Di rumah Fandi, Fandi bersama orang tuanya dan juga Olivia sedang berkumpul di ruang keluarga. Mereka sedang membicarakan hari pernikahan Fandi dan Olivia.
''Lihat Olivia-Fandi, undangan pernikahan kalian sudah jadi. Mama bahagia sekali karena minggu depan kalian akan segera menikah. Apa kalian suka dengan pilihan Mama?''
''Aku suka sekali Tante. Pilihan Tante memang tidak berubah sejak dulu.''
''Katering sudah beres, undangan sudah siap di sebar, fitting baju pengantin pun sudah siap dan cincin pernikahan tinggal mengambilnya saja. Nanti kalian pergi bersama ambil cincin pengantin di toko langganan Mama ya.''
Sedari tadi Fandi hanya diam dan tidak mempedulikan ucapan Mamanya sama sekali. Hanya Olivia yang begitu semangat untuk menyambut pernikahan itu. Di pikiran Fandi saat ini hanyalah Shenna.
''Fandi, jangan sampai kamu mengacaukan pernikahan ini. Papa sudah mengumumkan pesta pernikahan kalian kepada relasi bisnis Papa. Dan jangan sampai kamu membuat Mama mu sakit seperti beberapa waktu lalu.'' Pesan Tuan Ifan pada putranya.
''Bagaimana kalau aku tidak mau menikah dengan Olivia? Kenapa semuanya buru-buru seperti ini? Apa salah Sheena di mata Papa dan Mama? Dia gadis yang baik, jujur, pintar dan sederhana.'' Fandi menumpahkan isi hatinya begitu saja.
''Fandi, kamu masih memikirkan gadis itu? Mama heran apa yang dia lakukan sampai kamu begitu tergila-gila padanya. Olivia itu terbaik untuk kamu. Apalagi kalian adalah teman sejak kecil. Baik buruknya kamu, Olivia sudah tahu dan mau menerimanya begitu juga sebaliknya. Keluarga kita pun juga sudah dekat sejak lama. Lalu apa yang salah? Bibit, bebet dan bobotnya sudah sangat jelas.'' Kata Nyonya Citra.
''Apa bibit, bobot dan bebet itu penting? Pernikahan tanpa cinta apa bahagia Mah-Pah?''
''Cinta itu akan datang seiring berjalannya waktu. Apalagi kalian sudah saling mengenal. Gadis itu asal usulnya tidak jelas. Kalau kamu menikah dengan dia, bagaimana dengan reputasi keluarga kita? Pikir itu baik-baik Fandi! Ini semua juga untuk masa depan kamu.'' Jelas Tuan Ifan. Olivia sangat sedih saat mendengar ucapan Fandi namun ia tidak akan menyerah untuk mendapatkan Fandi.
''Fan, aku akan menunggu kamu sampai kamu bisa membuka hati kamu untuk aku. Jujur saja saat aku mendengar kalau kita di jodohkan, aku sangat bahagia. Karena aku tidak perlu lagi mengenal jauh siapa calon suami aku. Kalaupun kita menikah nanti, aku juga tidak akan memaksamu untuk mencintaiku. Kita jalani pernikahan kita layaknya seorang sahabat saja.'' Kata Olivia dengan mata berkaca-kaca.
''Kamu dengar Fandi? Olivia begitu tulus. Kurang apalagi Olivia? Dia bukan hanya cantik tapi juga pintar dan asal usul keluarganya jelas. Kamu jangan membuat Papa malu karena keegoisan kamu.''
''Fandi lebih baik kamu bersama Olivia, pergi menuju toko perhiasan langganan Mama. Ambil cincin pernikahan kalian. Mama mohon, jangan kecewakan Mama. Olivia sudah tulus mencintaimu jadi kamu jangan sia-siakan dia. Atau kamu akan kehilangan Mama.'' Itulah ancaman yang selalu menjadi andalan Nyonya Citra untuk mengancam putranya itu. Nyonya Citra memang sangat dominan dalam mengatur kehidupan putranya itu.
Fandi dengan wajah kesalnya segera beranjak dari sofa untuk memenuhi perintah Mamanya.
''Tante-Om, aku permisi ya.''
''Hati-hati ya sayang,'' pesan Nyonya Citra. Olivia lalu berjalan dengan langkah terburu untuk mengikuti Fandi. Selama di dalam mobil, hanya ada keheningan disana.
''Fan, maafkan aku.'' Lirih Olivia yang berusaha membuka obrolan.
''Seharusnya kamu bisa menolaknya dan tidak mengganggu hubunganku dengan Sheena.''
