Di dalam cafe
"Fin, mana istrimu ? kenapa tidak mengajaknya ke sini ?" tanya seorang teman pada Fino yang sedang meneguk minumannya.
"Aku mengajaknya, tapi aku suruh dia untuk menunggu di mobil, haha." Tawa Fino membuat Restu sedikit kesal.
"Kenapa begitu ?"
"Untuk apa mengajaknya, dia hanya akan jadi pengganggu saja di sini." teriak Fino yang mulai mabuk karena sudah terlalu banyak minum.
"Kau mulai mabuk Fin, biasanya kau tidak minum sebanyak ini." ucap Restu setelah melihat 3 botol minuman yang sudah kosong di atas meja.
Restu tidak mabuk karena ia memang tidak menyukai minuman beralkohol. Jika ia ikut ke pesta atau bar bersama Fino, ia hanya akan memesan minuman bersoda.
"Ini semua salahmu !" jari tangan Fino menunjuk-nunjuk wajah Restu. "Kau yang membawa wanita itu masuk ke dalam hidupku, padahal kau tahu, aku sangat muak pada semua wanita. Wanita itu pembawa sial ! Wanita itu hanya bisa menghancurkan karir dan hidupku !" Fino mulai memaki Restu tanpa sadar, suaranya mulai meninggi.
Teman-teman yang lain mulai mundur saat Fino bangkit dari duduknya dan mendorong tubuh Restu hingga terjatuh. Restu tidak menanggapinya karena ia sadar kalau Fino sedang dalam keadaan mabuk, walau sebenarnya ia kesal karena ucapan dan sikap Fino padanya.
Fino berjalan sempoyongan mendekati Restu sembari memaki-maki sosok wanita dengan perkataan yang tidak pantas. Karena dirasa suasana sudah mulai tidak kondusif, Restu segera membopong Fino keluar dari cafe menuju mobilnya.
Sesampainya di mobil, ia membuka pintu belakang, lalu memaksa Fino untuk masuk ke dalamnya. "Aduh", terdengar suara seorang wanita yang mengaduh di kursi sebelah Fino. Restu tertegun mendengarnya, ia lupa kalau di kursi belakang juga ada Alisya yang sedari tadi menunggu mereka.
***
"Aduh." Alisya terbangun karena merasa ada sesuatu yang menindih perutnya. Ia memaksakan matanya untuk terbuka, mengerjap-ngerjapkannya agar ia bisa dengan jelas melihat apa yang sebenarnya menindih perutnya itu.
"Aaaaaaa... " Pekik Alisya, saat melihat ternyata kepala Fino yang ada di atas perutnya.
Alisya segera bangkit dari tidurnya dan mengubah kembali posisi kursi ke semula, membuat kepala Fino bergeser ke atas pahanya. Ia bergidik geli. Mulut Fino terdengar meracau tak jelas.
"Maaf Sya, aku lupa kalau kamu ada di mobil." ucap Restu sedikit panik karena mendengar jeritan Alisya. "Fino mabuk berat, makanya langsung aku masukin paksa ke dalam mobil." Restu mulai menyalakan mesin mobilnya.
"Terus ini gimana mas ? Dia meracau nggak jelas begini, aku takut, apa dia nggak akan berbuat macam-macam mas ?" tanya Alisya panik. Sedikit ketakutan karena di sampingnya ada orang yang mabuk berat.
"Tidak apa-apa Sya, Fino kalau mabuk seperti itu memang suka meracau, tapi sebentar lagi dia akan tertidur dengan sendirinya." ucap Restu mencoba menenangkan Alisya.
Alisya mengangguk, namun tetap saja rasa takut masih menyelimutinya.
Restu mulai melajukan mobilnya, memecah jalanan yang mulai sepi karena sekarang sudah larut malam.
"Kenapa aku harus menikah dengannya ? Aku kan sudah bilang kalau aku tidak mau mengenal wanita lagi, apalagi sampai harus menikah. Aku muak dengan sosok wanita, mereka hanya membuat hidupku hancur." Fino meracau lagi.
Walaupun pelan tapi Alisya bisa mendengar apa yang diucapkan Fino barusan.
Apa maksud semua ucapannya itu ? Apa itu tertuju padaku ? Tapi kenapa dia menyebut sosok wanita ? Apa itu tertuju pada semua wanita ?
Itu membuat Alisya penasaran. Ia pikir, ia harus bertanya pada Restu, tapi tidak sekarang, ini bukan waktu yang tepat, Restu sedang fokus membawa mobil dan ia pun ingin segera sampai rumah. Ia sudah tidak nyaman dengan posisi seperti ini. Si manekin hidup ini benar-benar menyiksanya, baru sehari jadi istrinya, Fino sudah menyusahkannya dengan mabuk berat seperti ini.
***
"Sya, nanti bantu aku bawa Fino ke kamarnya ya." ucap Restu saat sampai di gerbang depan. "Semoga tuan dan nyonya sudah tertidur pulas."
"Iya mas." Alisya mengangguk, memaksa tersenyum.
Setelah memarkirkan mobilnya, Restu membuka pintu belakang mobil lalu membawa Fino turun. Alisya segera keluar dari mobil dan menutup pintu mobil, dan segera membantu Restu membawa Fino masuk ke dalam rumah.
Keadaan rumah sudah terasa sepi, sepertinya mertua Alisya sudah tidur. Syukurlah, ini sesuai harapan mas Restu tadi, gumam Alisya. Kemudian mereka membawa Fino menaiki tangga dengan hati-hati karena kamar Fino berada di lantai atas.
Sesampainya di dalam kamar, Restu membaringkan Fino di tempat tidur, lalu pamit keluar.
"Sya, aku keluar dulu ya, kamu bisa tidur di sini. Baju tidur sudah aku siapin di lemari, kamu tinggal pilih saja." ucap Restu. Lalu hendak berjalan keluar kamar meninggalkan Alisya bersama si manekin hidup yang sudah terlelap.
"Iya, terimakasih mas Restu."
"O iya, jangan bilang-bilang pada nyonya Ambar atau tuan kalau malam ini Fino mabuk berat ya." ujar Restu memperingatkan saat hendak menutup pintu. Alisya mengangguk mengerti.
Setelah kepergian Restu, Alisya ke kamar mandi, ia ingin membersihkan dan menyegarkan diri.
"Kamu ? Untuk apa kamu ada di sini ? pergi ! pergi ! pergi !" Fino mengigau.
Alisya tertegun mendengar suara itu, setelah selesai, ia segera keluar kamar mandi. Ia melihat Fino masih terlelap di tempat tidur.
Terus yang tadi suara siapa ya ? Apa mas Fino mengigau ?
"Ah sudahlah biarkan saja, lebih baik aku tidur sekarang, ini sudah hampir pagi." ucap Alisya pelan.
Alisya membaringkan tubuhnya di atas sofa panjang dan empuk sekali rasanya. Ia terlelap dengan sendirinya tanpa ada drama memikirkan masa depan bersama si manekin hidup yang juga sudah tidur nyenyak di atas tempat tidurnya sendiri.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 122 Episodes
Comments
Lisa Sasmiati
yg sabar ya sya
2020-07-29
5
Sukma Wati
sabar ya alisya ...
2020-07-28
4
Tina
banyak bersabar ya Alisya
2020-07-12
1