Iya, Saila. Aku tidak mau kamu dengannya karena aku memang mencintaimu. Because i love you, little girls.
Kalimat itu terus saja terngiang dalam benak pikiran Saila. Dia merasa bingung dengan apa yan harus dikatakan dengan Mikail. Semua seperti terasa mimpi. Ucapan Mikail seakan menjadi candu dalam ingatannya. Dia ingin mendengar lagi dan lagi.
Saila menghela napas kasar dan mendongak, menatap bintang yang ada di langit lepas. Perlahan, tangannya mulai menunjuk satu per satu bintang tersebut dengan senyum tipis. Mencoba mengusir pikirannya jauh-jauh.
“Kamu belum tidur?”
Saila yang mendengar suara Mikail segera membalik badan dan menatap ke asal suara. Di sana, dia menatap Mikail dengan pakaian santai yang semakin membuatnya merasa tidak karuan. Jantungnya berdetak tidak karuan.
Kenapa kakak harus mengatakan hal semacam itu, batin Saila ingin sekali memaki Mikail. Namun, dia merasa nyalinya tidak sebesar keinginannya. Dia hanya bisa memendam dan mencoba menghilangkan sendiri perasaannya.
“Ada yang kamu pikrikan?” tanya Mikial yang sudah melangkah masuk dan berhenti tepat di sebelah Saila. Pandangannya masih mengarah ke langit yang sama dengan Saila.
Saila melirik ke arah Mikail sekilas. Dia tidak terlalu berani menatap Mikail dengan waktu yang lama. Rasanya ada yang aneh, berbeda ketika dia masih berada di bangku Sekolah Dasar atau pun saat dia memasuki bangku SMP. Dia begtiu nyaman dalam dekapan Mikail yang selau terasa hangat untuknya.
“Kamu masih tetap sama, Saila. Kamu selalu saja diam dan menatap bintang ketika kamu sedang banyak pikiran,” celetuk Mikail yang langsung menatap Saila lekat. “Benar begitu, bukan?”
“Kakak mengingatnya?” tanya Saila dengan pandangan tidak percaya. Apa benar Kak Mikail masih mengingat semua kebiasaannya.
Mikial mengangguk pelan. “Dan tidak pernah melupakannya,” tegas Mikail seakan menyindir Saila yang selalu saja menjauhinya.
“Jadi, apa yang kamu pikirkan? Aku ingin mendengarnya,” ucap Mikail memecah keheningan yang sempat tercipta.
Saila kembali diam. Ada rasa ragu untuk mengatakan apa yang ada dalam benaknya saat ini. Pasalnya, ada rasa takut yang terus saja menghantui. Dia masih ingat bagaimana seorang Mikail mengamuk tepat di depan matanya.
“Saila, apa aku pernah mengatakan kalau aku sangat benci ketika diabikan?" tegur Miail dengan nada suara datar dan mendapat anggukan kecil dari gadis di depannya.
“Lalu, kenapa kamu hanya diam dan tidak menjawab?” tegas Mikail yang tiak memiliki kesabaran sama sekali. Matanya menatap ke arah Saila yang hanya diam dengan pandangan lekat. “Jangan menguji kesabaranku, Saila,” desis Mikail membuat Saila mendongak dan menatapnya.
Saila menarik napas dalam dan mengembuskannya perlahan. “Apa kalau aku katakan Kakak akan memarahiku?” tanya Saila dengan pandangan ragu.
“Kamu bahkan belum mengatakannya, Saila,” jawab Mikail santai.
Saila menundukan kepala dan meremas ujung pakaiannya. Masih ada keraguan dalam hati, sampai sebuah deheman keras membuat lamunannya buyar. Saila mulai meneguk salivanya perlahan dan menatap Mikail.
“Saila mau bertanya mengenai ucapan Kak Mikail yang....”
“Aku mencintaimu,” potong Mikail tidak sabar. Matanya mengamati Saila yang mengangguk pelan di depannya.
“Itu memang benar. Aku mencintaimu,” ujar Mikail dengan santai.
Saila yang mendengar segera mendongak dan menatap Mikail lekat. Ada rasa aneh yang tiba-tiba menjalar dalam hatinya. Seperti bahagia, tetapi tetap ada rasa bimbang. Dia kakakku, apa tidak masalah jika aku menjadi kekasihnya?, batin Saila dengan rasa ragu.
Mikail yang melihat keterdiaman Saila mulai melangkah, mengikis jarak diantara keduanya. Sampai ketika Mikail menyentuh pelan pinggangnya dan menarik Saila agar mendekat ke arahnya. Saat itu Saila baru mulai tersadar.
