Setelah kepergian Alisya
"Ayah, aku minta maaf, aku tidak bisa mencegah Alisya untuk tidak pergi. Ingin sekali mengatakan yang sebenarnya tadi, tapi..." ucap Nisa sambil terisak.
"Sudah tidak apa-apa Nis, biarkan dia pergi, dia masih diselimuti emosi. Dia pasti pulang setelah emosinya mereda. Kita tahu sifatnya, dia tidak akan melewati batas, jika ayah tidak mengizinkannya pergi, ia pasti tidak akan pergi. Sekarang dia masih kecewa, masih belum menerima keputusan ayah, tapi nanti setelah pikirannya jernih ia pasti mau menerimanya." ucap Herman tegar, walaupun sedikit kecewa karena sikap Alisya tadi.
"Iya ayah, kalau begitu ayah istirahat ya sekarang. Aku akan memasak untuk makan malam."
"Iya nak."
****
Sesampainya di rumah Lulu, Alisya takjub melihat betapa mewahnya taman depan yang dihias untuk pesta malam nanti. Ia kira pestanya akan di dalam rumah, tapi ternyata di taman depan. Lulu yang melihat kedatangan Alisya segera menghampirinya, Alisya langsung memeluknya dan tak terasa air matanya mengalir dan membasahi bahu Lulu. Lulu yang merasakan keanehan ini segera mengajak Alisya masuk ke kamarnya. Lulu masih terus mencoba menenangkan Alisya, sampai akhirnya ia menceritakan semua kejadian di rumahnya tadi pada Lulu.
"Sya, apa kamu sudah mencoba bertanya alasan sebenarnya ayah kamu tidak mengizinkan ?" tanya Lulu.
"Belum sih, tapi pasti alasannya sama seperti sebelumnya." jawab Alisya.
"Itu belum tentu Sya, kali aja ada alasan lain dibalik semua ini."
"Iya juga sih." ucap Alisya.
"Coba kamu ingat-ingat ucapan kak Nisa tadi, apa ada yang aneh ?"
Alisya mencoba mengingat semuanya. Sepertinya ada, gumamnya. (Kalau kamu tidak mau melihat ayah jatuh sakit).
"Ya Tuhan, apa itu.... ?"
"Itu apa Sya ?" Lulu memotong ucapan Alisya.
"Aku tidak yakin sih Lu, tapi sepertinya ada sesuatu pada ayah, yang belum aku tahu. Setelah acara ulang tahunmu, aku akan menanyakannya langsung pada ayah sekalian meminta maaf padanya." ucap Alisya, memeluk Lulu lagi.
Apa ayah sakit, tapi sakit apa ? sepertinya cukup serius. Ya Tuhan, aku jadi merasa bersalah tadi sudah meninggalkan rumah dalam keadaan emosi, bagaimana kalau terjadi sesuatu pada ayah. ucapku pelan. Tapi kalau aku pulang sekarang, aku pasti membuat Lulu kecewa. Ya Tuhan, ampuni aku dan lindungi ayahku.
***
Di rumah Alisya
Selepas shalat magrib, semua orang di rumah menikmati makan malam yang telah disiapkan Nisa, semua makan dengan tenang. Sebenarnya Malik ingin sekali bertanya dimana keberadaan adiknya, namun melihat kondisi seperti ini, ia mengurungkan niatnya. Setelah selesai makan Nisa masuk ke kamar untuk menidurkan Delisa yang sudah mulai mengantuk. Ayah pamit kembali ke kamar untuk beristirahat. Tinggal Bang Dul dan Malik yang tersisa di meja makan.
"Bang, kok aku nggak lihat Alisya ya ? Kemana dia ?" tanya Malik pada Bang Dul.
"Kalau kata Nisa, Alisya pergi ke rumah temannya, ada pesta ulang tahun gitu katanya." jawab Bang Dul.
"Oh begitu, pantesan dari tadi aku nggak dengar suaranya." ucap Malik lalu pamit pada Bang Dul untuk keluar rumah sebentar.
