sandy memutar otaknya lebih keras lagi. Ya, menjadi makelar lebih mendatangkan cuan. Proses pengurusan surat menyurat yang membuat orang malas dalam proses administrasi adalah peluang dirinya mendapat cuan.
Ia juga mulai memasarkan rumah bekas. Lumayan hasilnya, sekali berhasil menjual Ia bisa mendapat keuntungan lebih dari 10 juta rupiah. Uang tersebut oleh Sandy belikan rumah yang menurutnya akan menjadi lokasi strategis beberapa tahun kemudian tentunya.
Ia membeli tanah di kawasan Purwakarta, sesuai kejadian di masa depan kalau akan dibangun toll CIPULARANG alias Cikampek-Purwakarta-Padalarang. Tanah di daerah yang Ia beli masih murah. Lumayan buat Ia jual di tahun 2005 saat pembangunan Toll dimulai.
Lagi-lagi Sandy memanfaatkan ingatan di masa depannya. Ia juga berpikir bisnis apa yang akan booming di tahun 2021 dan Ia harus sudah merintisnya mulai dari sekarang. Keinginannya tetap ingin membuat e-commers, namun tidak semudah itu akan terwujud jika Ia tak punya modal. Semuanya butuh uang, butuh modal.
Kenapa Sandy tidak meminjam uang pada Linda? Ingin sekali sih Sandy meminjamnya, namun Sandy merasa harga dirinya akan jatuh sebagai laki-laki yang hanya minta dimodalin oleh perempuan.
Sandy bertekad, Ia akan sukses dengan kedua kakinya sendiri. Lalu untuk apa Ia mendekati Linda jika Ia tidak ingin meminjam uang dari keluarganya Linda? Ternyata tujuannya bukan hanya uang saja, Ia mau Linda tetap membackup bisnis nanti.
Bisnis bisa terus berjalan jika ada bekingan yang kuat. Orang tua Linda adalah pebisnis handal. Jika Ia menjadi menantunya kelak, maka masa depan bisnisnya kelak akan aman. Itu yang Sandy incar.
Kalau masalah modal, Sandy bisa usaha sendiri. Meskipun agak lama, itu lebih baik daripada mengemis pada orangtuanya Linda. Ia tak mau dianggap bersembunyi di ketiak orang lain.
Sandy menunggu kelas Linda selesai. Hari ini Linda sama sekali tak menghubunginya. Sandy mau memberi kejutan dengan menunggunya di depan kelas.
Sampai kelas selesai dan mahasiswa sudah keluar ruangan, tak nampak batang hidung Linda sama sekali. Kemanakah kekasihnya tersebut?
"Loh? Sandy? Nyari siapa?" tanya Shanum yang terakhir kali keluar dari ruangan kelas. Ia tadi sedang menerima telepon dari Bundanya makanya keluar belakangan.
"Num, Linda mana? Kok enggak ada?" tanya Sandy.
"Linda hari ini enggak masuk. Memangnya dia enggak ngabarin lo?" tanya Shanum heran.
Sandy menggelengkan kepalanya. "Yaudah gue coba telepon dia dulu. Makasih infonya." Sandy pun menghubungi Linda namun nomor Hp miliknya tak aktif.
Tiba-tiba ada panggilan masuk ke Hp Sandy. Nomor tak dikenal. Sandy mengangkat panggilan tersebut. Ternyata ada yang mau melihat rumah yang Ia jual.
"Baik, Pak. Kita ketemu disana ya. Saya kesana sekarang!" senyum di wajah Sandy mengembang. Cuan akan datang, lumayan kalau laku bisa buat tambahan modal.
Sandy mengambil motornya di parkiran dan mengendarainya keluar kampus. Ia amat terkejut saat mendapati Shanum yang masih berdiri di depan kampus.
"Lo masih disini Num?" tanya Sandy sambil menepikan motornya.
"Iya. Dari tadi angkotnya penuh terus." keluh Shanum.
"Yaudah ayo gue anterin. Kebetulan gue mau ke arah rumah lo!" ajak Sandy.
