Sementara itu di pasar tradisional, Shena membantu menjadi kuli angkut belanjaan. Tidak ada rasa malu dalam hati Shena, yang penting ia bekerja dengan halal. Setelah matahari mulai terbit, Shena kembali pulang dengan membawa kantong plastik berisi beras dan sayuran. Saat berada di dapur dan hendak minum, tampak beberapa tumpukan piring kotor yang berisi tulang ayam dan sisa sayur sup di dalam tumpukan piring itu. Ibunya sengaja meninggalkan itu semua, supaya Shena sadar kalau kehadirannya tidak di butuhkan lagi.
''Sabar Shena! kamu harus kuat! setidaknya kuatlah untuk Ayah. Beliau orang yang baik sekalipun ibu dan adikmu tidak menginginkanmu. Balas budi lah untuk, Ayah.'' Gumam Shena.
Shena segera mandi dan bersiap untuk berangkat kerja. Saat akan mengunci pintu, ponsel Shena berdering tanda pesan masuk. Shena tersenyum dan segera berjalan menuju gang depan rumahnya. Di sana, Fandi sudah menunggunya. Senyum Shena merekah saat melihat pujaan hatinya.
''Fandi, kamu sudah lama menunggu?''
''Tidak juga. Ya udah, ayo kita berangkat.'' Fandi kemudian membukakan pintu mobilnya untuk Shena. Setidaknya Fandi, selama setahun terakhir ini yang mampu menghibur segala kegundahannya.
''Kapan kamu mengenalkan ku pada keluarga kamu?''
''Fan, kamu tahu sendiri mereka seperti apa? dan kamu tahu kalau aku bukan bagian dari mereka. Aku tidak mau mereka memanfaatkan kamu. Terutama pada Ibu.''
''Setidaknya kenalkan aku pada Ayah mu, Shen?''
''Iya, nanti kalau ada waktu, aku akan memperkenalkan kamu pada Ayah.''
''Dan aku ingin setelah pulang kantor, kita makan malam ya.''
''Makan malam untuk apa?''
''Kamu lupa ya kalau ini tepat satu tahun hari jadi kita. Sekaligus aku mau ngenalin kamu sama orang tua aku.''
''Kamu serius?''
''Iya lah, aku serius, Shen.''
''Aku seneng banget dengernya, Fan.''
''Aku juga senang sekali, Shena. Semoga ini menjadi awal yang baik untuk kita kedepannya.''
''Amin.''
Shena sendiri bekerja satu kantor dengan Fandi. Lebih tepatnya bekerja di kantor Fandi sebagai staf biasa karena Shena sendiri hanya lulusan SMA saja. Fandi lah yang menerima Shena sebagai staf. Fandi merasa Shena memiliki bakat, di tambah Shena yang juju dan pekerja keras, menjadi poin plus untuk Fandi. Shena sendiri baru saja tiga bulan kerja disana. Itu pun Fandi yang memaksanya karena sebelumnya Shena bekerja di toko bunga. Fandi sendiri memutuskan untuk backstreet di hadapan seluruh karyawannya. Karena Fandi tidak ingin hubungannya menganggu profesionalitas keduanya. Pertemuan Fandi dan Shena sendiri, berawal dari toko bunga itu. Entah bagaimana Fandi begitu mudah jatuh cinta dengan Shena. Begitupula dengan Shena, yang akhirnya bisa luluh dengan Fandi padahal Shena sudah menolaknya karena sadar status sosialnya dengan Fandi itu berbeda.
-
Setelah jam pulang kantor, Fandi dan Shena segera menuju restoran. Shena tampak gugup karena ini pertama kalinya Fandi mempertemukan dirinya dengan orang tua Fandi.
''Kamu kenapa sih? gelisah banget,'' kata Fandi.
''Iya, aku gugup banget.''
''Tenang ya, Shen.'' Kata Fandi sambil menggenggam tangan Shena yang dingin itu. Beberapa menit kemudian, kedua orang tua Fandi datang.
''Nah, itu papa dan mama aku,'' kata Fandi. Shena lalu menoleh kebelakang. Jantung Shena berdegup semakin kencang, saat mihat orang tua Fandi yang memang berkelas.
''Pah-mah!" seru Fandi sambil melambaikan tangannya. Kedua orang tua Fandi tersenyum dan menuju ke arah meja Fandi.
