Gibran melangkah memasuki rumah sakit tempatnya bekerja. Sesekali matanya menatap ke arah para pegawai rumah sakit yang menyapanya. Mengumbar senyum indah di pagi yang cukup cerah. Tujuannya satu, dia harus ke arah ruang pasien skolosiosis. Dia ingin menemui Bia, gadis yang mempu memberikan semangat kepada para pasien di rumah sakitnya.
“Aku rasa aku belum terlambat,” gumam Gibran dengan senyum tipis.
Namun, langkahnya terhenti ketika seorag gadis dengan snelli berhenti tepat di depannya dengan tangan disedekapkan. Pandangannya tersa mengamati tingkah Gibran yang terlalu terburu-buru.
“Kamu berangkat sepagi ini, Gibran? Apa ada pasien darurat sampai harus berangkat sepagi ini?” tanya gadis di depannya dengan tatapan mengejek. Mata beloknya menatap dengan pandangan penuh tanya.
Gibran berdecak keras dan menatapnya santai. “Keysha, bisa kamu minggir sebentar? Aku sedang memiliki urusan lain,” ujar Gibran denga wajah penuh permohonan.
Keysha yang mendengar langsung tertawa kecil dan menutup mulut. Dia masih ingin tertawa mendengar ucapan Gibran. Pasalnya, dia selalu mengatakan apa pun yang menjadi masalahnya.
“Kamu mau mengurusi masalah tanpa mengatakannya denganku? Sejak kapan kamu memiliki rahasia dariku?” tanya Keysha dengan tatapan lekat.
“Aku rasa mulai sekarang,” jawab Gibran santai. Bibirnya menyunggingkan senyum tipis dan mengerdipkan sebelah mata.
Gibran kembali melanjutkan langkah dan meninggalkan Keysha yang yang masih terdiam di tempatnya. Dia hanya merasa biasa melihat ekpresi terkejut sahabatnya. Mungkin karena aku terlalu sering mengatakan masalahku dengannya, batin Gibran tanpa banyak pikiran.
Gibran terus melangkah ke arah ruangan yang dituju, sampai matanya menatap gadis tinggi berkulit putih yang sudah menutup pintu dan siap pergi. Dengan segera dia melangkah mendekat, mengikis jarak yang terasa begitu jauh. Bahkan, kakinya mulai setengah berlari ke arah gadis tersebut agar tidak pergi dari hadapannnya.
Gibran berhentu tepat di sebelah Bia dengan napas terengah. Membuat gadis yang ada di depannya menatap dengan pandangan bingung.
“Dokter baik?” tanya Bia dengan suara lembut.
Gibran mengangguk dan mengulum senyum termanisnya. “Hai, aku Gibran, dokter spesialis penyakit dalam di rumah sakit ini,” ucap Gibran sembari mengulurkan tangan.
Bia yang mendengar hanya diam dengan pandangan aneh. Namun, sedetik kemudian dan mengulas senyum dan membalas uluran tangan Gibran lembut. “Saya Bia. Salam kenal, dokter.
Gibran yang mendengar hanya mengulas senyum tipis dan mengangguk. Membuat Keysha yang ada di belakangnya hanya menunduk dengan ulasan tipis.
Kamu menemukan wanita yang mampu meraih hatimu, batin Keysha pilu.
_____
“Apa Mikail membuat masalah, Roy?” tanya Michael dengan nada tegas. Matanya menatap Roy dengan pandangan lekat. Lebih manusiawi dari pada Mikail yang selalu saja bertingkah dingin dari pada papanya.
Roy yang mendengar mengangguk dengan tatapan tegas. Mulutya terkunci rapat dan tidak ada yang dikatakannya sama sekali. Sampai deheman keras membuat fokusnya teralihkan. Menatap Michael yang juga tengah duduk dengan pandangan lekat.
“Ada yang menganggu pikiranmu?” tebak Michael dengan mata mengamati lekat.
“Tidak ada, Tuan,” jawab Roy singkat.
“Baik. Aku percaya denganmu, Roy. Aku tahu kamu adalah orang paling setia yang sampai saat ini sudah ikut denganku. Jadi, aku harap kamu tidak akan membuang kepercayaanku,” tegas Michael dengan pandangan mengamati.
Roy kembali mengangguk patuh. Sebisa mungkin menyembunyikan apa yang baru saja didapatnya dari Saila. fakta bahwa Saila juga mencintai tuannya. Michael yang melihat pandangan gelisah dari wajah Roy hanya mengulas senyum tipis. Dia yakin ada yang disembunyikan pria di depannya. Pasalnya, dia cukup paham dengan apa yang menjadi kebiasaan Roy.
Michael hendak membuka mulut dan mengatakan sesuatu kepada Roy, tetapi terhenti karena ketukan pintu ruangannya terdengar. Matanya menatap ke asal suara dan memandang lekat tamu yang akan datang. Sampai akhirnya, senyumnya terukir sinis menatap pria di depan pintu.
