“Sayang, aku rasa Mikail beberapa hari menghindari Mischa. Apa mereka ada masalah?” tanya Vida semabri menatap Michael yang tengah mengunyah rotinya.
Michael menatap ke arah Vinda dengan kedua bahu terangkat dan menurunkannya pelan, membuat Vinda yang melihat hanya berdecak kecil. Michael segera menelan makanannya dan menatap Vinda dengan pandangan lembut,
“Memangnya kenapa, sayang? Aku rasa mereka baik-baik saja. Mungkin karena Mikail sedang fokus dengan pekerjaan saja. Jamu tahu sendirikan kalau di kantor sedang ada banyak pekerjaan? Brlum lagi Mikail harus mulai membiasakan diri di lingkungannya,” jelas Michael sembari mengulurkan tangan dan menggenggam erat jemari Vinda.
“Dia membutuhkan waktu, sayang. Jadi, biarkan saja dia melakukan apa yang dia mau,” imbuh Michael dengan senyum tipis.
Vinda yanga mendengar mengangguk pelan dan menatap suaminya lekat. “Tetapi, aku bosan ditelfon kelurga Mischa terus, Mas. Mereka menanyakan kenapa Mikail tidak juga datang ke rumah mereka.”
“Katakan saja pada mereka, Mikail akan datang jika nanti sudah waktunya datang. Untuk sekarang biarkan dia fokus dengan pekerjaannya. Lagi pula aku juga ingin melihat kinerja Mikail sebelum aku mengumumkan bahwa dia penggantiku, sayang,” ucap Michael tanpa beban.
Vinda yang mendengar hanya berdecak kecil, diiringi bibir yang mengulas senyum. Hal yang selalu membuat Michale merasa tenang seketika. Sampai dering ponsel membuyarkan lamunannya dan kembali mengalihkan fokus. Keningnya berkerut menatap nama yang tertera dilayar ponsel.
Michael menarik napas dalam dan mengembuskannya perlahan. Sampai akhirya dia meraih ponsel dan mengangkat panggilan tersebut. “Ada apa?” tanya Michael tegas.
Michale diam sejeak, mendengarkan ucapan pria di seberang. Wajahnya berubah dan tidak sesantai sebelumnya. Bahkan tangannya mengepal mendengar penjelasan pria diseberang. Sampai pada akhirnya, panggilannya terputus, membuat Vinda yang ada di dekatnya menatap penuh kecurigaan.
“Ada apa, Mas?” tanya Vinda dengan wajah cemas.
Michael yang mengerti kecemasan istrinya langsung mengulas senyum tipis dan menggeleng. “Hanya sedikit masalah di kantor, sayang. Jangan khawatir,” ujar Michael menenangkan.
Vinda yang mendengar mengangguk mengerti dan mulai mengulas senyum tipis. Dia kembali melanjutkan sarapan, diikuti Michael yang mulai brpikir. Kenapa?
_____
“Jelaskan apa yang sebenarnya terjadi, Mischa.”
Mischa yang mendengar mulai menundukan kepala dengan tenggorokan yang teras kering. Saljvanya bahkan terasa sulit untuk ditelan. Mikail sudah ada di depannya dengan mata menatap tajam dan tangan yang dimasukan ke kantung celana.
“Aku bertanya denganmu, Mischa. Jadi, jawab apa yang aku tanyakan,” desis Mikail dengan nada tertahan.
Mischa mulai menarik napas dalam dan mengembsukannya perlahan, mengumpulkan kekuatan yang sejak tadi menguap. Matanya menatap Mikail yang masih berselimutkan dengan kemarahan.
“Apa yang harus aku katakan, Mikail? Aku bahkan tidak melakukan apa pun kepada Saila. Aku hanya dat....”
“Anda hanya datang dan mengatakan kepada nona Saila untk menjahi tuan Mikail. Anda mengancam akan mengambil seluruh saham yang anda tanamkan di perusahaan dan perusahaan tuan Mikaila hancur,” sahut Roy dengan tatapan datar.
Mischa yang mendengar menelan salivanya susah payah dan menatap Mikail yang sudah menatapnya tanpa ekspresi. Rasanya, saat ini jantungnya tidak dapat bekerja dengan benar. Pandangan Mikal seakan melumpuhkan gerak sarafnya.
“Apa itu benar, Mischa?” tanya Mikail nada santai, tetapi tetap terkesan menyeramkan.
Mischa masih saja diam dengan mulut terkunci rapat. Dia bahkan sudah tidak dapat berbjcara apa pun. Sampai suara dentuman keras menggelegar di seisi ruangan, membuat Mischa berteriak histeris. Mikail sudah membanting kursi yang ada di dekatnya tanpa perasaan.
“Aku bertanya denganmu, Mischa. Jawab atau aku akan membuat mulut manismu ini menjadi bungkam selamanya,” desis Mikail tanpa merasa iba meski Mischa sudah menitikan air mata.
Mischa menggeleng pelan dan menatap Mikail penuh ketakutan. “Aku tidak melakukannya. Dia berbohong. Dia pasti berbohong agar kamu membenciku, Mikail,” kilah Mischa dengan wajah penuh ketakutan.
