My Perfect Husband
Jangan lupa ya untuk like, komen dan votenya yaaaaa... Jangan lupa follow ig author @dydyailee536, makasih 🙏🙏😍😍
''Shena, ayo bangun! kerja!'' teriak Bu Lian, ibu angkat Shena. Ya, Shena adalah anak angkat dari Bu Lian dan Pak Damar. Pak Damar lah yang mengadopsi Shena di sebuah panti asuhan saat Shena berusia dua tahun. Shena tentu tahu jika ia hanyalah seorang anak angkat. Ia mengetahui semua itu saat ia duduk di bangku SMP. Pak Damar mengadopsi Shena sebagai pancingan karena delapan tahun menikah, keduanya tak kunjung di karuniai seorang anak. Pak Damar begitu menyayangi Shena seperti putri kandungnya sendiri tapi Bu Lian selalu bersikap tak adil pada Shena. Karena dari awal, Bu Lian memang tidak menyukai ide Pak Damar. Setelah Shena berusia 5 tahun, akhirnya Bu Lian pun hamil dan melahirkan seorang anak perempuan bernama Sinta. Dan Sinta kini telah berusia 20 tahun. Terkadang Shena merasa iri karena Sinta bisa kuliah, sementara dirinya tidak bisa kuliah. Ibunya selalu menyuruh Shena bekerja untuk membantu kebutuhan hidup sehari-hari dan membantu membiayai adiknya kuliah. Bu Lian ingin Sinta selalu mendapatkan yang terbaik tapi Bu Lian tidak pernah peduli dengan beratnya hidup yang terpaksa Shena jalani. Pak Damar lah yang selalu menguatkan Shena untuk bertahan di rumah sederhana itu. Dan karena Pak Damar juga, Shena semangat untuk bekerja dan menutup telinga dari ocehan ibu angkatnya.
''Buk, ini kan masih pagi. Shena capek,'' jawab Shena dengan malas.
''Hei, ini sudah jam 4 subuh! cepat bangun, timba air di sumur, terus buat sarapan! sudah tahu tiap hari bangun jam 4 bilang masih pagi pula. Enak aja ya kamu mau malas-malasan. Di dunia ini tidak ada yang gratis! kamu tidak akan bisa mengganti biaya hidupmu selama 20 tahun lebih,'' oceh Bu Lian sembari berlalu meninggalkan kamar Shena. Ocehan itulah yang selalu Shena dengar setiap kali ia membuka mata. Ingin sekali ia merasakan betapa hangatnya pelukan dan belaian seorang ibu tapi hal itu tidak pernah ia rasakan dari ibu angkatnya itu.
Shena segera beranjak dari tempat tidurnya dan segera ke belakang. Namun saat hendak menuju kebelakang, ia melihat pintu kamar Sinta sedikit terbuka. Disana ia melihat Bu Lian sedang mengusap dan membelai kepala Sinta dengan penuh kasih sayang.
''Anak mama pasti capek ya. Capek belajar dan pasti di kampus banyak tugas. Tidur yang nyenyak ya, anak mama,'' kata Bu Lian seraya mengecup kepala putrinya itu. Bahkan dari panggilan saja, Bu Lian sangat membedakannya. Hanya Sinta yang boleh memanggil dirinya Mama. Namun hal itu sudah menjadi makanan untuk Shena selama bertahun-tahun. Shena dengan senyum kecilnya segera menuju sumur dan menimba air untuk mandi.
''Shena, sudah bangun nak?" suara Pak Damar, cukup mengagetkan Shena.
''Eh Ayah, tadinya sih belum. Biasa kan Ibu, yang selalu bangunin dengan cerewetnya itu,'' kata Shena dengan tertawa.
''Rupanya kamu sudah kebal juga ya? ayah merasa bersalah sama kamu, nak.''
''Merasa bersalah kenapa sih, Yah?'' tanya Sheba sembari terus menimba air dan memasukkannya ke dalam bak kamar mandi.
''Ayah merasa bersalah karena tidak bisa memberikan mu kebahagiaan. Ayah membawamu ke rumah ini untuk memberikan kamu kasih sayang orang tua yang lebgkap tapi justru sebaliknya. Ibumu sungguh keterlaluan.''
''Siapa bilang Shena nggak bahagia sih, Yah. Shena bahagia punya keluarga yang lengkap. Ada Ayah, Ibu dan Sinta. Shena sayang kalian semua kok. Udah ah, ayah pagi-pagi masak mau bikin nangis. Shena rebusin air ya yah kalau mau mandi.''
