''Kamu mengatakan aku kena penyakit mental? Kamulah yang punya kelainan mental.'' Arsen terus saja meracau namun Sheena tak menghiraukan itu dan terus berjalan menuju rumah Arsen.
Sesampainya di rumah Arsen, Sheena dengan sekuat tenaga memapah Arsen dan membawanya ke kamar. Namun Sheena bingung dimana kamar Arsen. Apalagi rumah sebesar ini tidak ada pembantu sama sekali.
''Sebaiknya aku bawa dia ke kamar kemarin saja. Kamar dimana aku pingsan kemarin. Lagian rumah sebesar ini kenapa tidak ada pembantunya sih?'' gumam Sheena sambil terus berjalan membawa Arsen menuju kamar tamu. Setelah sampai di kamar, Sheena lalu membantu Arsen untuk berbaring di atas tempat tidur.
''Berat banget sih. Kebanyakan dosa kali ya? Habis sombong sih,'' gumamnya dalam hati sambil menarik nafas lalu menghembuskannya.
''Lalu aku harus bagaimana? Untuk sampai ke kontrakan aku harus jalan kaki 45 menit. Sudah jam 1 lewat. Sebaiknya aku pulang saja, sebelum dia sadar dan bangun, aku harus pulang.'' Kata Shenna.
''Memang ya kalau orang kaya dan tampan itu, kaos kaki dan sepatunya saja wangi lho. Coba kaki ku, baunya menyengat seperti terasi. Anak siapa sih nih cowok, ganteng nggak ketulungan. Tapi kenapa gitu dia patah hati? Secantik apa pacarnya itu. Sungguh kasihan sekali, kamu pria tampan yang tercampakkan.'' Gumam Sheena sambul melepaskan sepatu Arsen. Shenna lalu memakaikan selimut pada tubuh Arsen itu. Untuk sejenak Sheena menatap wajah Arsen.
''Kenapa seperti tidak asing ya? Melihat wajahnya ini,'' batin Sheena. ''Ah, sudahlah lebih baik aku pulang untuk apa aku berlama-lama disini.'' Kata Sheena sembari berlalu.
''Hei, gadis buruk rupa!'' seru Arsen dengan suara meninggi. Shenna yang mendengar suara Arsen menghentikan langkahnya.
''Ganti jas milikku! Itu harganya sangat mahal. Dasar semua wanita tidak tahu di untung.'' Arsen kembali meracau dengan mata terpejamnya. Sheena lalu perlahan berbalik dan ternyata Arsen masih belum sadar. Sheena menghembuskan nafas lega karena ternyata Arsen hanya meracau. Sheena kemudian mendekat menatap wajah Arsen lalu menggerakkan telapak tangannya keatas bawah, memastikan bahwa Arsen masih belum sadar. Namun tiba-tiba Arsen mencengkeram pergelangan tangan Sheena dengan kuat.
''Aku mendapatkanmu! Awas kalau kamu kabur, aku akan mengejarmu sampai ke ujung dunia. Aku akan mencincang tubuhmu.''
''Gawat! Dia terbangun, bagaimana ini?'' batin Sheena. Sheena yang merasa takut berusaha melepaskan cengkeraman tangan Arsen namun ia tidak bisa. Arsen justru menarik Sheena hingga Shenna terjatuh dalam dekapannya. Mata Sheena membulat, saat ia terjatuh di atas tubuh Arsen. Arsen yang masih mabuk pun kemudian memeluk Sheena, seperti memeluk guling.
''Kenapa kamu tega melakukan ini padaku? Aku sangat tulus padamu tapi ternyata kamu hanya menganggapku ATM berjalanmu. Aku selalu berusaha memberimu kebahagiaan, sekalipun aku sedang sibuk tapi kamu malah membalasnya dengan dusta.'' Arsen kembali meracau dalam mabuknya. Sheena berusaha diam dan mendengarkan curhatan pria yang sedang mabuk ini.
''Hmmm kasihan juga dia. Dia yang tampan dan mapan saja di hianati, apalagi aku yang seperti ini? Aku hanyalah butiran debu di hadapan keluarga Fandi. Bagaimana kabar Mama Fandi? Apa semuanya baik-baik saja? Bahkan Fandi melupakan aku begitu saja,'' batin Sheena dalam hati. Dan angan Sheena melambung jauh tentang kenangannya bersama Fandi, lamunannya semakin jauh sampai ia menguap dan merasa ngantuk. Sheena seperti sedang tersugesti dalam alam bawah sadarnya, kalau ia seperti sedang berada di dalam kamarnya dan tertidur sangat nyaman di atas kasurnya yang baginya sangatlah empuk. Hingga pikiran dan fisik yang lelah itu pun akhirnya membuatnya tertidur memejamkan mata dalam dekapan Arsen.
