“Aku senang bisa kembali lagi dan melihatmu. Aku harap kamu akan datang dan ikut menjemputku,” ucap Mikai, pria dengan pahatan bak dewa. Matanya menatap lurus, melihat pemandangan yang tersaji di depannya tanpa ekspresi sama sekali.
Mikail Aditama, putra semata wayang dari pasangan Micahel Aditama dan juga Hervinda Serana Putri. Seorang pria yang jarang sekali mengumbar senyum dan juga ekpresinya. Seorang pewaris seluruh aset yang dimiliki keluarga Michael Aditama. Pria dengan dengan ketegasan di atas rata-rata. Bahkan, dia rela membuang siapa saja yang terasa sudah tidak diperlukan dan seluruh dunia mengetahui sifatnya yang tanpa hati.
Mikail menarik napas dalam dan mengembuskannya perlahan. Dengan cekatan, dia segera keluar ketika taksi yang dinaikinya sudah terhenti. Dengan segera dia membayar ongkos yang sudah ditentukan.
Mikail kembali melangkah memasuki bandara sembari menarik koper berisi pakaian. Ya, dia memutuskan untuk kembali ke rumah dan membantu Michael mengurus perusahaan, sama seperti apa yang sudah menjadi bidangnya selama ini.
“Sayang.”
Sebuah teriakan membuat Mikail menghentikan langkah dan menatap ke asal suara. Tepat di dapannya, berdiri seorang wanita dengan pakaian super seksi dengan panjang di atas lutut, membuat Mikail berdecak dengan tatapan tidak suka dan kembali melanjutkan langkah.
“Sayang, kamu lama sekali,” keluh gadis yang sudah empat tahu menjadi kekasihnya.
“Apa pakaianmu tidak ada yang lebih tertutup lagi, Mischa?” celetuk Mikai mengabaikan keluhan kekasihnya.
Mischa yang mendengar berdecih kesal. Selain Mikail yang tidak pernah menyukai gaya pakaiannya, ia juga merasa kesal karena sekali pun, Mikail tidak pernah memanggilnya dengan sebutan sayang. Hal yang sangat diimpikannya selama ini.
“Mikail, kenapa kamu....”
Ucapan Mischa terpotong ketika mendengar suara pengumuman yang mengatakan jadwal penerbangan. Dengan menahan kesal, dia akhirnya memilih menelan semua ucapannya dan mengikuti langkah kekasihnya yang lebih dulu, seakan mengabaikannya.
“Dia pikir aku ini apa? Kekasihnya apa bukan, sih?” gumam Mischa dengan penuh kekesalan.
Mikail yang mendengar hanya diam dan menghentikan langkah. Mikail memilih membalik badan dan menatap ke arah Mischa yang masih sibuk mengeluh tentangnya.
“Kamu mau mengeluh terus atau mau pulang? Sebentar lagi jadwal penerbangan kita,” tegur Mikail membuat Mischa mendongak ke arahnya.
Belun sempat Mischa menjawab, Mikail sudah lebih dulu melangkah dan mengabaikan jawaban kekasihnya. Mischa yang melihat menatap Mikail dengan pandangan menahan kesal.
“Kalau saja bukan kekasihku dan aku mencintainya, aku sudah meninggalkannya sejak dulu,” gerutu Mischa sembari mengikuti Mikail yang sudah terlalu jauh. Mengharapkan pria tersebut berbalik dan menggenggam jenarinya adalah hal mustahil.
_____
“Jadi, Saila tetap tidak pulang, Rika?” tanya Vinda dengan tatapan memelas. Dia dan juga Michael sudah ada di bandara, menunggu anak semata wayangnya kembali dari kuliah.
Rika dan Randy yang saat itu datang hanya mengangguk dengan pandangan penuh permohonan maaf. Mereka tahu, setiap kepulangan Mikail, pemuda tersebut selalu saja mencari Saila yang entah mengapa selalu saja mengindari. Membuat tanda tanya di banyak pihak.
“Apa terlalu banyak tugas sampai dia tidak pulang?” tanya Vinda lagi.
“Dia bilang begitu, Vinda. Ada beberapa tugas yang harus segera diselesaikan. Itu sebabnya Saila tidak bisa pulang dan menjemput Mikail di bandara,” jawab Rika dengan suara lembut.
Vinda yang mendengar menatap suaminya yang tengah mendekapnya erat. Memandang dengan tatapan penuh permohonan, membuat Michael yang melihat menghela napas perlahan dan mengelus pelan bagian belakang kepala istrinya.
“Sayang, biarkan dia belajar. Aku yakin kalau sudah selesai, dia akan segera pulang dan menjenguk Mikai. Kamu tahu sendiri bagaimana dekatnya Saila dan Mikail, bukan? Aku yakin, Saila juga akan segera menyelesaikan tugasnya,” ucap Michael dengan penuh kelembutan.
Vinda akhirnya pasrah dan mengangguk mengiyakan. Matanya menatap Mihael yang masih saja menenangkannya. Sampai tatapan matanya menatap ke arah pemuda yang sudah melangkah ke arahnya.
