Hari sudah mulai sore, setelah selesai makan, mereka langsung pulang. Malik ingin segera istirahat, karena sudah menempuh perjalanan yang cukup melelahkan. Alisya pun ingin segera beristirahat, karena setelah magrib nanti ia harus pergi ke rumah Lulu. Kalau sampai terlambat akan ada harimau cantik yang mencabik-cabiknya di sana.
Setelah sampai di rumah, Alisya langsung masuk kamar untuk menyimpan buket bunga. Lalu mengambil handuk dan segera ke kamar mandi. Baru saja ia selesai mandi, dari luar sudah ada yang mengetuk-ngetuk pintu kamar mandi.
"Lama banget sih de mandinya, kamu sekalian tidur di dalam ya ?" tanya Nisa dari balik pintu.
"nggak lah, aku belum lama kak di dalam." jawab Alisya sembari membuka pintu.
"Belum lama katamu ? udah setengah jam lebih tahu kamu di dalam."
"Iya iya maaf aku kelamaan." Sebelum Nisa masuk, Alisya sedikit berbisik. "Kak nanti setelah mandi, temani aku ngobrol sama ayah soal kerja di luar kota ya." Nisa hanya mengangguk, lalu masuk dan menutup pintu kamar mandi, tidak menghiraukan adiknya yang terus menggerutu di luar.
Setelah selesai berganti pakaian, Alisya keluar kamar. Terlihat Herman sedang menonton televisi di ruang tengah, lalu ia menghampirinya. Alih-alih menemani Herman menonton padahal ia sedang menunggu Nisa selesai mandi.
"Kamu nggak istirahat Sya ?" tanya Herman melihat setelah Alisya duduk di sampingnya.
"Nggak yah, mau tidur nanggung udah sore, setelah magrib nanti aku akan ke rumah Lulu, ia mengadakan pesta ulang tahun malam ini." jawab Alisya sembari memasukkan cemilan ke mulutnya.
"Oh begitu, pulangnya jangan larut malam ya Sya." ucap Herman memperingati.
"Oke yah."
Tak lama Nisa menghampiri mereka sambil menggendong Delisa. Herman yang melihat segera mengambil alih Delisa lalu mendudukkannya di pangkuannya. Nisa duduk di samping Herman. Herman terlihat sangat bahagia, beliau mengajak ngobrol Delisa sambil sesekali bercanda tawa dan membuat Delisa ikut tertawa.
Alisya ikut bahagia melihatnya, sepertinya ini waktu yang tepat untuk membicarakannya dengan ayah, hati ayah sedang bahagia, pikir Alisya.
Tanpa ragu ia membuka pembicaraan yang menyangkut masa depannya. "Ayah."
"Hemm." balas Herman tanpa berpaling dari wajah cucunya.
"Aku berniat mencari pekerjaan di luar kota, ikut bersama kak Nisa di Bandung atau ka Malik di Bali. Aku berharap ayah mengizinkannya dan ayah mau ikut bersamaku." ucap Alisya tanpa bertele-tele, walaupun sebenarnya sedikit gugup. Herman tidak menjawabnya, masih mengajak ngobrol Delisa tapi kali ini tanpa ada tawa.
Melihat ayahnya seperti itu ia jadi bingung, ia tak bisa berkata apa-apa lagi, ia hanya bisa diam mematung. Sepertinya ia salah bicara, apa ayahnya tidak mengizinkannya, tapi ayahnya belum menjawabnya, tidak mengiyakan ataupun tidak melarangnya.
Sejak dulu ayahnya memang tidak pernah mau berdebat dengannya, ayahnya selalu mengalah atau jika beliau menentang Alisya, beliau akan memberitahu lewat Nisa. Alisya melirik pada Nisa, bertanya tanpa suara, apa yanga harus ia lakukan sekarang. Seolah mengerti dengan pertanyaan Alisya, Nisa bangun dari duduknya lalu menyuruh Alisya membawa Delisa ke kamar.
Di kamar Alisya mengajak Delisa bermain, ia punya mainan yang pernah ia beli saat Delisa berumur 8bulan dan belum mengerti. Sekarang usianya sudah 2 tahun, jadi ia sudah mengerti mainan ini. Namun pikirannya sungguh kacau, ia penasaran, memikirkan apa yang sebenarnya Nisa dan ayahnya bicarakan di luar.
Tak lama Nisa masuk ke kamar, dilihat dari raut wajah Nisa, sepertinya ayahnya tidak mengizinkan hal itu.
"Kalau kamu tidak mau melihat ayah jatuh sakit, sebaiknya kamu batalkan niat untuk bekerja di luar kota. Temani ayah tinggal di rumah ini, carilah pekerjaan di sini, sepertinya itu lebih baik untukmu, untuk ayah dan untuk kita semua." ucap Nisa lirih, air matanya mulai membendung, namun ia enggan untuk menjatuhkannya, ia berpaling saat Alisya mulai menatapnya.
"Sebenarnya ada apa kak ? Kenapa ayah tidak mengizinkan ? Bukankah jika aku bekerja di Bandung, ayah pun akan ikut bersamaku dan tinggal bersamamu di sana." ucap Alisya kesal.
"Kak Nisa sudah berjanji mau membantuku untuk berbicara pada ayah, agar ayah mengizinkan itu, tapi kalau seperti ini akhirnya, percuma kak, lebih baik aku bicara sendiri secara langsung dari kemarin-kemarin. Aku tahu alasan ayah pasti kuno, ayah tidak mau meninggalkan kenangan di rumah ini kan ?" ucap Alisya penuh emosi.
"Cukup Sya !" Nisa mengangkat tangan kanannya hendak menampar Alisya tapi diurungkannya. Lalu ia hendak memegang tangan Alisya, berniat meminta maaf, namun Alisya segera menepisnya, ia masih belum terima dengan Nisa bersikap seperti itu padanya.
Alisya yang masih diselimuti emosi, kesal melihat sikap Nisa barusan. Ingin rasanya ia berteriak di hadapan kakaknya, tapi ia mencoba menahannya, ia tidak mau menjadi adik durhaka. Lagi pula ada Delisa, keponakannya di sini, mana mungkin ia berani melakukan itu di hadapannya.
Sebaiknya aku pergi ke rumah Lulu sekarang, mungkin dengan pergi dan bercerita pada Lulu, emosiku akan menghilang, sehingga aku bisa berpikir jernih untuk menghadapi situasi selanjutnya. Batin Alisya.
Tanpa menghiraukan Nisa yang masih mencoba untuk meminta maaf, Alisya memasukkan pakaian ke ranselnya, gaun yang akan ia kenakan nanti saat pesta. Lalu segera keluar kamar dan pergi dengan sepeda motornya tanpa melihat ayahnya yang masih duduk dan tertunduk lesu di sofa.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 122 Episodes
Comments
ARSY ALFAZZA
🌸
2020-11-01
1
Yeyen Dhevan
sib
2020-08-03
3
Che Umi
orang tua saya jga ngau mau diajak pergi walaupun saya ank bungsu..
2020-08-02
1