“Kak, nanti dilihat orang,” ucap Saila sembari mendorong tubuh Mikail. Namun, usahanya gagal karena Mikail yang sudah menghentikan tangannya dan menatap dengan tatapan yang membuat Saila mengkerut takut.
“Aku tidak peduli dengan mereka, Saila. Aku hanya peduli dengan kamu. Aku mau kamu menjadi kekasihku mulai malam ini,” ujar Mikail enggan memikrikan status keduanya yang masih bersaudara.
“Kak, mana mungkin. Kakak sudah memili....”
“Aku akan memutuskannya,” sela Mikail dengan wajah tanpa dosa sama sekali.
“Apa? Kak, jangan aneh-aneh. Aku tidak mau jika nanti kak Mischa berpikir aku merebutmu darinya. Lagi pula kita saudara,” ucap Saila masih kekeh dengan pikirannya.
“Jangan pikirkan mereka, Saila. Kita hanya perlu menjalani apa yang seharusnya kita jalani. Lupakan status kita dan mulailah melangkah berama denganku,” tegas Mikail dengan tatapan serius.
“Tetapi, Kak. Nanti pa....” Saila menghentikan ucapan ketika Mikail mencium bibirnya dalam.
Mikail mulai memasukan lidahnya, mengabsen deretan gigi milik Saila dan mengulum bibir merah milik Saila. Tangannya yang satu dia gunakan untuk menekan kepala Saila, membuat ciuman keduanya semakin memanas.
Mikail mulai menghentikan ciumannya ketika Saila memukul pelan lengannya dan mulai kehabisan napas. Matanya menatap wajah memerah Saila yang sedang mengatur napas. Rasanya dia benar-benar akan merindukan bibir lembut milik gadis kecilnya.
“Kak, kamu mencuri ciuman pertamaku,” gerutu Saila dengan tatapan memprotes ulah Mikail.
“Dan aku akan terus mencurinya,” tegas Mikail dengan pandangan datar. Matanya menatap Saila yang juga mulai menatapnya lekat.
“Kak, ini salah,” ucap Saila bingung dengan pikirannya.
“Dan aku yang akan membenarkannya, Saila. Aku mau mulai memalam ini kamu menjadi kekasihku,” putus Mikail enteng.
Saila baru akan membuka mulut dan memprotes tindakan Mikail. Namun, niatnya terhenti ketika Mikail lagi-lagi membungkam mulutnya dengan bibir manisnya. Mengulum dan mulai menyesap dalam. Tidak membiarkan Saila menghentikannya sama sekali.
Aku tidak akan menyerahkanmu kepada siapa pun, Saila. Mulai malam ini dan seterusnya, kamu akan menjadi milikku. Siapa saja yang berani menyentuhmu, akan berurusan denganku, batin Mikal terasa seperti ancaman.
_____
Sefvirda baru membuka pintu mobil dan siap menjemput Saila di tempat kerja. Dia berniat mengajak sahabatnya untuk menginap di rumahnya. Setidaknya, itu bisa membuat Saila melupakan masalahnya.
Sefvirda baru melangkahkan kaki ketika melihat Ronald tengah melangkah lunglai di depannya. Dengan cepat dia segera melangkah mendekati Ronald dan menatapnya lekat.
“Hai, Kak,” sapa Sefvirda dengan wajah sumrigah. Namun, senyumnya menghilang ketika melihat wajah tanpa semangat Ronald yang terlihat jelas.
“Ada masalah?” tanya Sefvrida penasaran.
Ronald yang mendengar hanya terkekeh kecil dan menatap Sefvirda lekat. “Dia sudah menemukan pemilik hatinya, Sef,” ucap Ronald membuat Sefvirda mengerutkan kening bingung.
“Maksud Kak Ronald apa, ya?” tanya Sefvirda.
Ronald terkekeh kecil dan kembali menatap Sefvirda lekat. “Aku baru saja mengatakan perasaanku dan dia hanya diam. Saila memilih pulang dengan Mikail dan tidak menghiraukanku sama sekali,” jelas Ronald dengan tatapan lelah.
“Dan Mikail juga sudah mengatakan perasaannnya. Dia mencintai Saila,” imbuh Ronald membuat Sefvirda membelalak tidak percaya.
Apa? Oh Tuhan, apa yang akan terjadi selanjutnya, batin Sefvirda takut jika nantinya Saila akan terluka lagi.
_____
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 117 Episodes
Comments
Francisca Listiara
sukaaa sama mikail, tegas dan to the point, pokoknya mikail kerennn deh
2020-11-07
0
❣️y@ni❣️
pkokknya milkil kerennn.....
2020-08-02
0
Eni Supriyono
keren nih mikail...
.daddy nya kalah....
2020-05-23
1