Akhirnya mereka sampai di tempat tujuan, tempat makan lesehan favorit Alisya sejak dulu. Ia sudah lama tidak datang ke sini, sepertinya semenjak Malik di mutasi ke Bali, karena kalau ke sini, pasti Malik yang membayarnya.
Tak lama datang seorang pelayan memberikan daftar menu, makanan di sini bukanlah makanan yang mewah. Menunya sederhana, ada beberapa paket olahan ayam, seperti paket ayam bakar, ayam goreng, ayam penyet, ayam geprek tapi ada juga olahan ikan seperti nila goreng, lele goreng, gurame asam manis. Sayurnya ada capcay, cah kangkung, cah tauge, balado terong, serta ada menu favorit yang selalu habis duluan yaitu balado pete.
Alisya memesan paket ayam bakar dan es lemon tea, Nisa ayam penyet dan jus sirsak, bang Dul dan ayahnya memesan menu yang sama, gurame asam manis serta capuccino, tak lupa 2 porsi balado pete, itu favorit Herman dan Malik.
"Ah sayangnya kak Malik nggak ikut makan bersama kita di sini." gumam Alisya sembari memberikan kertas pesanan kepada pelayan.
"Lain kali juga bisa Sya, kita pasti akan kembali lagi ke sini." ucap Nisa. "Lagian di sana dia pasti bahagia bersama para pasiennya yang menggemaskan, haha." ujar Nisa sembari tertawa. Alisya ikut tertawa sambil membayangkan kata 'pasien', paling kalau nggak anjing ya kucing pasien Malik.
Saat menunggu pesanan, ponsel Alisya berbunyi, ia segera memeriksanya, ternyata itu panggilan video dari Malik. "Benar-benar panjang umur nih orang, pikir Alisya.
Lalu ia menerima panggilan itu dan menunjukkan keberadaannya sekarang.
"Wah, tega sekali kalian tidak mengajakku makan bersama." ucap Malik dengan wajah sedikit kecewa.
"Hellow adikku tersayang, memang jarak antara Jakarta-Bali itu dekat apa ? sehingga kami harus mengajakmu." jawaban Nisa, menyadarkan Malik kalau sekarang ia sudah berada jauh dari tempat tinggalnya.
"Iya iya aku tahu, tapi setidaknya kan kalian menghubungiku kalau mau makan bersama, mungkin aku bisa ikut." ucap Malik masih dengan nada kecewa, sedikit senyum usil tersungging di bibirnya, namun tidak ada yang menyadari itu.
"Untuk apa menghubungimu, kau pun tak mungkin datang ke sini. Hari ini wisuda adikmu tapi kau tak menyempatkan hadir." sindir Nisa.
"Sudahlah kak Nisa, aku maklum kok kak Malik tidak menghadiri wisudaku, sekarang kan ia sudah tinggal jauh di Bali, mungkin sulit untuk izin pulang." ucap Alisya melerai pertengkaran kedua kakaknya.
Bang Dul menenangkan Nisa, agar tidak melanjutkan ocehannya yang menyindir Malik. Ayahnya hanya bisa menggelengkan kepala sambil tersenyum melihat tingkah kedua anaknya yang seperti kucing dan anjing.
Namun Alisya sedikit curiga pada Malik. Ia terlihat sedang dalam perjalanan, ini kan masih jam kerja, tapi kenapa ia tidak berada di kantor, batin Alisya.
Oh mungkin kak Malik ada tugas di luar, jadi pergi menggunakan kendaraan, pikirnya.
Tapi karena penasaran Alisya menanyakannya sekalian menanyakan keadaan Malik juga.
"Kak Malik sehat di sana ? sepertinya kakak sedang di dalam mobil, sedang ada tugas di luar ya kak ?"
"Alhamdulillah aku sehat de, bagaimana kabar kalian, sehat juga kan ?" Malik malah balik bertanya, ia tidak merespon pertanyaan adiknya.
"Alhamdulillah kami semua di sini sehat-sehat kak."