“Asal anda tahu, Nona. Karena ulah anda yang mengatakan itu di depan umum dengan hinaan bahwa dia wanita murahan membuat nona Saila kesulitan. Dia harus menerima cemoohan dari teman sekampusnya bahkan hampir dua tahun,” jelas Roy masih dengan ekspresi yang sama.
“Diam,” bentak Mischa dengan tatapan lekat. ”Berhenti mengatakan omong kosongmu, Roy.” Mischa segera melangkah mendekati Roy yang ada di sebelahnya dan berniat memukul keras, tetapi tanganya berhenti ketika Mikail menggenggam tanganya yang sudah berada di udara.
Mikail menatap dengan tatapan mematikan dan menghempaskan tangan Mischa tanpa perasaan. “Jangan pernah menyentuh keluargaku, Mischa. Jangan pernah buat aku menyesal sudah menerimamu menjadi kekasihku. Aku bahkan tidak menyangka jika kamu mampu berbuat seperti itu kpada saudaraku. Mengecewakan. Aku bahkan begitu membencimu sekarang. Jangan pernah datang sebelum kamu mampu mengubah sikap burukmu itu,” ucap Mikail membuat Mischa terdiam seketika.
Mikail menghela napas kasar dan langsung berbalik. “Ikut aku, Paman,” perintah Mikail dengan suara dingin. Kakinya segera melangkah keluar ruangan dan meninggalkan Mischa yang masih diam seorang diri di ruangan.
Aku membencimu, Saila. Sangat, batin Mischa dengan tangan mengepal.
_____
“Saila, kamu mau pulang bersamaku?” tanya Ronald yang sudah menutup pintu cafe.
Saila yang ada di belakangnya menggeleng dan tersenyum tipis. “Tidak usah, Kak. Aku mau pulang sendiri saja. Lagi pula asrama juga dekat,” tolak Saila pelan.
“Kalau gitu, aku temani sampai asrama, ya?” ujar Ronald tidak tega melihat Saila yang berjalan seorang diri. Ditambah dengan suasana sepi karena mendung dan jam yang sudah menunjukan hampir pukul sembilan.
“Boleh, biar gak sepi,” jaeab Saila denga riang.
Saila yang baru saja berbalik bersama dengan Ronald dan hendak melangkah terpaksa berhenti. Matanya menatap Mikail yang sudah berdiri di depannya dengan pakaian kerja. Wajahnya tidak menunjukan ekpresi apa pun, membuat Saila terdiam seketika.
“Kak Mikail,” cicit Saila dengan wajah cemas. Bagaimana jika nanti kak Mischa melihat?, pikir Saila.
“Ah, aku rasa sekarang aku harus pulang lebih dulu,” celetuk Ronald sembari mengulas senyum tipis dan menatap ke arah Saila. “Hati-hati dan sampai bertemu besok.”
Saila hanya diam ketika melihat Ronald yang sudah menjauh. Matanya kembali menatap Mikail yang sudah berada tepat di depannya.
“Kak, ada apa?” tanya Saila lirih. Matanya masih menatap Mikail yang terlihat menahan amrah.
Mikail menarik napas dalam dan mengembuskannya perlahan. Sampai tangannya menarik Saila cepat dan mendekap erat. Saila hanya mampu terdiam dengan tubuh kaku.
“Kenapa kamu tidak mengatakannya denganku, Saila? Kenapa kamu hanya diam ketika Mischa melukaimu?” tanys Mikail liirh. Rasa kesal dan emosi yang sejak tadi menyelimuti menguap seketika.
Saila yang mendengar tersenyum tipis. “Bagaimana aku bisa mengatakan kalau yang melakukannya adalah orag yang kakak cintai. Aku tidak mau jika nantinya kakak akan bertengkar dengan kak Mischa,” jawab Saila pasrah. Menghindar pun dia sudah tidak akan bisa.
Mikail melepaskan pelukannya dan menatap Saila lekat. “Kamu pulang ke rumah kakak, ya?” pinta Mikal dengan suara lembut. Suara yang bahkan tidak pernah diberikannya untuk Mischa.
“Tetapi, kak....”
“Jangan membuatku memarahimu lagi, Saila. Tidak akan ada yang membuat perusahaanku hancur. Jadi, jangan takutkan itu,” ujar Mikail yang langsung memeluk Saila erat, membuat Roy yang ada di belakangnya mengulas senyum tipis.
🍁🍁🍁🍁🍁
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 117 Episodes
Comments
☠⏤͟͟͞R⚜🍾⃝ ὶʀαͩyᷞαͧyᷠυᷧͣ🏘⃝Aⁿᵘ
hhmm... Mikhail dan Saila itu masih sodara ya....
2020-07-21
0
Mayang
gw curiga bukan perusahaan Mikail yg bankrut tp justru Mischa bisa jd gelandangan
2020-04-21
4
Idha Winarsih
yeeeaayyy
akhirnya 😍😍
tapi masih hrs hati2
karena ada wanita ular yg akan selalu menganggu dan mengancam saila
duh 😪
2020-04-17
3