''Halo, sayang. Bagaimana kabar kamu?'' kata Bu Citra, Mama Fandi.
''Baik, mah. Papa sama mama?'' tanya Fandi sembari membalas pelukan kedua orang tuanya secara bergantian.
''Kami juga baik, Fan,'' sambung Pak Ifan, Papa Fandi.
''Silahkan duduk, pah-mah. Fandi mau mengenalkan kalian dengan seseorang,'' kata Fandi seraya melirik ke arah Shena yang duduk di hadapannya. Pak Ifan dan Bu Citra juga mengalihkan pandangannya pada Shena. Namun tatapan keduanya tampak sinis pada Shena. Shena hanya menyunggingkan senyumnya penuh malu.
''Pah-mah, kenalin ini Shena. Dia adalah pacar Fandi dan calon istri Fandi.''
''Tante-Om. Nama saya Shena.'' Kata Shena seraya mengulurkan tangannya. Pak Ifan dan Bu Citra dengan berat hati membalas uluran tangan Shena. Pak Ifan dan Bu Citra menatap Shena dari ujung kaki sampai ke ujung kepala. Keduanya berpikir, bagaimana mungkin putra mereka satu-satunya bisa bersama gadis udik dan dekil seperti ini.
''Apa pendidikan terakhir kamu?'' tanya Bu Citra dengan tegas.
''Saya hanya tamatan SMA, tante.''
''Tamatan SMA? dimana kamu bekerja?'' tanya Bu Citra kembali.
''Kebetulan saya bekerja di kantornya Fandi sebagai staf.''
''Fandi, jadi dia bawahan kamu? kenapa tamatan SMA bisa kamu terima di perusahaan kita?'' kata Pak Ifan dengan suara meninggi.
''Shena ini berbakat, Pah. Dia jujur dan juga pekerja keras,'' bela Fandi.
''Lalu pekerjaan orang tua kamu?'' tanya Bu Citra.
''Kebetulan Ayah saya tukang ojek tapi kalau ojek sepi, Ayah bekerja sebagai buruh bangunan. Ibu saya ikut bekerja di home industri pengrajin tempe, di rumah Pak Lurah,'' jawab Shena dengan apa adanya. Pak Ifan dan Bu Citra kompak menghela nafas panjang mendengar penjelasan dari Shena.
''Astaga, Fandi. Kamu kalau sampai jadi sama dia, kamu benar-benar mempermalukan papa dan mama. Belum lagi rekan bisnis papa dan mama kalau tahu asal usul calon istri kamu seperti ini.'' Kata Bu Citra yang menatap jijik kearah Shena.
''Maaf tante, memangnya kenapa? apa ada yang salah dengan pekerjaan orang tua saya? mereka bekerja halal kok. Mereka tidak mencuri ataupun korupsi. Kalau tante malu tidak masalah, tapi saya bangga dengan pekerjaan mereka.'' Kata Shena dengan berani.
''Maaf, Fandi. Mama tidak bisa merestui hubungan kalian. Bagaimana mungkin, kamu putra tunggal kami memilih gadis seperti ini. Sudah terlihat kan bibit, bebet dan bobotnya tidak jelas.''
''Papa juga tidak setuju! Ya bukan apa-apa tapi benar dengan apa yang di katakan oleh mama kamu. Tidak mungkin, kami memiliki keturunan dari seseorang yang latar belakangnya tidak jelas seperti ini. Lagi pula papa dan mama sudah menyiapkan jodoh untuk kamu. Dia cantik, terpelajar, dari keluarga terhormat dan tentunya kalau kalian bersatu, peluang bisnis kita semakin berkembang.''
Mendengar ucapan orang tua Fandi, sungguh membuat Shena terluka. Mereka begitu mudahnya memandang rendah seseorang dari status sosialnya.
''Fandi, sepertinya semuanya sudah jelas. Aku memang tidak pantas untuk kamu. Kamu juga sudah di jodohkan bukan? jadi hubungan ini sudah jelas tidak akan pernah bersatu.'' Shena beranjak dari duduknya dan segera pergi meninggalkan restoran itu dengan langkah terburu.
''Shena! tunggu!" panggil Fandi. Fandi lalu beranjak dari duduknya namun Bu Citra menghentikannya.