...****************...
Keesokan harinya Tuan Keenan dan Nyonya Dira, memutuskan pergi menuju rumah Arsen. Kini mereka sedang dalam perjalanan menuju ke rumah putra pertama mereka. Mereka sangat khawatir karena belum mendapat kabar apapun dari Arsen.
''Pah, Papa yakin kalau Soni melihat mobil Arsen semalam di rumahnya?''
''Iya. Itu yang Soni katakan.''
''Tapi kenapa ponselnya sama sekali tidak bisa di hubungi? Apa dia sama sekali tidak menelepon asistennya itu?''
''Arsen sempat menelepon Soni dan Arsen hanya bilang, meminta untuk memblokir semua kartu kreditnya dan memintanya untuk mencarikan Dokter psikolog terbaik.''
''Kenapa dia seperti itu Pah? Apa dia benar-benar memikirkan ucapan wanita itu?''
''Sepertinya itulah yang menganggu pikiran Arsen. Semoga dia baik-baik saja ya.''
''Iya, Pah. Sejak semalaman aku tidak tenang sama sekali.''
-
Setelah kurang lebih satu jam perjalanan, Nyonya Dira dan Tuan Keenan sampai juga di rumah Arsen. Di saat yang bersamaan, Soni asisten pribadinya tiba disana.
''Selamat pagi Tuan Keenan-Nyonya Dira.'' Sapa Soni.
''Selamat pagi, Son. Bagaimana dengan Arsen?'' tanya Tuan Keenan.
''Saya belum tahu Tuan. Tapi sepertinya Tuan muda masih di rumah. Karena mobilnya juga masih ada.''
''Baiklah sebaiknya kita lihat saja dia.'' Kata Nyonya Dira. Mereka bertiga kemudian segera masuk ke dalam rumah. Tuan Keenan sangat terkejut saat pintu rumah Arsen tidak di kunci.
''Tidak di kunci, Mah.'' Kata Tuan Keenan.
''Ayo Pah, kita lihat ke kamarnya.'' Kata Nyonya Dira dengan panik. Nyonya Dira semakin panik saat melihat kamar Arsen kosong dan masih sangat rapi.
''Pah, Arsen dimana? Kenapa kamarnya kosong? Pah, Mama khawatir. Jangan-janhan Arsen frustasi lalu Arsen bun....,''
''Hussss kamu ini ngawur saja. Tidak mungkin Arsen melakukan hal bodoh itu. Sebaiknya kita periksa semua ruangan disini.'' Kata Tuan Keenan yang berusaha meredam rasa khawatir istrinya.
''Soni, kamu cek semua ruangan ya.'' Perintah Tuan Keenan.
''Siap Tuan!"
Mereka bertiga kemudian mengecek seluruh ruangan di lantai atas namun NIHIL. Mereka kemudian ke lantai bawah, mengecek halaman belakang dan samping rumah tapi sama saja.
''Pah, bagaimana ini? Tidak ada Pah?'' kata Nyonya Dira yang semakin panik.
''Mah, tenanglah. Jangan membuat Papa jadi tambah pusing.''
''Kita belum mengecek kamar tamu, Tuan.'' Kata Soni.
''Ya sudah kita ke kamar tamu sekarang.'' Kata Tuan Keenan.
Tuan Keenan dan Nyonya Dira sangat terkejut saat Soni membuka kamar tamu itu. Sonu juga sangat terkejut, bagaimana tidak, Tuannya yang selama ini anti bersentuhan dengan orang lain apalagi dengan seorang perempuan, tiba-tiba melihat Tuannya tidur satu ranjang bersama seorang gadis. Arsen dan Sheena tampak tertidur pulas sembari saling memeluk. Meskipun keduanya masih mengenakan pakaian yang utuh.
''Pah, apa yang terjadi dengan anak kita? Apa dia melampiaskan kekesalannya dengan meniduri gadis lain, Pah?'' kata Nyonya Dira dengan perasaan yang begitu sedih. Tuan Keenan dan Nyonya Dira kemudian mendekat ke arah tempat tidur putranya. Keduanya mengernyit saat melihat gadis yang bersama Arsen adalah Sheena.
''Pah, ini kan Sheena?''
''I-iya, kenapa mereka bisa seperti ini? Sejak kapan mereka bertemu kembali? Mah, aku mencium bau alkhohol,'' kata Tuan Keenan.
