Di dalam kamar, Sheea mengambil ponselnya untuk menelepon Ayahnya. Hanya Ayahnya yang mampu menolongnya.
''Halo Ayah,'' sapa Sheena dengan sesenggukan. Pak Damar yang berada di pangkalan ojek, merasa khawatir mendengar suara putrinya yang bergetar di seberang sana.
''Ada apa Nak?''
''Ayah, Ibu memaksaku untuk menikah dengan Tuan Hanafi.''
''Apa? Sungguh keterlaluan ibumu. Ayah akan segera pulang. Kamu tunggu disana dan jangan kemana-mana ya.''
''Iya Ayah.'' Panggilan pun berakhir.
''Sheena! Ayo! Tuan Hanafi sudah menunggu.'' Teriak Bu Lian sambil menggedor pintu kamar Sheena. Sheena buru-buru menyeka air matanya dan segera keluar.
''Kenapa kamu tidak dandan?'' bentak Bu Lian.
''Begini saja, Buk.''
''Sudahlah, ayo kita berangkat!"
-
Sesampainya di rumah Tuan Hanafi, seorang pria yang pantas ia panggil Kakek itu masih tampak gagah sedang menghisap cerutunya. Ia memperhatikan Sheena dari atas sampai ke bawah.
''Aku sudah lama sekali mengincarnya, Nyonya. Mengincar putrimu yang ini. Cantik, tinggi semampai dan segar. Mempunyai dia bisa membuatku lebih awet muda.''
''Apa keempat istri Tuan tahu kalau anda ingin menikah lagi?''
''Tenang saja, mereka berempat aku suruh berlibur selama satu minggu. Aku akan menikahinya secara sirih saja.''
''Lalu apa yang akan saya dapatkan?'' tanya Bu Lian.
''Sesuai yang aku katakan dari awal Nyonya.''
''Apa bisa aku mendapatkan uang itu sekarang?'' tanya Bu Lian dengan sorot mata penuh keserakahan.
''Ibu tega menjualku? Aku tidak mau! Aku tidak mau menikah dengan dia.'' Kata Shenna dengan suara meninggi.
''Tutup mulutmu, Sheena!" bentak Bu Lian.
''Aku sudah menyiapkan penghulu dan dia akan datang kemari.'' Sahut Tuan Hanafi. Mata Sheena berkaca-kaca mendengar ucapan Tuan Hanafi.
''Aku harus pergi dari sini! Aku tidak mau menikah dengan orang ini,'' batin Shenna. Sheena kemudian berusaha untuk kabur namun anak buah Tuan Hanafi terlalu sigap dan menahan Sheena dengan kuat. Tuan. Hanafi lalu beranjak dari duduknya dan berdiri di hadapan Sheena.
''Kamu tidak akan bisa kabur, gadis manis.'' Kata Tuan Hanafi sambil membelai wajah Sheena.
''Hentikan!" seru Pak Damar tiba-tiba.
''Ayah!" seru Sheena seraya berlari memeluk Ayahnya.
''Lian, kamu sungguh keterlaluan! Kamu tega menjual putrimu sendiri.''
''Dia bukan anakku! Sudah kamu tukarkan saja dia dengan uang, Ayah. Itu lebih berguna dan bisa membantu perekonomian keluarga kita.''
''Aku tidak akan pernah memberikannya pada Tuan Hanafi.''
''Istrimu punya hutang lima puluh juta padaku. Jadi dia ingin memberikan putrinya padaku. Ya tentu saja kalian akan mendapat bonus tambahan dariku.''
''Aku tidak akan pernah memberikannya. Sampai nafas terakhirku, aku tidak akan pernah melakukan hal itu.''
''Kalau begitu bayar hutang istrimu lima puluh juta beserta bunganya 100%. Jadi semuanya 200 juta.''
''Lian! Sejak kapan kamu bersekutu dengan Tuan Hanafi? Kamu pakai untuk apa uang itu?'' bentak Pak Damar.
''Tentu saja untuk biaya kuliah Sinta. Kamu pikir untuk apa? Kamu lupa kalau ada benalu di rumah kita selama bertahun-tahun.''
''Jaga ucapanmu, Lian!"
''Kalau kamu tidak bisa membayar hutang bersama bunganya. Maka dia jadi jaminanku.'' Kata Tuan Hanafi sambil menarik paksa Shenna.
''Aku akan membayarnya. Tapi lepaskan putriku. Sebagai jaminannya, istriku biar berada disini. Aku akan pulang bersama Sheena untuk mengambil uangnya.''
''Apa ucapanmu bisa aku percaya?''
''Anda mengenal siapa aku Tuan Hanafi. Jadi aku tidak mungkin berbohong.'' Tegas Pak Ammar. Pak Damar lalu menarik Sheena ke sisinya.
''Ayah, kamu tega menjadikan ku jaminan disini?''