''Kalau kamu kejar dia, berarti kamu siap kehilangan mama,'' tegas Bu Citra. Fandi memang sangat sayang dan menghormati mamanya. Tidak mungkin ia membantah perintah mamanya. Fandi hanya bisa mendengus kesal dan kembali duduk.
''Pah-mah, kenapa kalian tidak memberikan kesempatan pada Shena?''
''Kesempatan apalagi Fandi? sudah jelas dia gadis dari latar belakang yang buruk. Keluarganya pasti hanya akan memanfaatkan kita saja. Sudah pasti harta incaran mereka. Mereka itu parasit. Jadi jauhi dia dan berhenti berhubungan dengan Shena,'' ucap Bu Citra dengan nada penuh penekanan.
''Dan persiapkan diri kamu untuk pertemuan dengan calon istri kamu yang sebenarnya,'' sambung Pak Ifan.
''Kalau sampai kamu berhubungan lagi dengan dia, kamu pastikan akan kehilangan mama untuk selama-lamanya.'' Mendengar ucapan mamanya, Fandi benar-benar tidak bisa berkutik.
Sementara itu Shena, hanya bisa terdiam dengan tetesan air mata yang membasahi wajahnya. Ia terus berjalan tanpa tujuan, dengan tatapan kosong dan pikiran yang tak karuan.
Sampai akhirnya suara klakson mobil, menghentikan langkah Shena. Shena hampir saja tertabrak mobil. Shena pun tersadar dari lamunannya. Mobil itu berhenti tepat di depan Shena. Kemudian keluarlah seseorang yang turun dari mobil itu. Seorang pria tampan yang gagah turun dari mobil itu dengan tatapan kesal. Pria itu adalah Kendrick Arsenio Dirgantara, yang biasa di panggil Arsen.
''Hei, mau cari mati! bosan hidup?'' ketusnya.
''Maaf-maaf!" kata Shena tanpa melihat ke arah Arsen.
''Kalau jalan pakai mata! orang tidak berguna seperti kamu, akan sangat merugikan bagi siapa saja yang menabraknya.'' Mendengar ucapan Arsen, seketika membuat Shena menatap sinis ke arah Arsen.
''Aku memang tidak berguna! aku memang kampungan dan jelek! lalu kenapa? kamu sendiri naik mobil tidak bisa lihat apa? ada orang segede ini lewat, hah? apa matamu sudah tidak berfungsi lagi?'' kata Shena dengan suara meninggi.
''Wah, dasar cewek aneh! belum tahu siapa aku?''
''Tidak penting siapa kamu, dasar sombong!" Shena yang kesal mengusap ingusnya di hadapan Arsen, lalu melapkan tangannya pada jas Arsen. Arsen terperangah, dia terdiam mematung dan tubuhnya menjadi kaku. Sementara Shena, segera berlari untuk menghindari Arsen.
''Ingus? kuman? bakteri? tidakkkk!!!!" teriak Arsen di pinggir jalan. Ia segera melepas kemejanya dan membuangnya ke tong sampah yang ada di tepi jalanan itu. Arsen lalu masuk ke dalam mobilnya, ia mengatur nafasnya dan segera menyemprot tangannya dengan handsinitizer beserta tubuhnya, seperti memakai parfum.
''Dasar manusia jorok! oh, tenang Arsen. Kuman dan bakteri itu pasti sudah musnah. Pastikan handsinitizer ini selalu ada di saku-mu.'' Gumam Arsen di dalam mobil sendirian. Arsen segera kembali melajukan mobilnya untuk pulang karena perjalanan masih empat jam lagi. Kesalahannya adalah pergi tanpa supir untuk menghadiri undangan peresmian hotel kliennya.
''Sungguh sial! begitu sampai rumah, aku harus berendam dan mensterilkan tubuhku kembali.''
Visual Kendrick Arsenio Dirgantara
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 253 Episodes
Comments
Erliza Bkn
wah meleleh lht bang arsen
2022-11-29
0
Lina Maulina Bintang Libra
CK ngancam nya dah basi
2022-11-21
0
Wanda Revano
astaga arsen dari jaman sd sampek sekarang udh dewasa ttp aja anti kuman🤣🤣
2022-06-12
0