Tak lama setelah Alisya ganti dengan gaun yang kedua, Fino datang. Ia menyapa Renata dengan ramah sambil berpelukan, tapi saat melihat Alisya pandangannya berubah, tatapannya begitu tajam, sampai Alisya tertunduk tidak berani untuk menatapnya.
"Res, kamu bisa kembali ke perusahaan. Aku akan melakukan prewedding dan mengurus undangan. Dan secepatnya akan kembali ke perusahaan." ucap Fino pada Restu, namun dia masih menatap wanita bergaun pengantin di depannya.
Ternyata wanita ini memang cantik, persis seperti yang dikatakan Restu kemarin, batin Fino.
"Baiklah, kalau begitu, aku pergi sekarang." ucap Restu setelah pamit pada Alisya dan Renata lalu berjalan meninggalkan mereka bertiga.
"Bagaimana menurutmu Fin ? Dia tambah cantik kan dengan gaun ini ?" tanya Renata mengibaskan ujung gaun yang Alisya kenakan.
"Hemm." memalingkan wajahnya dari menatap Alisya.
Apa ? Dia cuma menjawab 'hemm'. Aku kira dia menatapku karena terpesona, ternyata tidak sama sekali. Arrgghh.. kesalnya.
Setelah itu Fino menanyakan dimana studio untuk foto preweddingnya pada Renata. Lalu dia segera membawa mereka ke ruangan sebelah, ruangan yang lebih luas, terdapat banyak peralatan untuk foto-foto serta beberapa crew yang bekerja.
Di situ Alisya di rias dulu, ia minta riasan yang natural, seperti biasanya. Lalu ia dan Fino melakukan sesi foto, semua pose mengikuti arahan dari fotografernya. Alisya sedikit kikuk, karena baru kali ini ia dipegang tangan maupun dipeluk oleh laki-laki, apalagi laki-laki seperti Fino. Tapi berbeda dengan Fino, iq terlihat biasa saja, ia melakukannya dengan rileks mengikuti arahan dari fotografer, seperti sudah pernah melakukan ini sebelumnya.
Selesai foto prewedding, mereka kembali ke ruangan Renata. Dia menunjukkan beberapa jenis surat undangan, kemudian Fino memilihnya. Tanpa bertanya dulu pada Alisya, ia memilih satu jenis undangan yang cukup mewah lalu memberikannya pada Renata. Renata mengangguk mengiyakan.
"Jumlah dan nama-nama tamu undangannya nanti aku kirim lewat email." ucap Fino. Renata kembali mengangguk mengiyakan.
Setelah itu Fino dan Alisya pamit pulang. Alisya berkali-kali mengucapkan terimakasih pada Renata, dia menjawab dengan ramah dan senyuman selalu tersungging di bibirnya.
Alisya mengikuti langkah kaki Fino yang menurutnya terlalu cepat. Sejak kedatangannya tadi, dia sama sekali belum menyapa Alisya. Kalau bukan karena ayahnya ia sudah berpikir untuk kabur sejak tadi.
Setelah sampai di depan mobil Fino, ia menyuruh Alisya masuk, itu pun hanya dengan bahasa isyarat, dia hanya membukakan pintu untuk Alisya, agar ia masuk ke dalam mobilnya. Sepertinya stok sabar Alisya harus terus ia pupuk hingga mereka tumbuh lebih baik dan subur, agar nanti siap menghadapi sikap Fino ke depannya.
Dalam perjalanan Fino hanya fokus di belakang kemudi. Sedangkan Alisya menghadap ke jendela, memandangi pepohonan yang sepertinya menertawakan nasib yang ia alami.
***
Tak lama mereka berhenti di sebuah pusat perbelanjaan. Lalu Fino menyuruh Alisya untuk turun dan mengikutinya. Fino berhenti di sebuah toko perhiasan, sepertinya ini toko perhiasan paling besar yang pernah ia lihat, pikir Alisya. Kemudian Fino memanggil seorang pelayan dan menyuruhnya untuk menunjukkan sepasang cincin pernikahan yang spesial. Pelayan itu menunjukkan beberapa model cincin yang tersimpan khusus di sebuah brangkas kecil.
"Ini tuan barangnya, ada beberapa jenis, silahkan memilih tuan." ucap pelayan itu.
Kemudian Fino memilih sepasang cincin, lalu memberikannya pada Alisya untuk dicoba. cukup ucap Alisya pada Fino, lalu ia menyuruh pelayan itu untuk mengemasnya.
"Aku ambil yang ini, segera kemas dengan rapih." ucap Fino. "O ya, jangan simpan model seperti ini lagi di toko, aku muak melihatnya. (menunjuk satu model cincin wanita di etalase)." Pelayan itu pun mengangguk.
Alisya mengernyitkan dahi.
Seperti toko miliknya saja, seenaknya menyuruh orang untuk menyingkirkan cincin bagus seperti itu.
Setelah selesai mengemasnya, pelayan itu memberikannya pada Fino sambil mengangguk tersenyum. Kemudian Fino menerimanya lalu berjalan meninggalkan toko perhiasan tanpa membayar terlebih dahulu.
Alisya terheran-heran, sebenarnya ia ingin menegur Fino, tapi ia tidak berani. Tatapan mata Fino saja sudah membuatnya bergidik.
Kemudian Fino berhenti di sebuah restoran mewah. Alisya sampai merasa canggung mengikutinya, apalagi setelah melihat orang-orang yang sedang makan di situ, bukan dari kalangan orang biasa, tapi ini kalangan orang terpandang, Fino memilih tempat duduk yang menghadap ke jendela, pemandangan yang bagus.
"Kita makan dulu, setelah itu aku akan mengantarmu pulang." ucap Fino datar. Alisya mengangguk. Ini pertama kalinya ia mendengar Fino bicara padanya, Alisya merasa senang, tapi ia tak terlalu perduli, toh nanti juga Fino membisu lagi, pikirnya.
Saat menunggu makanan, Alisya memberanikan diri bertanya soal toko perhiasan tadi. "Mas Fino".
"Hemm." tanpa berpaling dari ponselnya.
"Tadi saat beli cincin, kok mas Fino tidak membayarnya ? Memang itu toko milik mas apa ?"
"Hemm."
Jawaban yang sama, membuat orang harus menafsirkan sendiri ucapannya.
Memang dia pikir aku penerjemah bahasa isyarat apa ya ? keluh Alisya dalam hati.
Tak lama datang seorang pelayan membawa buku menu, lalu Fino menyuruh Alisya untuk memilih menu yang ia inginkan.
Tidak membutuhkan waktu lama, makanan pesanan mereka sudah tiba. Lalu mereka makan dengan tenang diiringi musik syahdu dan romantis yang terdengar sejak mereka masuk ke restoran ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 122 Episodes
Comments
Chita Itha
sekarang jual mahal nanti habis nikah pasti bucin deh
2020-08-10
8
Siti Rahayu
cerinya asyik gk ber tele2
2020-08-05
5
Yeyen Dhevan
ko jutej sih mas
2020-08-03
1