Keesokan harinya, Sheena pergi ke kantor untuk mengambil semua barang-barangnya dari kantor Fandi. Fandi yang mendengar Keira mengundurkan diri pun segera menyusulnya.
''Sheena, jangan pergi! Kita hadapi semua ini sama-sama. Aku akan memperjuangkan cinta kita dan menolak perjodohan itu.'' Suara Fandi pagi itu, menimbulkan kasak kusuk di kantor. Akhirnya hubungan mereka meluap kepermukaan.
''Fan, apa yang kamu lakukan? Mereka bisa tahu hubungan kita.'' Kata Sheena berbisik.
''Aku tidak peduli! Biar mereka semua tahu kalau kita saling mencintai.''
''Maaf Fan. Kasta kita berbeda. Terima kasih untuk kenangan satu tahun terakhir ini.''
''Baguslah kalau kamu sadar diri,'' suara Bu Citra yang tegas membuat suasana semakin mencekam.
''Biarkan saja dia pergi, Fandi! Jangan cegah dia.''
''Fandi!" sapa seorang wanita yang sangat cantik dan anggun itu. Wanita itu kemudian berdiri disamping Bu Citra. Sheena pun tertegun melihat kecantikan wanita itu bahkan satu ruangan pun terpesona.
''Olivia!" seru Fandi.
''Ini adalah calon istri kamu. Bibit, bebet dan bobotnya sudah jelas. Sebaiknya kamu pergi dan menghilang dari sini gadis udik!'' bentak Bu Citra dengan suara memekik. Sheena yang berusaha menahan air matanya pun segera berlalu tanpa banyak bicara. Sudah cukup ia di hina dan di permalukan di depan umum.
''Mama ini keterlaluan sekali pada Sheena. Dia gadis baik-baik, Mah. Aku tulus mencintainya.''
''Lupakan saja cintamu itu, Fandi. Untuk apa cinta tapi kalau kamu dan keluarga kita hanya akan mendapatkan malu.''
Fandi kemudian mengejar Sheena dan mengabaikan Mamanya.
''Fandi, berhenti kamu!" teriak Bu Citra. Bu Citra pun tidak tinggal diam dan mengejar putranya.
''Fandi, berhenti kamu!" bentak Bu Citra. Namun tiba-tiba Bu Citra merasakan sesak di dadanya lalu pingsan.
''Tante!" teriak Olivia membuat Fandi menghentikan langkahnya. Ia menoleh kebelakang dan melihat Mamanya telah pingsan.
''Mama!" Fandi lalu berlari menghampiri Mamanya.
''Fan, sebaiknya kita bawa Mama ke rumah sakit.'' Kata Olivia. Fandi hanya mengangguk lalu segera membawanya ke rumah sakit. Olivia sendiri adalah teman kecil Fandi. Namun saat SMA, Olivia pindah keluar negeri bersama orang tuanya. Olivia sendiri sedang membantu Papanya untuk mengurus perusahaan yang bergerak di bidang ekspor dan impor. Fandi lah alasannya untuk kembali. Apalagi kedua orang tua mereka sudah sepakat untuk menjodohkan mereka saat dewasa nanti.
-
Di dalam taksi, Sheena terus menangis. Sepertinya selama hidup, ia tidak pernah merasakan kebahagiaan. Tiba-tiba ponselnya berbunyi. Ada nama Lila, sahabatnya disana.
''Halo Lil, ada apa?''
''Sheena, elo kenapa? Kayak lagi nangis.''
''Panjang ceritanya, Lil.''
''Ya udah gue tunggu di cafe biasa ya. Elo bisa cerita sama gue.''
''Iya Lil, gue kesana,'' ucapnya sambil terisak.
Sesampainya di cafe, Sheena mencurahkan semua isi hatinya pada Lila. Lila pun sangat sedih mendengar cerita Shena.
