Wedding Drama 2
Seorang gadis dengan rambut sebahu tengah melangkah menuruni tangga asrama dengan senyum sumringah. Sejak tiga tahun yang lalu dia memutuskan untuk tinggal di asrama kampus dan menjalani kehidupan jauh dari keluarga. Ada hal yang membuatnya melakukan hal demikian. Dia ingin melupakan dan mengubur masa lalu yang terasa memuakan untuknya.
“Saila,” panggil seorang gadis dengan kemeja kotak-kotak dan rambut dikuncir kuda di belakangnya, membuat Saila mengehentikan langkah.
Daila menatap Sefvirda, sahahabatnya dengan tatapan lembut. Tangannya sudah mendekap buku tebal dengan erat. Ya, dia merupakan Saila Aditama, putri dari pasangan Randy dan juga Rika. Seorang gadis yang terlahir dengan paras ayu dan juga sifat lembut. Kecantikannya membuat semua pria yang ada di kampus bertekuk lutut dengannya. Namun, sangat disayangkan, tidak ada yang mampu meraih hati Saila.
“Aku tadi ke kamarmu, tetapi kamu gak ada di kamar,” ucap Sefvirda dengan napas terengah.
Saila hanya tersenyum kecil melihat sahabatnya. “Kamu gak telfon kalau mau datang, Sef. Jadi, aku berangkat lebih dulu,” jawab Saila dengan pandangan lekat.
Sefvirda mendengus kesal dan mulai melangkah bersama dengan Saila yang sudah lebih dulu. “Kamu mau pulang liburan semester kali ini, Saila?” tanya Sefvirda dengan mata menatap Saila lekat.
Saila menghentikan langkah, mentap ke arah Sefvirda dengan pandangan lembut. Perlahan, dia mulai menggelengkan kepala dan tersenyum ke arah gadis di dekatnya. “Aku rasa aku ingin bekerja sampingan saja, Sef. Lagi pula aku sudah pulang liburan kemarin,” jawab Saila sembari melangkah.
“Kamu mau bekerja? Kerja apa?” tanya Sefvirda dengan pandangan bingung.
“Mungkin aku bisa menjadi pelayan di cafe dekat kampus. Beberapa hari yang lalu aku mendapat tawaran dari kakak tingkat dan aku menjawab akan memikirkannya terlebih dahulu,” ucap Saila sembari membuka loker miliknya.
Sefvirda menatap sahabatnya lekat. “Kamu yakin?” tanyanya dengan tatapan tidak percaya
Saila yang mendengar tersenyum kecil dan kembali menutup loker miliknya. “Apa aku tidak begitu meyakinkan, Sef?” Saila balik bertanya dengan tawa kecil.
“Bukan begitu, Saila. Aku hanya merasa aneh jika kamu yang bekerja. Kita semua tahu, kan, kalau kamu adaah anak dari keluarga Aditama yang cukup terkenal. Mana mungkin kamu sampai kekura....”
“Orang tuaku yang kaya, Sef,” potong Saila membuat Sefvirda diam seketika. “Mereka yang memiliki harta, bukan aku. Jadi, kalau kalian berpatokan dengan orang tuaku, itu salah besar. Aku bahkan tidak memiliki apa pun untuk bisa dibanggakan,” lanjut Saila dengan kedipan mata tipis.
Sefvirda yang mendengar menghela napas perlahan dan menatap ke arah sahabatnya lekat. “Baiklah. Aku mengalah. Berdebat denganmu bukanlah hal yang benar karena bagaimana pun aku akan tetap kalah,” celetuk Sefvirda dengan suara kesal.
Saila yang mendengar hanya tertawa kecil dan mulai menggiring sahabatnya untuk masuk kelas. Mata kuliah akan dimulai tiga puluh menit lagi dan seperti kebiasaanya, dia akan datang lebih awal untuk mempelajari mata kuliah yang akan diajar. Pasalnya, dia tidak bisa belajar ketika berada di asrama.
