Mikail menghentikan laju mobil tepat di depan cafe tempat Saila bekerja. Matanya menatap ke arah bangunan kecil yang ada di dekannya dengan pandangan datar. Perlahan, dia mulai mematikan mesin.
Mikail mulai menarik napas dalam dan mengembuskannya perlahan. Namun, baru saja dia berusaha tenang, sebuah dering ponsel membuyarkan lamunannya. Matanya menatap ke arah ponsel yang sejak tadi hanya teronggok tidak berguna di dekatnya. Membuat Mikail mendesah keras setelah mengetahui siapa yang sedang menelfonnya.
Mikail hanya diam dan meraih ponsel tersebut. Mematikan panggilan yang dirasa tidak bermanfaat sama sekali. “Aku rasa dia harus mulai diberitahu agar tidak mengganggu kehidupan seseorang,” gumam Mikail dengan tatapan kesal.
Mikail baru akan keluar ketika Mischa kembali mengganggu. Rasanya kali ini batas kesabaran yang ada dalam dirinya mulai menipis, bahkan sangat tipis. Dengan kesal dia merai ponsel tersebut dan mengangkatnya kilat.
“Ada apa, Mischa?” tanya Mikail dengan suara datar.
“Halo, Mikail? Akhirnya kamu mengangkat panggilanku, sayang,” jawab Mischa dengan suara penuh kelegaan. “Sayang, kamu di mana? Aku di kantor dan kamu tidak ada. Ruanganmu kosong,” imbuh Mischa dengan suara manja.
“Aku sedang keluar. Ada apa?” Mikail menatap ke arah cafe dan mengeratkan rahang keras, menatap ke arah dua mahluk ciptaan Tuhan yang tengah bersama.
“Aku ingin bertemu denganmu, sayang. Semalam papa sangat marah dengan keputusanmu yang menunda pertunangan kita. Kamu tahukan kalau papa sangat suka denganmu dan mendukung hubungan kita? Aku rasa....”
“Mischa,” potong Mikail dengan tegas. “Aku rasa sudah jelas apa yang menjadi keputusanku, bukan? Jadi, jangan coba tanyakan apa dan mengapa. Aku benar-benar enggan membahasnya. Aku akan beritahukan apa yang menjadi keputusanku nanti, saat aku sudah mendapatkan jawabannya,” tegas Mikail. Tangannya meremas keras ponsel yang ada di tangannya.
“Iya, aku tahu. Tetapi, apa yang mau kamu pertimbangkan, sayang? Kita sud....”
“Aku tidak mau dibantah, Mischa. Aku harap kamu mengerti apa yang aku mau. Jangan coba bertanya apa pun sebelum aku berniat menjelaskannya,” sela Mikail membuat ucapan Mischa selalu saja menggantung.
“Baik,” jawab Mischa dengan suara lemah.
“Bagus,” desis Mikail dan langsung mematikan panggilan.
Mikail meletakan ponsel dan menatapbke arah Saila berada. Menatap senyum yang jarang sekali ditemuinya saat ini. “Dulu aku sering melihatmu bahagia dan sekarang kamu bahagia dengan orang lain, hm? Aku rasa aku harus mulai menyadarkanmu,” gumam Mikail dengan tatapan lekat. Dia mulai turun dari mobil dan menatap ke arah Saila lekat. Bersandar di pintu dengan kedua tangan bersedekap.
“Saila,” panggil Mikail denga suara tegas.
Saila yang mendengar namanya di panggil segera menghentikan langkah dan menatap ke asal suara. Matanya membelalak menatap ke arah pria di depannya. “Kak Mikail,” gumam Saila dengan tenggorokan yang langsung mengering.
“Ayo pulang,” ajak Mikail dengan tatapan datar, terlebih ke arah pria yang ada di dekat Saila.
Saila mengangguk pelan. Dia baru akan melangkah, tetapi terheti karena Ronald yang mencegahnya. Membuat Saila menatap ke arah kakak tingkatnya dengan mata membelalak.
“Kak, lepas,” ucap Saila dengan suara cemas. Matanya menatap ke arah Mikail yang sudah terlihat lebih dingin.
Ronald mengabaikan ucapan Saila dan memilih menarik Saila agar mendekat ke arahnya, membuat rahang Mikail mengeras.
“Lepaskan dia,” desis Mikail dengan tangan mengepal. Ada rasa tidak rela jika Saila ada dalam dekapan pria lain.
“Maaf, tuan Mikail yang terhormat. Saya tahu jika anda adalah pengusaha kaya raya dan juga banyak uang. Anda bahkan bisa membeli mobil dalam sekali jentikan jari. Tetapi, kali ini anda tidak bisa menghalangiku untuk membawa Saila pergi. Jadi, silahkan anda pergi dan aku akan mengantarnya pulang ke rumah,” ucap Ronald dengan wajah serius.
“Kak,” ucap Saila dengan mata membelalak. Matanya menatap ke arah Mikail yang hanya diam dengan rahang mengeras.
“Jangan takut, aku berjanji akan menjaganya dengan baik,” tambah Ronald dengan pandangan meyakinkan.
