Kini Sheena sedang duduk berdua di taman dengan Ayahnya sambil menikmati permen kapas kesukaannya.
‘’Ayah masih ingat juga permen kapas ini.”
“Tentu saja Ayah ingat. Semua tentang kamu tidak ada yang terlewat dalam ingatan Ayah. Kamu tampak kurus, Nak.”
“Tapi aku baik-baik saja, Yah meskipun terlihat kurus. Ayah juga sama. Ayah sehat kan?”
“Ayah sehat tapi sejak kamu pergi dari rumah, ***** makan Ayah jadi hilang. Ayah rasanya tidak sanggup hidup tanpa kamu.”
“Ayah, apa aku harus kembali lagi ke rumah? Kalau Ayah yang memintanya, aku akan kembali lagi ke rumah.”
“Tidak usah, Nak. Memintamu kembali ke rumah, sama hal nya dengan memintamu kembali ke kandang singa. Nak, jika suatu saat kamu sudah menemukan orang tua kandungmu, beri tahu Ayah. Ayah ingin meminta maaf pada mereka karena Ayah gagal memberimu masa depan yang layak. Bukan kebahagiaan tapi justru kesengsaraan yang kamu dapat.”
“Ayah, jangan bicara seperti itu. Aku bahagia sekali dan aku sangat bangga memiliki Ayah seperti Ayah meskipun Ibu tidak pernah menginginkan kehadiranku.”
“Ayah setiap saat selalu berdoa untuk kebahagiaanmu kelak. Ayah yakin kehidupanmu kedepannya akan lebih baik lagi.”
“Dan aku juga selalu berdoa supaya Ayah selalu sehat dan kita bisa berkumpul bersama.” Kata Sheena sambil menggenggam tangan yang kasar itu. Hati Sheena sungguh teriris, merasakan betapa kasar tangan yang ia genggam. Tangan yang tidak pernah berhenti bekerja untuk memberinya kehidupan. Pak Damar kemudian mengeluarkan uang dari dompetnya.
“Ini hasil Ayah menarik ojek dua hari. Semua ini Ayah kumpulkan untuk Ayah berikan kepadamu.”
“Ayah, berikan saja pada Ibu. Aku masih ada uang kok, Yah. Lagi pula besok aku sudah mulai bekerja di kantor tempat Lila bekerja meskipun hanya menjadi office girl.”
“Tidak, Nak. Selama kamu belum menikah, kamu masih menjadi tanggung jawab Ayah.” Kata Pak Damar sambil menggenggamkan uang itu di telapak tangan Sheena.
“Ayah…’’ lirih Sheena sambil memeluk kembali Ayahnya. Ia tidak bisa membendung air matanya. Air mata haru dan kesedihan bercampur menjadi satu.
-
Malam harinya, Nyonya Dira menunjukkan video yang telah ia rekam tentang kebusukan Flora pada suaminya.
“Sudah ku duga kalau dia bukan wanita baik-baik, Mah. Sebaiknya kita beritahu Arsen.”
“Jangan Pah. Dia sedang sibuk mengurus proyek barunya. Tadinya Mama juga seperti itu tapi Mama mengurungkan niat itu demi kebaikan Arsen. Yang menjadi beban pikiran Mama, apa benar Arsen mengidap OCD?” Kata Nyonya Dira dengan mata berkaca-kaca.
“Mah, kenapa kamu malah termakan dengan ucapan mereka? Tentu saja tidak. Buktinya saat bersama kita, dia tidak pernah bersikap berlebihan. Sepertinya dia seperti itu hanya dengan orang asing saja.”
“Tapi kenapa dengan Flora dia juga seperti itu, Pah? Untuk berpelukan saja masa iya harus di semprot pakai cairan anti bakteri itu. Mama khawatir dengan masa depan Arsen, Pah. Bagaimana pasangannya mengimbangi cara hidup Marvel? Kamu tidak tahu saja, kalau di kamar mandinya ada berapa handuk yang harus di gunakan untuk mengelasp tangannya. Bahkan mandi pun handuk sekali pakai. Mama bahkan mengumpulkan handuk sekali Arsen lalu mama laundry lagi dan Mama bawa ke rumah singgah. Bahkan di setiap sudut rumahnya selalu terpasang yang namanya handsinitizer. Mama sedih, Pah.” Cerita Nyonya Dira yang mulai terisak.
“Mah, jangan berpikir berlebihan. Itu semata dia memang sangat perfeksionis. Yang jelas saat ini kita harus jauhkan Arsen dari wanita itu. Dan kita carikan dia wanita yang bisa menerima dia apa adanya. Ya setidaknya wanita itu harus seperti kamu, Mah. Cewek bar-bar yang pemberani tapi berhati malaikat. Sama seperti kita dulu, cuma Mama yang berhasil membuat Papa jatuh cinta.” Kata Tuan Keenan yang berhasil membuat senyum istrinya mengembang.
“Oh ya Pah, aku teringat sesuatu.”
“Teringat apa, Mah?”