''Sheen, sabar ya. Jaman sekarang masih ada ya perjodohan seperti itu. Apalagi dengan memandang status sosial. Lebih baik elo putus daripada harus tersiksa hidup sama Fandi. Mending, elo hapus air mata elo. Semangat Shen! Elo pasti bisa.''
''Tapi setelah ini gue mau kerja dimana?''
''Elo mau nggak kerja di tempat gue tapi paling jadi cleaning service. Tapi gajinya lumayan tapi jaraknya lumayan jauh, Sheen. Gue habis ini mau pindah kos-kosan. Jaraknya hampir dua jam, capek kan gue.''
''Nggak apa-apa deh, gue mau. Mau dua jam atau berapa jam, gue bakalan tempuh. Lebih baik gue ninggalin kota ini dan lupain semua yang terjadi.''
''Sheen, jangan sedih lagi ya. Elo harus kuat dan semangat,'' ucap Lila sambil menggenggam erat tangan sahabatnya itu.
-
Dirgantara Group, kini semakin berkembang dengan pesat. Sikap kritis dan kecerdasan Arsen, serta ketampanan yang ia miliki menjadi daya pikat sendiri untuk para kliennya. Arsen memiliki aura yang luar biasa untuk menarik hati kliennya. Arsen yang kini telah tumbuh dewasa, lebih memilih mengurus hotel, pusat perbelanjaan serta restoran bintang lima dengan standart kebersihan yang sangat tinggi. Dia juga mendirikan sebuah jasa kebersihan yang sudah memiliki berbagai cabang di setiap penjuru kota. Sikapnya yang suka dan mencintai kebersihan, yang menginspirasinya untuk membuka jasa kebersihan itu. Kini ia merambah dan melebarkan sayapnya untuk terjun dalam bisnis perhiasan, lebih tepatnya bisnis gelang dan kalung kesehatan.
Pagi itu Arsen sedang bersiap untuk menuju ke kantor bersama supir dan asprinya. Handsinitizer, selalu menjadi benda pusaka yang tidak pernah ia tinggalkan. Sebelum masuk mobil, Soni, asisten pribadinya selalu menyemprot mobil milik Tuannya.
''Hari ini aku ingin meninjau restoran. Untuk mengontrol kebersihan disana.'' Kata Arsen sambil menatap layar ipadnya.
''Siap Tuan. Nanti Tuan ada janji makan siang dengan Tuan Burhan klien dari Malaysia. Beliau tertarik dengan perusahaan kebersihan anda.''
''Baguslah! Aku harap semua orang mulai sekarang lebih menjaga kebersihan.''
Sesampainya di restoran, semua karyawan tampak tegang dengan kedatangan Arsen. Begitu masuk restoran, jari telunjuk Arsen menyapu setiap sudut meja dan kursi. Bahkan ia memelototi meja itu dengan teliti, apakah ada debu yang menempel. Semua karyawan merasakan ketegangan yang luar biasa karena Arsen begitu teliti, disiplin dan sangat menjaga kebersihan. Meja kasir pun tak luput dari pandangannya. Saat Arsen akan berlalu, tiba-tiba ia berhenti. Semua karyawan menelan ludah takut melakukan kesalahan. Arsen mengambil sehelai rambut yang tertinggal di atas meja.
''Rapikan rambutmu, jangan sampai sehelai rambut ini mengganggu pelanggan.'' Kata Arsen dengan tegas.
''Siap Tuan!" ucap salah satu karyawannya dengan gugup.
Arsen melanjutkan perjalanannya menuju dapur. Memeriksa kebersihan dan kualitas produk itu sangatlah penting. Chef dan para asistennya menyambut kedatangan Arsen dengan penuh ketegangan. Mata Arsen bagaikan elang yang siap untuk menerkam. Mulai dari isi kulkas, semuanya harus tetap rapi dan tidak boleh berantakan. Bahkan pengemasan sayur pun harus benar supaya tetap segar. Dengan teliti Arsen membungkuk, mengintai meja kerja dapur dan ternyata bersih tanpa ada minyak yang menempel. Alat masak pun semua tampak bersih.