_____
Saila menghala napas perlahan ketika pelajaran kuliahnya sudah berakhir satu jam yang lalu. Bahkan, dia sudah berada di depan cefe dekat kampus. Matanya menatap ke arah jalanan ramai meski panas terik mulai melanda seisi bumi. Sampai terdengar suara pelan yang mulai duduk di dekatnya.
“Minumlah,” ucap Ronal,d pria dengan hidung bangir dan mata sipit.
Saila yang mendnegar menatap ke asal suara dan tersenyum tipis. Jemarinya meraih segelas es yang sudah diambilkan Ronald dari dalam cafe. “Terima kasih,” ucap Saila yang kembali melanjutkan lamunanya.
Ronald hanya diam dan menyeruput minuman lain yang juga dibawanya. "Kamu yakin akan kerja di cafe ini?”
Saila mengangguk mantap. “Aku serius ingin bekerja di sini, Kak,” jawab Saila tanpa menatap Ronald sama sekali.
“Kanu sudah meminta izin orang tuamu?” tanya Ronald dengan pandangan lekat.
Saila diam sejenak dan mengangguk. “Aku sudah berbicara dan mendapat izin. Kakak tenang saja.”
Ronald menghela napas pelahan dan menatap Saila penuh keyakinan. “Baiklah jika memang kamu sudah mendapat izin. Aku akan mengatakan kepada atasanku dan merekomendasikanmu untuk kerja di cafe ini selama masa liburan. Ada kemungkinan kalau kamu bagus dalam bekerja, kamu akan dipertahakan di sini,” jelas Ronald dengan wajah manis.
Saila yang mendnegar mengangguk dengan semangat. Dia bertekad akan bekerja dengan sangat baik. Sampai pemuda yang sejak tadi menemaninya kembali ke dalam, meninggalkannya seorang diri.
“Akhirnya, aku bisa kerja,” gumam Saila dengan wajah bahagia. Dia tidak mau menyusahkan orang tuanya terus-menerus. Kali ini, dia ingin mencari uang untuk keperluannya sendiri.
Masih hanyut dalam kebahagiaan, Saila dikagetkan dengan suara ponsel yang terdengarbdari dalam tasnya. Dengan cepat dia mulai mengambil ponsel tersebut dan menatap nama yang tertera di layar.
“Mama,” gumam Saila dengan wajah bingung. Pasalnya, mamanya tidak pernah menghubunginya di jam siang seperti saat ini.
Saila mulai menggeser gambar berawarna hijau dan meletakan ponselnya di dekat telinga. “Halo, Ma,” sapa Saila dengan suara lembut.
“Halo, sayang. Apa mama mengganggumu?” tanya Rika dengan penuh perhatian.
“Tidak. Ada apa, Ma?” tanya Saila sembari mengaduk minumannnya.
“Sayang, kamu pulangkan liburan kali ini? Mama merindukanmu, Nak. Lagi pula nanti Mikail juga datang. Dia akan menetap di sini. Apa kamu tidak merindukannya?”
Saila yang mendengar nama Mikail diam seketika. Sangat. Kata-kata itu hanya mampu ditelan tanpa dapat dikatakan.
“Mama harap kamu mau ikut menjemputnya di bandara, sayang,” kata Rika menambahkan.
Saila menarik napas dalam dan mengembuskannya perlahan. “Saila tidak janji ya, Ma. Jika nanti Saila tidak banyak tugas, Saila akan pulang.”
“Mama menunggumu, sayang. Sampai ketemu nanti. Bye baby, jaga kesehatan ya.”
Saila hanya bergumam pelan dan menyandarkan tubuhnya di punggung kursi kayu. Matanya menatap lurus ke depan dan tersenyum kecut. “Aku juga ingin menemuinya, Ma. Tetapi, aku merasa lebih baik untuk tidak bertemu dengannya lagi. Saila tidak mau jika nanti hanya akan membuat masalah dengan kak Mikail,” gumam Saila dengan mata menatap nanar.
_____
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 117 Episodes
Comments
Vera Mahardika
tr3
2020-08-20
0
Winwinaddict
es apaan yg dikasih Ronald ke Saila?
2020-07-22
0
Winwinaddict
Aku juga sering gak pulang pas liburan sekolah
2020-07-22
0