“Papa ingat Sheena? Itu teman SD Arsen. Kamu tahu sendiri kan Arsen mana pernah punya teman. Hanya Shenna saja yang mau berteman dengannya, meskipun ia sering kali kesal dengan Shenna.”
“Sheena? Sheena yang mana ya, Mah?” tanya Tuan Keenan yang berusaha mengingat kembali nama Sheena.
“Papa ingat, saat perpisahan SD waktu itu. Queen dan Raja maju keatas panggung untuk menjadi walinya Sheena. Karena orang tua Sheena berhalangan hadir.”
“Oh iya, Mah. Sekarang Papa ingat. Ada apa dengannya, Mah?”
“Hari ini Mama bertemu dengannya sedang bersama anak jalanan. Tapi dia buru-buru karena ingin bertemu dengan Ayahnya. Dia tumbuh menjadi gadis yang sangat cantik, Pah. Bagaimana kalau kita dekatkan mereka saja?”
“Kita lihat dulu latar belakang keluarganya, Mah. Bukan masalah miskin atau kaya tapi Mama tahu sendiri kalau Papa tidak mau kalau Arsen salah pilih seperti masa lalu Papa dulu.”
‘’Papa percaya saja pada Mama. Feeling Mama tidak akan pernah salah. Dan Mama kan cari tahu tentang dia. Sedangkan Papa awasi pergerakan Flora.”
“Baiklah Mah. Sebenarnya Darwin juga cerita kalau seandainya putrinya masih hidup, dia ingin sekali menjodohkannya dengan Arsen. Tapi sayang, hanya Arthur yang dia punya.”
“Iya juga ya, Pah. Mama sebenarnya juga setuju karena sudah jelas bagaimana keluarga mereka. Kasihan juga mereka.”
“Kita kan bisa menjodohkan Arthur dan Belinda. Iya kan?”
“Hmmm mereka setiap bertemu seperti Tom N Jerry, Pah. Entahlah mereka bisa akur atau tidak.” Kata Nyonya Dira seraya tersenyum kecil.
-
‘’Ayah, sebaiknya kita pindah dari sini.”
“Pindah kemana lagi?” tanya Pak Damar .
“Sebenarnya anak Ayah itu Sinta atau si anak pungut itu sih?” sahut Sinta yang tidak bisa menahan rasa kesalnya.
“Kalian berdua anak Ayah, Sinta.”
“Bohong! Ayah lebih menyayangi anak pungut itu daripada aku. Jangan pikir aku tidak tahu kalau Ayah memberinya uang. Uang hasil ojek selama dua hari Ayah kumpulkan hanya untuk dia. Sedangkan aku dan Ibu yang meminta, Ayah bilang tidak ada. Apa itu adil, Yah? Aku melihatnya sendiri tadi Ayah menemuinya di taman. Ayah jahat!” kesal Sinta sembari berlalu menuju kamar. Sinta bahkan menutup pintu kamarnya dengan kasar.
“Sudah puas kamu? Puas membuat kami sakit hati demi membela anak pungut itu. Besok pagi kita pindah dan menjauh dari anak pungut itu. Dia sudah tidak disini tapi kamu masih saja mengurusinya. Awas saja kalau sampai kamu menemui dia lagi, aku akan menyakitinya lagi. Jadi sebaiknya kita tinggalkan kota ini dan memulai hidup damai bertiga tanpa terusik dengan kehadiran anak ungut itu. Awas saja kalau kamu masih mencoba menghubunginya, aku akan meminta Tuan Hanafi untuk mencarinya dan menikahinya.” Bu Lian sungguh-sungguh dengan ancamannya dan tidak main-main. Semua ucapan Bu Lian berhasil membungkam mulut Pak Damar.
“Maafkan Ayah, Sheena. Maafkan Ayah. Demi melindungi kamu, Ayah akan pergi bersama Ibu kamu.” Batin Pak Damar. Sebenarnya Pak Damar sudah pernah ingin menceraikan Bu Lian, namun Sheena mencegahnya. Sheena tidak ingin kehadirannya justru membuat berantakan hubungan Ayah dan Ibunya. Bahkan Sheena pernah mengancam ingin pergi dari rumah jika Pak Damar menceraikan Bu Lian.
Bersambung.... Yukkk like, komen dan vote ya yaaaaa yg banyak, hehehe... Ig @dydyailee536
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 253 Episodes
Comments
Kar Genjreng
kehidupan selalu berputar kadang dibawah kadang di atas kadang juga di tengah-tengah bagaikan roda itulah kehidupan.. mungkin saat ini shenna dalam masa masa yang paling terpuruk bahkan menyedihkan.. akan tetapi akan berubah sesuai dengan berjalannya waktu.. siapa yang tau.. author pastinya ha😂😂😂😂😂 ha ha ha
2022-01-19
0
soso
pengenn sleding Sinta, ishh
2021-09-20
2
Irsa Arini
kasian sekali kamu zhena gara2 ibu angkat kamu yang keji sampai segitunya
2021-09-17
0