''Bagus Chef! Lanjutkan pekerjaanmu dengan baik.'' Puji Arsen sambil menepuk bahu kepala chef disana.
''Terima kasih, Tuan.''
Semua menghela nafas lega saat Arsen keluar dari sana. Meskipun Arsen sangat ketat dan displin, Arsen tidak pernah menyepelekan gaji semua karyawannya. Karena baginya, kerja keras mereka harus di hargai.
''Soni, kita kembali ke kantor dan kita lanjutkan pengembangan gelan dan kalung kesehatan.''
''Siap Tuan!"
-
''Kak Sheena, aku minta uang. Aku mau berangkat ke kampus." Kata Sinta yang sedang mengganggu Sheena di dapur.
''Aku sudah tidak punya uang, Sinta. Kemarin kan aku sudah memberimu uang jajan.''
''Kak, aku setiap hari butuh jajan. Aku butuh hangout, nongkrong dan shoping sama temen-temen aku. Malu dong kalau aku cuma diam aja.''
''Sinta, bergayalah sesuai kemampuan. Kamu ini ke kampus kan untuk belajar bukan untuk bergaya.''
''Udah deh Kak jangan banyak bicara. Dasar pelit!" kata Sinta sambil mendorong Sheena. Sinta kemudian berlalu begitu saja dan berangkat ke kampus. Tak lama kemudian ibunya pun datang.
''Sheena, kenapa kamu masih di rumah? Kenapa tidak bekerja?''
''Aku sudah keluar, Buk.''
''Apa? Keluar? Mau makan apa kalau kamu tidak kerja? Hah?'' bentak Bu Lian.
''Nanti aku cari kerja lagi, Buk.''
''Ayahmu pagi-pagi sekali sudah berangkat kerja demi menghidupi kita semua termasuk kamu yang bukan darah daging kami.''
Sheena yang kesal pun memilih berlalu begitu saja tidak menghiraukan ibunya.
''Mau kemana kamu Sheena?'' kata Bu Lian sambil mencengkeram lengan Sheena.
''Lepasin aku, Buk."
''Kamu sudah berani melawan aku yang sudah membesarkanmu, hah? Sekarang kamu bersiap, aku akan membawamu ke rumah Tuan Hanafi.''
''Untuk apa Buk?''
''Untuk menjadi istri kelimanya. Dia akan memberikan empat petak sawah, dua peternakan sapi dan uang lima ratus juta sebagai mas kawinnya. Setelah itu hutang budimu pada ku dan Ayahmu itu LUNAS. Kamu tidak perlu lagi tinggal di rumah ini dan semua mas kawin itu untuk kami. Ya, hitung-hitung biaya hidupmu selama 25 tahun.''
Sungguh perih dan teriris hati Sheena mendengar ucapan ibunya. Tak terasa air matanya jatuh membasahi pipinya.
''Maksud Ibu, Ibu menjualku demi harta?''
''Iya. Menurutmu untuk apa? Setidaknya dirimu masih berharga daripada kamu menjadi benalu di rumah ini.'' Bu Lian lalu menyeret Sheena ke dalam kamar dan memaksanya untuk berdandan.
Didalam kamar, Sheena menangis sesenggukan. Bagaimana mungkin seorang Ibu tega menjual anaknya demi harta?
Ingin sekali Sheena merasakan kasih sayang seorang Ibu yang begitu hangat. Namun hanya makian yang selalu Shena dapatkan.
Bersambung.... Maaf ya baru up lagi🙏😁😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 253 Episodes
Comments
Eny Agustina
Heh? Lhakoq penak temen omongane..
2022-07-05
0
Wanda Revano
oh jadi ini dlu penyebab sena jualan bunga wktu sd dan stiap ada acara disekolah ibunya tdk prnh mau dtang..sabar sena kamu kuat 😊💪
2022-06-12
0
Mien Mey
knp d adopsi kl akhirnya d sakiti
2022-02-12
0