''Aku tidak kalau kamu memiliki seorang kekasih. Jadi saat mendengar perjodohan kita, aku sangat bahagia dan aku memutuskan untuk kembali. Kamu tidak perlu khawatir, Fan. Sekalipun kita sudah menikah, kamu masih bisa berhubungan dengan Sheena. Yang terpenting orang tua kita tidak menahan malu dengan semua ini.''
''Apa selama di luar negeri, tidak ada pria yang mendekatimu? Apa kamu sama sekali tidak mempunya kekasih?''
''Aku pernah dekat dengan beberapa pria tapi tidak ada yang seperti kamu, Fan. Semua itu hanya bertahan sebentar toh perjodohan kita juga sudah di atur sangat lama bahkan sejak kita masih kecil. Itulah yang di katakan oleh Papa dan Mama ku jadi percuma saja aku menjalin hubungan dengan pria lain karena ujung-ujungnya, kamu dan aku akan di jodohkan.'' Jelas Olivia.
''Pemikiran mereka sungguh sangat kuno,'' kata Fandi dengan senyum getirnya.
Sesampainya di toko perhiasan, Fandi menurunkan Olivia begitu saja
''Ambillah cincin itu dan pulanglah naik taksi. Aku ada urusan sebentar.'' Kata Fandi dengan sikap dinginnya.
''Baiklah kalau begitu. Kamu hati-hati.'' Kata Olivia yang berusaha mengerti Fandi. Fandi lalu melajukan mobilnya menuju rumah kontrakan Sheena. Sejak Sheena resign, Fandi sibuk mencari keberadaan Sheena secara diam-diam sampai akhirnya Fandi mengetahui dimana keberadaan Sheena saat ini.
-
Saat Sheena hendak berangkat kerja, ia sangat kaget melihat Fandi sudah di depan pintu kontrakannya.
''Fan-Fandi!" ucapnya tergagap.
''Shenna!" ucap Fandi seraya memeluk Shenna.
''Aku sudah mencarimu kemana-mana, Sheena. Akhirnya aku bisa menemukanmu juga. Aku sangat merindukanmu.''
''Fandi, lepaskan aku! Semuanya sudah berakhir, Fan.''
''Tapi tidak bagiku, Sheena. Sejak kamu resign dari kantor, aku sangat gelisah dan hampir gila memikirkanmu.''
''Fan, kamu sudah di jodohkan dengan Nona Olivia dan Mama kamu saja tidak merestui hubungan kita. Aku tidak mau hubungan kita berjalan tanpa restu.''
''Sheena, kita bisa menjalani secara backsreet. Aku akan menuruti apa yang Mama ku inginkan tapi aku juga tidak akan meninggalkan kamu.''
''Fandi, itu tidak benar. Itu akan menyakiti Nona Olivia dan Mama kamu.''
''Aku tidak peduli! Aku hanya mencintai kamu. Mama dan Papa sudah mengatur pernikahan ku dengan Olivia. Minggu depan kami akan menikah.''
Mendengar apa yang Fandi ucapkan, membuat dunia Sheena serasa runtuh. Sheena tidak menyangka kalau Fandi akan menikah secepat ini.
''Selamat ya Fan. Semoga kalian bahagia.'' Kata Sheena dengan suara bergetar sambil melepaskan pelukan Fandi.
''Sheena, jangan bohongi perasaanmu. Kamu juga masih mencintaiku kan? Aku ingin kita hidup bersama. Ayo kita perjuangkan cinta kita!" Kata Fandi sambil menggenggam erat tangan Sheena. Mata Sheena berkaca-kaca, berusaha menahan air mata yang sudah menggenang di pelupuk matanya.
''Fan, aku memang masih mencintaimu. Tapi kita tidak bisa egois. Ada orang yang tersakiti dengan hubungan kita. Dan aku tidak mau itu terjadi.''
''Sheena aku mohon, ijinkan aku menghabsikan waktuku bersama mu sebelum hari pernikahan itu tiba.''
''Fan, sebaiknya kamu pulang. Aku akan pergi bekerja.'' Sheena lalu melepas genggaman tangan Fandi dan beranjak pergi namun tiba-tiba Fandi memeluknya dari belakang.
''Sheena, jangan tinggalkan aku. Bagaimana bisa aku hidup tanpa kamu? Aku mencintaimu tapi aku tidak bisa menyakiti Mama jadi aku akan menjalani keduanya. Aku siap mengorbankan diriku supaya kita tetap bisa bersama.''
Air mata yang sedari tadi Sheena tahan pun, tak bisa ia bendung. Air mata itu tumpah membasahi wajah cantiknya.
''Fan, lepaskan aku. Jangan membuat langkahku semakin berat untuk melepasmu.''
''Tapi aku tidak mau melepasmu, Sheena. Aku sangat mencintaimu. Olivia juga sudah tahu hubungan kita dan dia bahkan mau berkompromi dengan kita.''