Tak lama setelah Malik keluar, ada orang yang mengetuk pintu depan sembari mengucapkan salam. Perasaan Malik baru keluar, masa udah balik lagi, sebentar banget, tapi tumben dia pakai ketuk pintu dulu ya, gumam Bang Dul. Karena penasaran Dul segera ke ruang depan untuk melihat siapa yang datang, membalas ucapan salamnya lalu membukakan pintu. Setelah membuka pintu, Dul sedikit terkejut dengan tamu yang datang, ia tidak mengenal mereka, pakaian mereka sangat rapih. Seorang pria masih muda dengan setelan jas berwarna hitam dan seorang wanita paruh baya dengan dress lengan pendek di bawah lutut bermotif bunga, walau sudah tidak muda lagi tapi masih terlihat cantik dan elegan.
"Maaf tuan, apa benar ini rumah bapak Suherman ?" Pertanyaan pria berjas mengejutkan Dul yang masih terpesona melihat penampilan orang di depannya.
"Eh iya benar pak." jawab Dul sedikit gugup. "Maaf ada keperluan apa ya dengan mertua saya ?" Dul lanjut bertanya.
"Ada hal yang ingin saya bicarakan dengan pak Suherman." jawab wanita paruh baya sembari tersenyum.
"Oh begitu, silahkan masuk pak, bu, saya panggilkan ayah dulu." ucap Dul mempersilahkan tamunya masuk lalu menemui ayah.
Tak lama setelah Dul memanggil ayah, ayah keluar dari kamar bersamaan dengan Nisa. Nisa sedikit kaget setelah melihat ada tamu yang sudah duduk di ruang depan bersama suaminya. Lalu ia bersama ayah menghampiri mereka. Dul pamit ke kamar, ia tidak ingin ikiut campur karena sepertinya ini hal pribadi yang menyangkut keluarga ayah mertuanya.
"Selamat malam pak Suherman, mbak juga maaf mengganggu waktu istirahat kalian. Saya Restu dan ini majikan saya, Nyonya Ambar." ucap pria berjas memperkenalkan diri, menganggukkan kepala lalu tersenyum pada kami. Kami pun membalas dengan senyum penuh tanda tanya.
"Maaf, ada yang bisa kami bantu pak, bu ?" Tanya Herman setelah duduk di sofa.
"Begini pak, nyonya Ambar (melirik pada wanita di sebelahnya) ingin bicara dengan anda, ini mengenai janjinya dulu kepada almarhumah Ibu Ayu, istri anda." ucap Restu.
"Almarhumah istri saya ?" Suherman terhenyak ketika mendengar nama istrinya disebut.
"Iya istri anda pak." ucap bu Ambar.
"Dulu saat melahirkan, saya ditolong oleh istri anda. Sebelumnya saya bersama suami sudah mendatangi beberapa klinik tapi semua menolak karena saya tidak memiliki uang. Saat saya sampai di klinik ibu Ayu, ia menyambut saya dengan ramah, awalnya saya ragu untuk jujur kalau saya tidak memiliki uang, saya takut ditolak lagi seperti sebelumnya, tapi saya salah, ibu Ayu malah tersenyum lalu menyuruh saya masuk dan beristirahat. Ia menyiapkan semua peralatannya, saat kontraksi saya mulai intens, ibu Ayu dengan sigap melayani, sampai akhirnya anak laki-laki saya lahir dengan sehat dan selamat." nyonya Ambar tersenyum. "Saya sangat bersyukur bisa dipertemukan dengan beliau, kalau tidak entah bagaimana nasib saya dan anak saya, mungkin saya bisa kehilangan dia." ucapnya lirih. "Setelah semuanya selesai, ibu Ayu menyerahkan bayi mungil itu kepada suami saya. Lalu ia menghampiri saya untuk memberi obat, kemudian kami sedikit berbincang-bincang. Setelah melihat kebaikan ibu Ayu, saya terpikir untuk membuat janji pada diri saya sendiri dan pada ibu Ayu juga, jika suatu saat saya dan suami sudah sukses, saya akan menjodohkan anak saya dengan anak pertama ibu Ayu." Nisa kaget mendengar ucapan terakhir bu Ambar.
bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 122 Episodes
Comments
Tri Astuti
waduh...
2022-12-30
0
ARSY ALFAZZA
🏵️🏵️🏵️
2020-11-01
2
GreenLee
uuuuhhhuuuuukkkk
2020-08-16
0