''Tidak usah, Shena. Ayah mau mandi pakai air biasa saja. Kalau air jam segini kan seger dan sehat.''
''Ya udah itu airnya sudah penuh. Shena ke dalam dulu ya, mau masak nasi.''
''Iya, nak.''
-
''Buk, berasnya mana ya?'' teriak Shena dari dapur. Mendengar suara Shena berteriak, Bu Lian segera menuju dapur.
''Memangnya kamu nggak lihat apa? kalau berasnya habis?'' jawab Bu Lian dengan ketus.
''Ibu belum beli?''
''Ayahmu saja baru sembuh, tidak kerja berhari-hari, gimana mau beli beras?''
''Uang yang Shena kasih kemarin?''
''Ya buat tambahan bayar kuliah Sinta lah. Bayar uang kuliah Sinta itu lebih penting daripada beli beras. Makanya kamu mending sekarang berangkat cari kerja dan cepat beli beras. Jadi kuli panggul jam segini di pasar kan lumayan.'' Kata Bu Lian yang tidak pernah hangat saat berbicara dengan Shena bahkan selalu judes.
''Usia kamu kan sudah 25 tahun. Seharusnya kamu sudah bisa bertahan hidup di luar sana tanpa menumpang disini lagi. Suamiku terlalu bekerja keras untuk menyekolahkan dan menghidupi mu. Tapi nyatanya sampai detik ini, hidup mu sama sekali tidak membawa keuntungan bagi kami. Yang ada hidup kami semua makin sengsara. Seharusnya Sinta bisa mendapatkan kehidupan yang lebih layak karena selama ini harus berbagi dengan kamu, kasihan kan Sinta?'' imbuh Bu Lian. Hati Shena sangat sakit mendengar ucapan ibunya. Padahal Shena tulus menyayangi Sinta dan Bu Lian.
''Lian! cukup!'' bentak Pak Damar.
''Belain aja terus, biar besar kepala nih anak,'' kata Bu Lian sembari berlalu.
''Maafkan ayah ya, nak.'' Kata Pak Damar seraya memeluk Shena.
''Tidak ada yang perlu di maafkan, Yah.'' Kata Shena yang berusaha menahan air matanya. Rasanya memang sangat sakit, selama ini ketegaran Shena hanya untuk Ayahnya saja.
Selepas Shena pergi ke pasar, Bu Lian segera menuju dapur untuk memasak. Sebenarnya stok beras pun masih ada tapi memang sengaja ia sembunyikan. Bu Lian ingin sekali Shena pergi secepatnya dari rumah. Karena selama ini Pak Damar yang terus menghalanginya.
''Pagi, mah. Masak apa mah?'' tanya Sinta yang baru saja bangun tidur.
''Masak spesial untuk kamu dong, sayang. Oh ya mana Ayahmu?''
''Tadi Sinta lihat di depan lagi betulin motor. Mah, Sinta mandi dulu ya.''
''Iya, sayang.'' Kata Bu Lian dengan lembut.
Pak Damar sangat terkejut, saat sarapan sudah tertata rapi di meja.
''Buk, katanya tidak ada beras? kamu pagi-pagi udah marahin Shena.''
''Ya emang sengaja, Yah. Anak itu kan udah besar, biar dia cari makan sendiri lah. Mending Ayah suruh dia pergi daripada hidup sama kita terus. Atau nikahin aja sama juragan tua bangkotan itu. Biar dia hidup ada manfaatnya untuk kita.''
''Ya Allah, Buk. Ibu kalau ngomong di jaga ya. Dia juga anak kita lho, buk.''
''Dia bukan anak kita dan bukan darah daging kita. Lebih baik ayah makan dan minum obat.'' Bu Lian lalu menuangkan nasi beserta lauk ke dalam piring Pak Damar. Pak Damar hanya bisa menghela nafas panjang melihat sikap istrinya yang begitu membenci Shena. Padahal Shena sendiri sangat meyayangi Bu Lian dan juga Sinta.
Visual Alshena Kiara Putri (Shena)
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 253 Episodes
Comments
mom_nurul
ya Allah ga enak banget jadi shena
2024-12-15
0
Novita Ika Setiani
kasihan Shena hidupnya menderita semga kelak Shena menemukan kebahagiaan yang sesungguhnya
2022-12-22
0
Novita Ika Setiani
kasihan banget shena hidupnya menderita semoga Shena kelak menemukan kebahagiaan yang sesungguhnya
2022-12-22
0