"Syukurlah kalau begitu, aku tutup dulu ya de, sudah mau sampai tujuan nih, nanti aku kabari lagi, Assalamualaikum." ucap Malik berpamitan dari balik telpon.
"Iya waalaikumsalam kak." jawab Alisya.
Setelah setengah jam lewat, pesanan mereka datang, makanan memenuhi meja yang tadi hanya ada kotak tissu dan wadah sendok-garpu, untungnya Delisa tidur sejak tadi sampai di sini, kalau tidak ia pasti sudah mengacak-acak meja yang penuh dengan makanan ini.
Saat mereka hendak menyantap makanan, seorang pria tampan berkacamata mendekat dengan membawa kue tart mini dan sebuket bunga, "kejutan" ucapnya dengan senyum sumringah.
Semua orang tercengang melihatnya, termasuk Alisya, ia tak percaya kalau yang datang itu Malik, kakaknya. Tak terasa air matanya menetes, ini bukan air mata kesedihan melainkan air mata bahagia.
Refleks ia bangun lalu memeluk Malik erat, yang dipeluk tak bisa membalas karena tangannya masih memegang buket bunga serta kue tart mini yang hampir terjatuh. Alisya segera melepas pelukannya, setelah Malik berbisik kalau ia sungguh berlebihan, ucap Malik diiringi tawa kecilnya.
"Kak Malik jahat, kenapa tidak memberi kabar kalau mau datang." tegur Alisya sedikit cemberut.
"Kalau aku bilang dulu, bukan surprise namanya." balas Malik sembari menyimpan kue tart, memberikan buket bunga pada Alisya lalu mencium punggung tangan ayahnya, bang Dul dan Nisa bergantian. Nisa terlihat kesal karena tingkah Malik ini. "Sudahlah kak tidak usah marah, nanti cepet tua loh, hehe." ucap Malik menyindir Nisa yang cemberut.
"Kamu Mal, memang tak pernah berubah sejak dulu, selalu membuatku kesal. Tapi aku senang kamu datang, walaupun terlambat."
"Iya maaf, tadi ada sedikit kendala di bandara jadi aku tidak bisa hadir di acara wisudanya padahal aku sudah berusaha mencari penerbangan sepagi mungkin tapi ada saja hambatannya."
"Ya sudah tidak apa-apa, sebaiknya sekarang kamu pesan makanan, pasti kamu lapar juga kan setelah perjalan jauh." Herman, menepuk pelan punggung anak laki-laki nya itu.
"Iya Mal, pesan dulu sana supaya cepat datang, jadi nanti kita makannya sama-sama." ucap bang Dul yang sepertinya sudah mulai kelaparan.
"Baiklah."
Tidak lama setelah Malik memesan, makanan pun datang, karena tidak terlalu ramai jadi cepet tersaji pesanannya. Lalu mereka mulai makan bersama, sesekali ada obrolan kecil, namun celotehan Delisa yang lebih mendominasi mengiringi suasana makan mereka.
***
Tanpa disadari, tak jauh dari tempat duduk mereka, ada sepasang mata yang sedang memperhatikan. Dan sesekali mengambil gambar secara sembunyi-sembunyi, lalu mengirimkannya pada seseorang yang sepertinya memang sudah menunggunya. Setelah dirasa sudah mendapatkan banyak informasi, pria itu bergegas pergi meninggalkan tempat makan tersebut. Tak lama setelah ia keluar, ada panggilan masuk di ponselnya.
"Bagaimana, kau sudah mendapatkan informasi mengenai keluarga itu?"
"Sudah nyonya, ini saya sedang menuju rumah nyonya untuk menyampaikan informasi mengenai mereka."
"Baiklah, saya tunggu segera."
Lalu pria itu menutup telponnya dan masuk ke dalam mobil sedan berwarna hitam yang tampak mengkilap terpapar sinar matahari.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 122 Episodes
Comments
Nuralam
ada mata"
2021-07-13
0
Bano Hapsari
siapaa ini??
2020-12-28
1
ARSY ALFAZZA
🌷🌷🌷
2020-11-01
0