Michael segera memberikan kode dengan Roy yang langsung dimengerti. Membiarkan anak buahnya pergi dan hanya meninggalkan Michael dan Roby yang sudah saling pandang.
“Selamat siang, Tuan Micahel. Senang bisa bertemu anda hari ini,” ucap Roby dengan suara ramah.
Michael hanya mengangguk, membiarkannya duduk di kursi tepat di depanya. Matanya menatap santai, menyembunyikan tatapan mengamati yang biasa ditunjukannya. “Senang bisa bertemu anda, Tuan Roby. Angin apa yang membawa anda sampai di perusahaan saya ini?” tanya Micahel dengan suara ramah.
Roby hanya mengulas senyum dan menatap Micahel tanpa ada beban sama sekali. “Aku datang ingin membahas mengenai hubungan anak kita, Michael.”
Michael yang mendengar langsung diam dengan mata mengamati. Sampai senyum sinisnya mulai terlihat dan menatap Roby licik. “Aku tahu apa yang ingin kamu katakan, Tuan Roby,” gumam Michael dengan satu sudut bibir terangkat.
_____
Sebenarnya kamu itu mencintai aku atau tidak, hah?
Atau kamu malah mencintai dia? Mencintai sepupunya sendiri?
Sejak kepergian Mischa dari kantornya, Mikial hanya diam. Otaknya masih berpikir, mencerna apa yang dikatakan kekasihnya. Bahkan, sejak pagi dia tidak mengerjakan apa pun dan memilih diam. Apa aku mencintai Saila?
“No. Aku hanya menganggpanya adik dan tidak lebih dari itu,” gumam Mikail dengan penuh keyakinan.
Terdengar ketukan dari pintu ruangannya, membuat Mikal berhenti sejenak dan menatap ke asal suara. Sampai pandangannya melihat Michael yang ada di pintu dengan pandangan lekat.
“Kamu sibuk?” tanya Michael.
“Tidak, Dad,” jawab Mikail singkat. Matanya masih menatap sang papa yang sudah mulai masuk dan duduk di bangku berseberangan dengannya.
“Ada apa, Dad?” tanya Mikail dengan pandangan serius.
Michael mengulas senyum tipis ke arah Mikail dan menatap anaknya lekat. “Jangan tegang, Mikail. Daddy hanya mau berbicara santai saja denganmu. Sudah beberapa hari kamu tidak pulang. Kamu juga tidak di apartemen. Jadi, wajar jika daddy merindukanmu, boy,” ujar Micahel mencairkan suasana.
Mikail hanya diam. Dia ingat bawa beberapa hari tidak di rumah dan memberi kabar kepada orang tuanya. Dia sibuk mengurus Saila yang ada di rumah miliknya. Rumah yang secara khusus dibelinya tanpa sepengetahuan siapa pun, kecuali Roy.
“Bagaimana kabar Mischa?” tanya Michael dengan senyum tipis.
“Baik dan tetap sama. Suka membuat masalah,” jawab Mikai tanpa menutupi tingkahnya kepada Misha dari papanya.
Michael yang mendengar hanya tertawa kecil dan menatap anaknya. Dia merasa senang karena Mikail masih saja sama. Mengatakan apa yang ada di pikirannya tanpa harus mengubah menajdi hal baik.
“Jangan begitu, Mikail. Bagaimana pun dia adalah kekasihmu. Dia wanita yang kamu pilih, bukan?” ujar Micahel santai.
“Bukan Mikail yang memilih Dad, tetapi grand pa yang memilihnya,” sahut Mikail dengan pandangan lekat.
Michael yang mendengar hanya tersenyum tipis dan menatap Mikail serius. “Apa pun yang kamu pikirkan, Mikail. Daddy hanya mau kamu datang ke rumah malam ini. Ada hal penting yang harus kita bicarakan,” tegas Michael sembari bangkit dan menatap Mikail lekat.
“Jangan lupa bawa Saila,” celetuk Michael membuat Mikail menatap papanya lekat. “Daddy tahu kamu membawanya pergi dari asrama. Jadi, bawa dia dalam pertemuan kali ini.”
Mikail yang mendengar hanya diam dan menatap kepergian papanya. Tangannya segera meraih ponsel di dekatnya dan menatap lekat. Bukan hal biasa jika papanya selalu mengetahui apa yang sedang dikerjakan.
“Persiapkan Saila untuk malam ini,” perintah Mikail ketika panggilannya sudah tersambung.
_____
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 117 Episodes
Comments
maura shi
padahal nenek mikail baik ya,np milih keluarga yg licik bt jd cucu menantunya
2021-02-08
0
Idha Winarsih
michael sama mikail bacanya hampir sama
lama2 jdi bingung thor 😂😂
2020-04-18
6
Wartini Kienwa
cintanya mikail lebih rumit dari daddynya....
2020-04-13
7