"Emangnya lo tau rumah gue dimana?" Shanum heran, kenapa Sandy bisa bilang kalau rumah mereka searah? Shanum merasa tak pernah memberitahukan alamat rumahnya. Tau dari mana dia.
"Aduh bodoh! Kenapa gue keceplosan! Pasti Shanum curiga nih gue tau alamat rumahnya darimana! Mana mungkin gue enggak tau, dulu kan gue rajin ngapelin ke rumahnya! Harus cari alasan yang masuk akal nih!" -batin Sandy.
"Er.... Kalau enggak salah dulu Siska pernah bilang deh rumah lo dimana." kata Sandy sambil garuk-garuk kepala. Kebiasaannya kalau sedang berbohong.
Shanum di tahun 2021 sudah tau kebiasaan Sandy kala berbohong, namun Shanum di tahun ini mana tahu?
"Oh yaudah boleh deh." kata Shanum mengiyakan.
"Nih pake helmnya. Biar enggak kena tilang!" Sandy memberikan helm Hello Kitty yang biasa Linda pakai pada Shanum.
"Helmnya cute banget." puji Shanum.
"Iyalah, sama kayak yang punya." jawab Sandy Shanum pun tersenyum mendengarnya.
Shanum naik ke motor Sandy dan berpegangan pada besi jok. Ia sebisa mungkin menjaga jarak karena Sandy adalah pacar orang. Tak mau dianggap menikung teman sendiri.
Setengah perjalanan, Hp Sandy berbunyi kembali. Ia menepikan teleponnya dan menjawab panggilan tersebut.
"Num, kita ke tempat gue dulu ya. Udah ditungguin nih gue. Nanti gue anterin sampai depan rumah deh. Enggak keburu kalau nganterin lo dulu. Gimana?"
"Iya. Terserah lo aja." kata Shanum menurut.
"Oke. Gue ngebut ya! Pegangan yang kenceng! Jangan pegangan besi belakang, nanti lo jatoh!" lagi-lagi Shanum menuruti perkataan Sandy. Ia memegang pinggang Sandy yang mengemudikan motornya dengan kecepatan diatas rata-rata. Meliuk-liuk diantara angkot dan sampai di tempat tujuan tak sampai 15 menit kemudian.
Sandy memarkirkan motornya disebuah rumah kosong. Shanum mengikuti Sandy dan memperhatikan bagaimana Sandy dengan jagonya menawarkan rumah kosong tersebut.
Shanum bahkan tak berkedip melihat kehebatan Sandy. Masih muda, ganteng dan berjiwa bisnis tinggi. Shanum amat kagum dengan kehebatan Sandy.
Sandy mengajak calon pembelinya melihat ke dalam rumah. Pembeli tersebut sepertinya cukup puas dan transaksi jual beli pun berhasil dengan ditandai jabat tangan keduanya. Selanjutnya hanya tinggal transaksi di depan notaris.
Sandy tersenyum lebar mengantar pembelinya pulang. Hatinya senang bukan kepalang. Ia melambaikan tangannya sampai pembeli tersebut tak terlihat lagi.
"Yess! Num! Gue berhasil! Yess! Lo gue traktir sekarang! Ayo!" tanpa sadar Sandy merangkul bahu Shanum sampai ke tempat motornya di parkirkan.
Shanum tersipu malu. Setelah dibuat kagum, kini Ia dibuat melayang dengan sikap Sandy. Hatinya berbunga-bunga, meski Ia tahu Sandy bukanlah kekasih hatinya melainkan milik orang lain.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 119 Episodes
Comments
merti rusdi
Dan takutnya ntar malah jadi bumerang. Bener, San...
2022-06-13
0
Rafael Ferardow
hello kitty di tahun 2005 udah lahir ternyata ya.......🤣🤣
2021-11-04
0
Dan Kawan-Kawan
ya iyaLah dirangKuL...emang istrinya yang sah...👍
HaLo BLaKc romantiskan kaLo shandy rangkuL ShanuM
2021-10-24
0