''Pah, jangan-jangan mereka mabuk dan melakukan sesuatu. Oh tidak Pah! Ini tidak bia di biarkan.'' Kata Nyonya Dira dengan sangat heboh. Tuan Keenan lalu mengguncang tubuh Arsen, sementara Nyonya Dira mengguncang tubuh Sheena.
''Arsen! Bangun, Nak!"
''Sheena bangun! Bangun Sheena.''
Mendapat guncangan yang cukup keras, Arsen dan Sheena pun kompak terbangun. Saat keduanya membuka mata, mereka berdua sangat terkejut. Aaaaaaaaaa! Reflek Arsen mendorong Sheena hinga Sheena terjatuh di lantai. Sheena hanya bisa mengaduh dengan perlakuan kasar Arsen itu.
''Kuman, bakteri, oh tidak! Apa yang terjadi?'' ucapnya dengan panik. Nyonya Dira lalu membantu Sheena untuk berdiri.
''Om Keenan-Tante Dira, kalian? Jadi apa ini Arsen?'' tanya Sheena terbata saat melihat Tuan Keenan dan Nyonya Dira disana.
''Iya, Sheena. Ini adalah Arsen.'' Kata Nyonya Dira.
''Ap-apa? Oh tidak, seandainya aku tahu dia Arsen. Aku tidak akan menolongnya.''
''Aku pun tidak butuh pertolonganmu! Sekarang badanku gatal semua! Mah, siapa dia?'' tanya Arsen dengan wajah paniknya.
''Dia Shenna! Kamu ingat Sheena kan? Teman kamu waktu SD.'' Jelas Nyonya Dira.
''Oh my god! Jadi kamu Sheena, si dekil itu. Mah, aku mau mandi sekarang juga.'' Kata Arsen dengan panik.
''Soni, siapkan kembang tujuh rupa, jangan lupa masukkan antiseptik ke dalam bathup ku. Lalu buang semua sprei dan rapikan kembali kamar ini. Panggil On Clean untuk datang ke rumah.'' Cerocos Arsen dengan suara meninggi.
''Cukup Arsen! Ayo kita bicara di luar dan jelaskan apa yang terjadi.'' Sahut Tuan Keenan dengan suara meninggi. Tuan Keenan lalu menyeret Arsen menuju ruang tengah, Sheena bersama Nyonya Dira mengekor dari belakang.
''Soni, kerjakan semua perintahku!" imbuh Arsen dengan segala ketegasannya.
''Siap Tuan Arsen!".
Di ruang tengah, Arsen dan Sheena duduk berjajar namun jarak keduanya sangat jauh karena mereka kompak duduk di masing-masing ujung sofa. Mereka pun berhadapan dengan Tuan dan Nyonya Keenan.
''Sheena, bisa jelaskan kepada kami apa yang terjadi?'' tanya Tuan Keenan.
''Jadi semalam aku pulang kerja dan melihat dia keluar dari klub, Om Keenan. Dia meracau dan tiba-tiba terjatuh. Akhirnya aku membantunya, Om. Aku bahkan tidak tahu kalau dia itu Arsen si mister sok bersih, hehehe.'' Jelas Sheena sambil meringis.
''Lalu?''
''Lalu aku menolongnya dan membawanya pulang. Karena tidak tahu dimana kamar Arsen, aku membawanya ke kamar itu. Namun tiba-tiba dia menarik tanganku dan memelukku, Om. Saat itu Arsen bilang 'Kenapa kamu tega melakukan ini padaku? Aku sangat tulus padamu tapi ternyata kamu hanya menganggapku atm berjalanmu. Aku selalu berusaha memberimu kebahagiaan, sekalipun aku sedang sibuk tapi kamu malah membalasnya dengan dusta' begitu Om.'' Kata Shenna sambil mempraktekan Arsen berbicara dengan intonasi sedih. Lebih tepatnya meledek Arsen. Tuan Keenan dan Nyonya Dira kompak saling pandang menahan tawanya. Sementara Arsen melirik tajam kearah Shenna sambil menggigit bibir bawahnya.
''Lalu apalagi yang terjadi?'' sambung Nyonya Dira.
''Aku juga tidak ingat Tante. Yang jelas mendengarnya mengoceh, membuatku seperti mendengar dongeng Pangeran yang di campakkan oleh kekasihnya. Jadi aku pun merasa ngantuk dan tertidur, apalagi aku barus selesai shift sore Tante.'' Jelas Sheena dengan segala ledekkannya pada Arsen.