“Mikail,” ucap Vinda dnegan senyum sumrigah.
Perlahan, pelukannya terlepas dan melangkah mendekati Mikail yang sudah semakin dekat.
Mikail yang melihat Vinda mendekat hanya diam dan memeluknya erat, merasakan rindu yang selama ini terpendam. “Mommy baik?” tanya Mikail penuh perhatian.
Vinda melepaskan pelukannya dan menatap anaknya lekat. “Mommy baik, sayang. Bagaimana kondisimu? Ada masalah di sana?”
“No. Semua baik,” jawab Mikail singkat. Matanya menatap semua yang datang menjenput dengan tatapan lekat. Sampai pandangannya jatuh kepada pemuda yang sudah berpakaian rapi yang juga tengah menatapnya.
Mikail melangkah ke arah Gibran, meninggalkan mamanya yang tengah menyambut Mischa dengan penuh keramahan.
“Hallo bapak dokter. Apa kabar?” tanya Mikail dengan wajah datar.
Gibran yang mendengar hanya tertawa kecil dan memberikan sambutan kecil. “Bagaimana kondisimu, Mikail.”
“Seperti yang kamu lihat sekarang, Gibran. I’m fine.”
Gibran hanya mengangguk, menatap ke arah Mikal yang masih menanti seseorang. Dia tahu siapa yang ditunggu saudaranya kali ini. Perlahan, dia menepuk pundak Mikail pelan, membuat pemuda tersebutt menatap ke arahnya
“Saila masih banyak tugas di kampus. Dia tidak bisa pulang dan menjemputmu. Tetapi, dia akan kembali setelah dirasa urusannya selesai,” terang Gibran membuat Mikail hanya diam.
“Apa dia marah denganku?” tanya Milail dengan tatapan lekat. “Suda tiga kali kepulanganku dan aku tidak melihatnya. Apa ada masalah?”
“Aku rasa tidak. Kamu tahu sendiri, kan, dia jauj lebih dekat dneganmu dari pada aku yang jelas-jelas kakaknya,” celetuk Gibran.
Rika yang mendengar juga mulai mengatakan hal yang sama dengan anaknya, berusaha membuat Mikail mengerti dengan ketidahadiran Saila saat ini. Hal yang membuat Mischa mendengus kesal.
“Kenapa selalu Saila,” batin Mischa sembari menyembunyikan rasa bencinya.
_____
Saial menatap layar ponsel dengan foto Mikail dan dirinya yang sudah dijadikan wallpaper. Sesekali, jemarinya mengetuk layar tersebut agar terus menyala dan dia dapat melihat wajah Mikail yang menenangkan.
“Hari ini kamu pulang ya, kak. Maaf karena aku tidak bisa menjemput,” gumam Saila dengan wajah tertunduk.
“Kenapa kamu tidak izin sehari saja dan bekerja lagi besok?” celetuk Ronald yang baru saja datang dari arah belakang.
Saila yang mendengar menatap ke asal suara dan mengulas senyum tipis, mengikuti arah Ronald yang melangkah mendekatinya. Matanya menatap Saila, gadis cantik yang tengah mengenakan pakaian pelayan. Padahal seisi kampus juga mengenalnya. Seorang gadis dari kalangan berada.
“Bukankah dia anak tuan Michael? Pemilik kampus kita?” tanya Ronald ketika melihat gambar wallpaper Saila.
Saila yang mendengar mengangguk dan menatap Ronald dengan lembut. “Dan hari ini dia kembali. Katanya dia akan tinggal di sini lagi.”
“Lalu, kenapa kamu tidak datang menjemputnya? Kali saja dia mencarimu,” ujar Ronald dengan senyum dan menatap Saila lekat.
Saila yang mendengar terdiam, meresapi hal yang tiba-tiba mulai menjalar. Perlahan, dia mulai menarik napas dalam dan mengembuskannya perlahan. “Akan jauh lebih baik jika aku tidak menemuinya,” gumam Saila lirih, tetapi masih terdengar oleh Ronald yang duduk di dekatnya.
Setelah itu, Saila menunjukan wajah berbeda di hadapan Ronald, membuat pria tersebut menatap semakin bingung.
“Aku rasa aku harus segera masuk, Kak. Jam istirahatku sudah selesai,” ucap Sila dan langsung bangkit. Dengan cepat dia masuk ke dalam cafe dan mengerjakan tugasnya.
Ronald masih diam dengan mata menatap gadis tersebut lekat. “Aku merasa kamu memiliki banyak rahasia, Saila,” pikir Ronald dan langsung melangkah masuk, mengerjakan tugasnya yang sudah dimulai.
_____
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 117 Episodes
Comments
Utiarli Manda
ada apa Sheila tdk mau bertemu Mikael
2023-06-09
0
mariana hoesny
Typo: tahu>>tahun, dgenanmu>>denganmu
2020-08-01
1
mariana hoesny
Jutek amat ya Mikail 😅
2020-08-01
0