“Dan aku tidak mengizinkanmu,” jawab Mikail dengan suara digin.
“Anda tidak mengizinkannya?” ulang Ronald dengan senyum tipis. “Aku tidak sedang meminta izin, Tuan. Aku hanya memberitahu anda supaya anda bisa pulang lebih dulu. Lagi pula aku merasa anda tidak memiliki hak apa pun untuk memberikan izin. Kak Gibran saja tidak masalah dengan gal ini,” ujar Ronald seakan menantang Mikail.
“Kak, aku gak mau,” ucap Saila dengan wajah cemas. Dia enggan mendapat masalah jika pergi bersama dengan Ronald. Bukan karena Ronald yang memiliki kekasih, tetapi karena setelahnya, dia yang akan menerima amukan dari Mikail.
Mikail yang mendengar menatap ke arah Ronald dan mulai melangkah pelan. Seakan langkahnya menggema di sekitar Saila, membuat gadis tersebut terdiam seketika. Sampai sebuah tangan lain meraih pergelangan tangannya dan menariknya keras. Membuat Saila berada di pihak lain.
“Aku rasa apa pun yang menjadi keputusanku bukanla hal yang seharusnya bisa kamu pertanyakan. Dan keputusanku masih sama. Aku tidak akan pernah mengizinkanmu untuk membawanya pergi ke mana pun,” desis Mikail tanpa mengalihkan pandangan. Saila yang berada dalam dekapan Mikail juga hanya diam, tidak berani bergerak sedikit pun.
“Maaf, aku rasa anda terlalu mengekangnya. Anda tidak memberikan dia hak untuk menikmati harinya. Bahkan saat anda tidak memiliki hubungan apa pun,” ucap Ronald dengan pandangan lekat.
“Jangan lupa, aku adalah....”
“Berhenti menggunakan nama kakak dalam hal ini,” sela Ronald tegas, membuat Mikail mengeraskan rahang seketika. “Aku rasa bukan sifat seorang kakak sepupu yang melarang dan bahkan terlalu mengekang Saila. Jadi, aku harap anda mau melepaskannya. Aku akan membahagiakannya,” ujar Ronald dengan pandangan lekat.
Mikail hanya diam mendengarkan ucapan Ronald. Matanya menatap lekat dan bahkan sejak tadi tidak juga berkedip. Ada hal aneh yang menjalar dalam dirinya. Seakan dia benar-bnar takut jika Saila jatuh dalam pelukan pria lain.
“Aku sudah mencintainya sejak dulu, Tuan Mikail. Aku ingin membahagiakannya dan asal kamu tahu, aku bahkan tidak ingin dia pergi dariku. Aku ingin dia menjadi milikku selamanya dan tidak ada pria lain yang akan memiliki,” ucap Ronald dengan suara melunak, membuat Mikail menatap dengan pandangan yang tidak terlalu dingin.
“Dan aku tidak akan membiarkannya,” jawab Mikail dengan ucapan tegas.
“Kenapa? Aku rasa keluarga Saila tidak akan pernah menjodohkan anaknya dengan orang lain. Aku yakin tuan Randy akan membiarkan Saila memilih calonnya sendiri,” ujar Ronald dengan kening berkerut. Matanya menatap ke arah Mikail dengan pandangan menyipit, seakan meneliti apa yang ada di depannya.
“Apa karena anda mencintainya?” tanya Ronald membuat Saila dan Mikail tersentak.
Hening. Mikail bahkan tidak menjawab apa pun. Matanya masih menandakan tatapan tiak suka dengan ucapan Ronald. Saila yang tidak mendapatkan jawaban apa pun menarik napas dalam dan mengembuskannya perlahan. Dia mulai melepas pelukan dan membalik badan menatap ke arah Ronald dengan pandangan tidak suka.
“Kak, aku rasa kali....” Saila menghentikan ucapannya ketika Mikail melangkah di depanya. Membuat Saila diam dengan tatapan yang sulit diartikan.
Kamu tahu, Mikail? Ketika kamu merasa takut kehilangan seseorang, saat itu kakek bisa pastikan bahwa kamu mencintai gadis tersebut.
Ucapan kakeknya terngiang jelas d itelinga Mikail, membuatnya menatap ke arah Ronald dengan tatapan serius.
“Iya. Karena aku menyukainya,” jawab Mikail tegas, membuat Saila dan Ronald langsung menatapnya dengan mata membelalak.
“Kak, Saila rasa....”
“Iya, Saila. Aku tidak mau kamu dengannya karena aku memang mencintaimu. Because i love you, little girls,” ulang Mikail. Wajahnya menunjukan guratan serius, membuat Saila menatap dengan pandangan lekat.
Apa ini mimpi?
_____
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 117 Episodes
Comments
maura shi
yeees akhirnya mikail sadar juga dgn hatinya
2021-02-08
0
❣️y@ni❣️
yeeeeee akhirnya Mikail mengungkapkan perasaan nya good job boy💖💖💖💖💖💖
2020-08-02
1
Eni Supriyono
akhirnya mikail mengakuinya.....
go go go...kail...
2020-05-23
1