''Tidak Fandi. Itu akan menyakitkan untuk Nona Olivia. Pergilah bersamanya dan aku merestui hubungan kalian. Kamu tidak usah memikirkan aku lagi. Aku juga akan mencari kebahagiaanku sendiri.''
''Sheena,'' lirih Fandi. Fandi pun tak kuasa menahan air matanya. Hatinya begitu sakit dan hancur karena harus berpisah dengan Sheena. Keduanya saling menangis menahan perih yang tak tertahan. Cinta yang datang tanpa restu memang sangatlah meyakinkan.
''Sheena, aku mohon, untuk hari ini saja habiskan waktumu dengan ku.''
''Maafkan aku Fandi. Aku harus segera pergi ke bekerja. Aku bisa terlambat karena ini adalah pekerjaan baruku.'' Kata Sheena. Fandi lalu melonggarkan pelukannya. Ia kemudian memutar tubuh Sheena untuk menghadapnya. Namun Sheena memilih menundukkan pandangannya karena ia tidak mampu menatap mata Fandi.
''Sheena, pandanglah aku sejenak sebelum kamu memilih mengakhiri semuanya.'' Ucap Fandi sambil mengangkat dagu Sheena. Sheena memberanikan diri untuk menatap Fandi.
''Kamu sungguh tidak mau memperjuangkan cinta kita?''
''Bukan aku tidak mau, Fan. Hubungan kita berjalan tanpa restu jadi aku tidak mau melanjutkannya. Kamu tahu restu orang tua sangatlah penting dalam sebuah hubungan terutama restu seorang Ibu. Jangan sakiti perasaan orang tua kamu hanya karena hubungan kita ini. Selagi kamu masih mempunyai orang tua, sayangilah mereka dan berbaktilah pada mereka. Aku yakin cinta itu akan datang sendirinya apalagi aku dengar Nona Olivia adalah teman masa kecilmu. Jadi tidak ada lagi yang perlu aku khawatirkan. Aku percaya bahwa Nona Olivia akan menjaga dan mencintaimu dengan tulus.'' Kata Sheena dengan air mata yang sedari tadi telah membahasi pipinya, begitu pula dengan Fandi yang sangat berat mengakhiri semuanya. Fandi kemudian kembali memeluk Sheena dengan sangat erat, ia juga mengecup pucuk kepala Sheena. Fandi lalu melepaskan pelukannya.
Fandi kemudian mengeluarkan sebuah kotak cincin dari saku celananya.
''Ini adalah cincin yang sudah aku siapkan untuk kita. Simpanlah cincin ini untukku. Aku sudah mengukir namaku dan namamu disana.'' Kata Fandi sambil menggenggamkan kotak cincin itu di telapak tangan Sheena. Sheena hanya bisa terdiam dan sesenggukan menahan tangisnya.
''Baiklah kalau itu memang keinginanmu, mari kita akhiri dengan meninggalkan kenangan indah.'' Ucap Fandi. Fandi lalu merangkul pinggang Sheena dan Fandi mendaratkan ciuman di bibir Sheena. Mereka lalu berciuman dengan tetesan air mata yang tidak bisa tertahan lagi. Ciuman itu semakin dalam, begitu pula dengan pelukan Fandu. Sheena pun melakukan hal yang sama, melingkarkan tangannya pada pinggang Fandi dengan sangat erat. Seolah waktu akan berhenti dan memihak pada mereka. Dalam tangis dan ciuman perpisahan itu, Fandi merasa bahagia karena Sheena masih mau membalas ciumannya yang berarti Sheena masih mencintainya. Setelah cukup lama berciuman, Sheena segera menyadari dan melepaskan pagutannya.
''Terima kasih untuk semuanya. Terima kasih untuk semua cinta dan kenangan indah yang kamu berikan, Sheena. Ingatlah bahwa sampai kapan pun aku akan mencintaimu dan aku akan membawa cintamu sampai aku mati.'' Fandi lalu mengecup kening Sheena dengan sangat dalam, kemudian Fandi pun pergi berlalu meninggalkan rumah Sheena. Selepas Fandi hilang dari pandangannya, Sheena menangis sesenggukan sambil menggenggam kotak cincin dari Fandi.
''Sheena, kamu harus kuat! Jangan cengeng!" ucap Sheena yang berusaha menyemangati dirinya sendiri.
Bersambung....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 253 Episodes
Comments
Eny Agustina
Duhhh kak author hebat... bisa bikin gue inget sang mantan..
.
.
Kiihihihihihiii
2022-07-05
0
Mien Mey
yah trmen sd sm sm patah hati nih😄
2022-02-12
0
Kar Genjreng
terbaru cinta ternyata tidak harus memiliki tapi saling mengikhlaskan..... lanjut🤣🤣🤣🤣🤣🤣 author
2022-01-19
0