''Puas? Puas mentertawakanku? Aku tidak berharap bertemu dengan mu lagi karena setiap bertemu dengan mu, tensi darahku naik dan membuat kerutan di wajahku semakin terlihat.'' Sahut Arsen dengan ketusnya.
''Arsen, jaga ucapanmu!" kata Nyonya Dira.
''Mah, dia ini sungguh menyebalkan. Aku pun tidak tahu kalau dia adalah si dekil itu. Sebelumnya aku bertemu dengannya di jalanan. Dia yang saat itu seperti menangis, mengusapkan ingusnya di jas ku? Lihat kan betapa tidak sopannya dia. Dan beberapa hari yang lalu, dia pingsan di jalan dan hampir menabrak mobilku. Aku yang baik hati, meminta Roni membawanya ke rumah. Kalau pun aku jahat, aku sudah membuangnya ke laut.'' Cerocos Arsen panjang lebar.
''Itulah yang membuatku ingin menolongnya Tante-Om. Karena aku masih ingat kebaikannya meskipun kami belum saling sadar kalau mengenal. Hitung-hitung balas budi. Dan untuk kejadian jas itu, aku sungguh minta maaf. Aku sedang dalam suasana hati yang tidak baik, aku tidak akan melakukannya kalau waktu itu dia tidak bicara kasar Om-Tante. Namanya juga sedang sedih, pasti mudah sekali tersulut emosi. Sekali lagi maaf.'' Kata Shenna yang menyadari kesalahannya.
''Baiklah Pah-Mah, aku mau mandi. Aku juga tidak tahu kenapa kami bisa berpelukan seperti itu. Itu pasti dia yang berusaha menggodaku.''
''Menggoda? Seandainya aku menyadari kamu adalah Arsen, aku memilih mengabaikanmu. Karena aku tahu setiap hal yang aku lakukan selalu salah di matamum'' Kata Sheena dengan kesal.
''Sudah-sudah, kalian ini tidak berubah ya. Selalu saja bertengkar.'' Kata Nyonya Dira berusaha melerai.
''Om-Tante, sekali lagi maafkan aku. Maaf atas semua kelancangan ini tapi sungguh semalam tidak terjadi apapun. Aku sendiri tidak punya niat apapun bahkan aku menyadari kalau dia Arsen karena kehadiran Om dan Tante.''
''Kami percaya kamu, Sheena.'' Kata Nyonya Dira.
''Arsen, minta maaf pada Sheena.'' Pinta Tuan Keenan.
''Minta maaf? Maaf, Pah. Aku tidak salah! Aku mau mandi karena aku alergi berdekatan dengannya.'' Ucap Arsen sembari berlalu begitu saja. Tuan Keenan dan Nyonya Diea menghela nafas panjang dengan kelakuan putranya itu.
''Sheena, maafkan Arsen ya. Dan terima kasih kamu sudah menolongnya.'' Kata Tuan Keenan.
''Iya Om, tidak apa-apa. Aku pun sudah sangat hafal bagaimana sikap Arsen itu.'' Kata Sheena dengan senyum lebarnya.
''Tante harap, kamu jangan ambil hati ucapan Arsen ya, Sheena.'' Sambung Nyonya Dira.
''Iya Tante. Kalau begitu aku pamit ya, Tante. Maaf atas keributan yang terjadi.''
''Tinggalah sebentar untuk sarapan Sheena,'' bujuk Nyonya Dira.
''Terima kasih Tante tapi hari ini saya masuk pagi.''
''Kalau begitu biar Soni yang mengantarmu pulang.''
''Tidak perlu, Om. Sekali lagi terima kasih, aku tidak mau merepotkan. Permisi.'' Kata Sheena sambil mengecup punggung tangan Nyonya Dira dan Tuan Keenan.
''Baiklah kalau begitu, kamu hati-hati ya.'' Pesan Nyonya Dira.
''Iya Tante, terima kasih.''
Sheena kemudian pamit meninggalkan rumah Arsen dan segera kembali ke kontrakannya dengan naik taksi.
Bersambung.....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 253 Episodes
Comments
Kar Genjreng
maaf jadi OG.. di kantor arsel... OB untuk pria maaf
2022-01-19
0
Kar Genjreng
oh menakjubkan sikap shenna... biarpun sahabat tajir melintir tetap saja jadi tukang OB di kantor nya Arsen... ya semoga author menjodohkan jadi biar ga OCD lagi Arsen ya thor
2022-01-19
0
muthia
semangat terus thor
2021-09-25
1