''Kenapa tidak? Kamu yang berhutang jadi kamu yang harus menjadi jaminannya disini.'' Kata Pak Damar yang sudah tidak bisa lagi menahan amarahnya. Pak Damar kemudian membawa Sheena pulang menuju ke rumah. Pak Damar lalu berjalan menuju kamar Sheena.
''Ayah, memang Ayah punya uang untuk membayar hutang Ibu sebanyak itu?''
''Ayah punya sertifikat sawah warisan dari keluarga kakek Ayah dulu. Ayah diam-diam menyimpannya di kolong tempat tidur kamarmu, nak. Supaya Ibumu tidak tahu rahasia ini.'' Pak Damar kemudian mencari kotak usah di kolong tempat tidur Sheena, yang ia beri tumpukan buku-buku bekas milik Sheena. Pak Damar sangat lega karena sertifikat itu masih aman.
''Ini sertifikatnya, Nak. Sekarang kamu bebas. Kamu kemasi semua pakaiannmu dan pergilah dari sini.''
''Ayah mengusirku?''
''Tidak! Ayah tidak mengusirmu tapi ini demi kebaikanmu. Kamu sudah cukup menderita hidup bersama Ayah. Maafkan Ayah, nak. Maafkan Ayah,'' sesal Pak Damar dengan air mata.
''Tapi mana mungkin aku bisa meninggalkan Ayah?''
''Carilah kebahagianmu, Nak. Ayah tidak sanggup jika harus melihatmu selalu menderita seperti ini.'' Pak Damar lalu mengambil tas ransel besar dan juga koper. Dengan air mata, ia memasukkan semua pakaian Sheena ke dalam tas dan koper itu. Sheena hanya bisa terpaku sambil menangis. Pak Damar lalu mengeluarkan dompetnya dan memberikan beberapa lembar uang lima pulu ribuan untuk Sheena.
''Pergilah dari sini dan jangan kembali, Nak. Ayah hanya punya uang ini. Kamu bisa naik bus dan pergi keluar kota.''
Dari dalam kotak bercampur sertifikat sawah, Pak Damar mengambil sebuah kalung emas putih dengan bandul hati dan sebuah selimut bayi.
''Ini milikmu, Nak.''
''Milikku, Yah? Apa maksudnya?''
''Sebenarnya Ayah menemukanmu di dekat tempat pembuangan sampah, bukan panti asuhan. Saat pertama kali melihatmu, Ayah langsung menyayangimu. Apalagi saat itu Ayah dan Ibu tak kunjung di beri momongan. Maafkan Ayah yang saat itu tidak membawamu ke kantor polisi tapi justru mengambilmu, Sheena. Ayah terpaksa berbohong untuk mengelebuhi Ibumu. Jadi semoga kalung dan selimut bayi ini bisa membawamu bertemu kembali dengan orang tua kandungmu, Nak. Maafkan Ayah kalau Ayah selama ini juga membohongimu. Sifat serakah Ibumu yang membuat Ayah melakukan ini. Ayah takut kalau Ibumu akan memanfaatkanmu. Di tambah Ayah juga sangat menyayangimu dan tidak bisa kehilangan kamu.''
''Ayah...,'' Sheena memeluk Pak Damar dengan sangat erat. Ia tidak bisa berhenti menangis.
''Ayah adalah tetap Ayahku. Aku hanya ingin bersama Ayah.''
''Nak, kita masih bisa bertukar kabar. Ayah ingin kamu bebas dari makian dan jahatnya sikap Ibumu. Bahagialah, Nak.''
''Mana mungkin aku bisa bahagia tanpa Ayah?''
''Nak, percayalah kalau semuanya akan baik-baik saja. Ayah juga akan baik-baik saja. Ayah bisa jaga diri. Sekarang pergilah ke terminal. Cari kebahagiaanmu di luar sana. Dan semoga kamu bisa kembali berkumpul dengan orang tuamu.''
''Tapi Ayah, aku tidak mau pergi!" tangis Sheena sambil menggenggam tangan Ayahnya.
''Pergi Sheena! Pergi! Kamu beban untuk Ayah! Pergilah!" bentak Pak Damar pada putri malangnya itu. Sungguh sangat sakit bagi seorang Ayah membentak putrinya seperti itu. Mengeluarkan kata-kata yang tidak ingin di katakan. Sheena perlahan melepaskan genggaman tangan Ayahnya dan membawa serta tas berisi pakaiannya.
Dengan langkah yang berat Sheena meninggalkan rumah itu. Berat juga bagi Pak Damar untuk melepaskan Sheena begitu saja. Seorang putri kecil yang ia rawat dengan penuh kasih sayang sampai ia beranjak dewasa seperti ini.
Bersambung.....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 253 Episodes
Comments
Eny Agustina
Ikut nyesegh thor.....😭
2022-07-05
0
Mien Mey
jgn jgn senna putri ank sultan yg d culik terus d buang
2022-02-12
0
Kar Genjreng
Ayah sangat baik... ha ha😂😂😂😂 mak angkat nya buat jaminan betul itu... sudah sepantadnya... Sheera semoga berhasil...
2022-01-19
0