“Selamat pagi, Ma, Pa,” sapa Gibran yang langsung duduk bersama dengan orang tuanya di meja makan. Tangannya masih sibuk meracik sarapan. Pagi ini, dia berniat datang lebih cepat dan melihat Bia, gadis yang selalu saja menjadi pusat pikirannya selama beberapa hari.
Rika yang ada di depan Gibran menatap anaknya dengan kening berkerut. Rasanya dia seperti melihat Gibran yang bebeda. Hari ini dia terlihat lebih semangat dari pada biasanya. “Apa ada yang spesial dengan hari ini, sayang?” tanya Rika dengan mata menatap Gibran lekat.
Gibran yang baru saja menyendok makanannya langsung diam dan menatap mamanya bingung. “Maksud Mama?” tanya Gibran dengan mulut yang sibuk mengunyah makanan.
“Maksud mama, apa ada yang spesial dengan hari ini? Kamu terlihat lebih bersemangat dari pada sebeeumn-sebelumnya,” jelas Rika dengan pandangan lekat.
“Tidak, Mas,” jawab Gibran dengan senyum tipis.
“Mungkin anak kita sudah mulai menemukan pendampingnya, sayang. Jadi, itu yang membuat dia merasa bahagia,” ujar Randy dengan tatapan menggoda.
Gibran hanya tersenyum kecil mendengar ucapan papanya. Dia memilih mengabaikannya dan kembali fokus dengan sarapan. Targetnya saat ini adalah cepat selesaikan makan dan segera ke rumah sakit. Sebelum Bia pergi dan rasa penasraannya tidak terbalas sama sekali.
“Kenapa kamu tidak mencoba berpacaran saja dengan Keysha?” celeuk Rika membuat Gibran langsung tersedak.
Gibran segera meraih gelas di depannya dan meneguk hingga tandas. Matanya menatap ke arah sang mama dengan pandangan memprotes. “Mama, jangan memulai lagi deh.Gibran tidak mau sama Keysha. Dia itu sahabat Gibran dari kecil dan selamanya tidak akan pernah ada hubungan percintaan diantara kami,” tegas Gibran yang segera bangkit. Dia yakin jika masih di sana, orang tuanya akan tetap menjodohkannya dengan Keysha.
“Sayang, habiskan dulu sarapannya,” teriak Rika ketika mendapati anaknya pergi.
“Gibran mau berangkat saja Ma, Pa,” jawab Gibran tanpa membalik badan.
Rika dan Randy yang melihat hanya berdecak kecil menyadari tingkah anak pertamanya.
“Dia benar-benar mirip denganmu, .as,” celetuk Rika dengan senyum kecil.
“Dia itu darah dagingku, sayang,” jawab Randy dengan tawa dan diikuti Rika yang hanya berdecak kecil.
_____
“Bagaimana hubunganmu dengan Mikail, Misca?” tanya seorang wanita dengan garis menua, tetapi tetap terliat elegan dengan pakaiannya yang selalu saja mengikuti zaman. Matanya menatap lekat anaknya yang masih memberikan selai kacang di rotinya.
Mischa hanya diam ketika mendapat pertanyaan seputar Mikail. Dia merasa tidak bersemangat sama sekali membahas Mikail pagi ini. Dia masih saja kesal karena ulah pria yang sangat dicintainya kemarin. Menanggapnya sampah dan malah memilih membela pelayan. Dasar idiot, batin Mischa merasa kesal.
“Mischa, kalian ada masalah?” tanya Mey, mama Mischa.
“Tidak. Kami baik-baik saja?” jawab Mischa dengan wajah santai.
“Kalau kalian baik-baik saja, kenapa dia tidak datang sejak kepulangannya? Ini sudah hampir dua minggu dan dia belum datang menjenguk orang tuamu sama sekali. Bahkan, dia tifak pernah menjemput dan mengajakmu keluar,” ucap Mey dengan pandangan lekat.
“Bawa dia kemari sore ini,” tegas pria yang sejak tadi diam. Roby menatapnya dengan pandangan tegas dan tidak mau diganggu gugat sama sekali.
Mischa yang mendengar langsung menelan rotinya dengan susah payah. Menatap papanya dengan rasa bimbang. Dia ingin membuat Mikail yang merangkak dan meminta maaf kepadanya, tetapi melihat papanya dan juga kecuekan Mikail yang bahkan tidak menghubungi sejak kemarin, dia mulai ragu.
“Ada masalah?” tanya Roby dengan pandangan datar.
Mischa memilih menggeleng dan melanjutkan makanannya. Dia masih berpikir, apa yag akan dilakukan agar Mikail mau datang ke rumahnya. Hal yang membuatnya merasa kesal setengah mati. Dia berharap Mikail mampu luluh, tetapi mencairkan Mikail sama saja mencairkan kutub utara. Sangat tidak mungkin.
“Jangan membuat masalah denganya, Mischa. Apapun yang dilakukan Mikail, kamu harus tetap bersabar. Apalagi sampai dia meminta putus darimu. Papa tidak mau mendengar kamu membuat masalah dan mengusik Mikail. Tetaplah menjadi kekasih seperti yang diinginkannya. Dia adalah salah satu aset untuk perusahaan kita. Dia merupakan pewaris tunggal dari perusahaan Aditama,” tegas Roby dengan penuh penekanan.
“Iya, Pa,” jawab Mischa pasrah. Dia juga bukan wanita gila yang akan melepaskan Mikail begitu saja.
“Aku bahkan akan melakukan apa saja agar dia tetap menjadi milikku, Pa,” ucap Mischa dengan senyum tipis.
“Bagus. Usir semua yang akan mengganggu jalanmu,” jawab Roby dengan senyum sinis
“Tentu saja.”
_____
“Saila sudah bangun?” tanya Mikail yang sudah siap dengan pakaian kerja.
“Nona Saila belum bangun, Tuan,” jawab seorang pelayan yang ada di dekatnya.
“Bangunkan dia. Katakan kalau sudah waktunya sarapan,” perintah Mikal yang langsung duduk. Matanya menatap lekat kursi tunggal yang ada di depannya.
Mikail baru saja berniat mengambil ponsel di sebelahnya ketika Saila sudah melangkah menuruni tangga rumahnya. Matanya menatap lekat wajah gadis yang sudah seperti adik sendiri untuknya. Memperhatikan pakaian Saila yang kebesaran. Ya, dia memang memberikan pakaiannya sebagai ganti karena pakaian Saila yang sudah kotor.
Saila mulai melangkah dan duduk di kursi tunggal yang tersisa. Matanya menatap Mikail yang tepat berada di depannya. Membiarkan para pelayan mengerjakan tugas. Memberikan satu per satu makanan di atas piring keduanya.
“Bagaimana tidurmu semalam, Saila?” tanya Mikail dengan suara tegas.
“Nyenyak, Kak,” jawab Saila dengan senyum tipis. Matanya menatap para peayan yang sudah mulai pergi dari ruang makan.
“Makanlah. Setelah ini aku harus segera ke kantor,” perintah Mikail dan langsung menyantap sarapannya.
Hening. Saila hanya diam dan menuruti apa perkataan kakaknya. Sesekali, matanya menatap Mikail yang tampak serius dalam mengunyah makanan. Wajahnya tidak menunjukan ekspresi sama sekali. Hal yang sudah wajar menurutnya.
Mikail meletakan sendoknya, membuat Saila yang masih mengunyah menatap lekat.
“Kamu belum selesai?” tanya Mikail dengan nada lebih melembut.
“Habiskan. Aku akan menuggu,” kata Mikal dan langsung diangguki.
Saila segera menghabiskan makanan di piring. Matanya mengabaikan Mikal yang sudah menatapnya tanpa berpaling. Sesekali Saila memilih mengembuskan napas perlahan dan berharap detak jantungnya akan berdetak secara normal.
Ayolah, jangan buat aku melakukan hal konyol di depan kakak, batin Saila merutuki hatinya.
“Sudah?” tanya Mikal dengan pandangan lekat.
Saial mengangguk dan menatap Mikail. Menyesap wajah yang sudah lama tidak dilihatnya sama sekali. Sampai akhirnya, Mikail bangkit, membuat Saila menghentikan tangan yang masih membersihkan bibirnya.
“Kalau begitu aku berangkat,” ujar Mikail.
“Kak,” panggil Saila, membuat Mikal berhenti. Matanya menatap Saila tanpa mengatakan apa pun.
Saila mulai bangkut dan menatap Mikal lekat. “Boleh Saila ikut? Saila harus ke asrama. Semalam Sai....”
“Tidak,” potong Mikai dengan wajah yang tidak lagi ramah. “Kamu hanya boleh di rumah, Saila. Kamu dilarang kembali ke asrama. Paman Roy akan mengantarkan pakaian untukmu. Nanti malam aku akan membawau pulang. Tante Rika juga merindukanmu.”
Saila yang mendengar hanya mampu diam dengan wajah tertunduk. Sampai Mikail pergi dari hadapannya, membuat tubuh ringkihnya langsung terduduk di kursi.
“Aku juga ingin keluar dan mencari pengganti agar bisa melupakanmu, Kak,” batin Saila lelah.
_____
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 117 Episodes
Comments
Idha Winarsih
oh jdi gitu motif dari keluarganya mischa
kenapa sangat2 ingin anaknya tetap menjadi kekasih mikail
karena ingin mengincar hartanya
dasar keluarga gila harta 😏😏
jijik 😏😏
2020-04-17
4
Bluew Mlaty
emng boleh pacaran dengan saudara sendiri.?
kasih wanita lain saja thor buat mikail.
2020-04-16
2
Cik Gu Comel
Mischa dan orangtuanya trnyta pny niat yg g baik.
2020-04-13
0