Malam itu Arsen segera menuju apartemen milik Flora dengan membawa hadiah yang telah ia siapkan. Namun sebelum itu, Arsen penasaran dengan rekaman CCTV di apartemen tersebut. Dengan kekuasaan yang ia miliki, Arsen pun bisa melihat aktivitas Flora saat ia pergi dua hari ini. Dan fakta yang menyakitkan pun terungkap. Flora dan Hans, sering keluar masuk apartemen bahkan mereka tidur satu atap. Bahkan dalam rekaman itu terlihat, keduanya sedang berciuman dengan sangat panas saat menyusuri lorong menuju kamar milik Flora. Arsen dengan segala keberaniannya mencoba melihat rekaman sebelumnya dan hasilnya sama. Flora dan Hans selalu bersama. Arsen memejamkan matanya merasa jijik dengan apa yang ia lihat barusan. Hancur dan sangat sakit, itulah yang Arsen rasakan.
Setelah mengetahui fakta itu Arsen lalu berjalan menuju kamar apartemen Flora dan berusaha memberikan kejutan untuk Flora. Kejutan bahwa ia sudah tahu kebusukan Flora.
Saat sampai di depan pintu, dengan ragu-ragu Arsen memencet bel pintu kamar Flora. Flora yang baru saja selesai mandi dengan handuk yang terlilit di tubuhnya bak kemben dan dengan rambut basahnya, segera membuka pintu itu. Bahkan Arsen melihat tanda merah di bagian atas dada dan leher Flora. Sebuah tanda gairah dan *****. Entah Flora sadar atau tidak dengan tanda merah yang terekspose itu.
''SURPRISE!" Seru Arsen dengan senyum lebarnya.
''Hon-honey,'' ucap Flora tergagap. Arsen lalu masuk ke dalam apartemen milik Flora. Arsen melihat ada sepatu pria disana namun ia berusaha akting untuk menangkap basah semuanya.
''Kamu sudah pulang?'' tanya Flora tergagap.
''Iya. Aku sengaja ingin memberimu kejutan dan membawa oleh-oleh untukmu.'' Kata Arsen dengan sebuah buket bunga dan paper bag bertuliskan Dior di tangan kirinya.
''Siapa sayang?'' suara Hans terdengar jelas saat keluar dari kamar Flora. Hans pun hanya mengenakan handuk yang melilit tubuhnya dan di dada Hans pun tertinggal tanda merah yang cukup banyak. Apalagi semalam Hans dan Flora pulang dalam keadaan mabuk.
''Kenapa Tuan Hans ada disini?'' tanya Arsen dengan tatapan penuh selidik. Tubuh Flora dan Hans mendadak kaku, akhirnya kebusukan mereka terungkap.
''Anda salah paham, Tuan. Semua ini tidak seperti yang anda lihat,'' kata Hans tergagap.
''Apa yang aku lihat? Kalian pikir aku bodoh? Lihat saja tubuh kalian, sangat menjijikkan. Aku sudah tahu semuanya. Jadi kalian tidak perlu berbohong. Dasar kalian parasit!" kata Arsen sambil melempar bunga dan hadiah yang ia bawa dengan sembarangan.
''Parasit? Kamu saja yang bodoh Tuan Arsen. Dia adalah kekasihku yang sudah menemaniku selama dua tahun. Lagi pula siapa yang tahan hidup bersama dengan pria dengan penyakit MENTAL. Tidak akan ada wanita yang bisa hidup seperti itu. Atau jangan-jangan kamu bukan pria normal? Hah? Baguslah kalau kamu akhirnya tahu. Aku sendiri sudah muak berpura-pura di hadapanmu. Pura-pura menjadi manusia sok bersih. OCD mu itu adalah penyakit!" kata Flora dengan penuh penekanan sambil menunjuk wajah Arsen.
''Iya aku memang bodoh karena terlambat mengetahui kebenaran ini.'' Kata Arsen sambil berlalu begitu saja. Ingin sekali ia memukul Hans dan Flora, sedari tadi ia sudah mengepalkan tangannya. Namun Arsen tidak mau mengotori tangannya dengan menyentuh dua manusia menjijikkan itu. Gelang Arsen berbunyi, menunjukkan sinyal kemarah dalam dirinya dan juga Flora. Arsen dengan langkah terburu meninggalkan apartemen itu. Arsen menancapkan gas mobilnya menuju arah pantai. Sesampainya disana, Arsen berteriak sekeras mungkin. Ia sungguh marah, kecewa dan sakit hati dengan apa yang telah Flora lakukan. Apapun ia lakukan untuk kebahagiaan Flora namun penghianatan lah yang ia dapat.
''Aaaaaaaaa...! Brengsek kalian semua! Manusia menjijikkan!" Teriakan dan umapatan Arsen malam itu seolah bisa membelah lautan malam itu. Arsen kemudian mengeluarkan ponselnya dan menelepon Soni.
''Son, blokir semua akses kartu kreditku dan hubungi Dokter psikolog terbaik di kota ini.''
''Baik Tuan.'' Kata Soni di seberang sana dan panggilan pun berakhir.
Arsen pun merenung, mengingat ucapan Flora yang mengatakan kalau ia memiliki penyakit mental OCD. Dan kata-kata itu lebih menyakitkan dari apapun. Arsen kemudian masuk ke dalam mobil dan pergi ke sebuah bar. Untuk pertama kalinya Arsen berkunjung ke tempat seperti itu. Sekalipun dalam marahnya, handsinitizer tidak pernah tertinggal dalam sakunya. Dengan kecepatam tinggi, Arsen melaju dengan cepat sampai akhirnya sampai di sebuah bar. Meskipun dalam keadaan marah, Arsen tetap memilih bar mewah untuk ia kunjungi. Bagaimanapun kebersihan tetaplah nomor satu.
Sesampainya disana, Arsen segera memesan minuman. Arsen memesan bir untuk melupakan masalahnya hari ini. Pelayan menuangkan bir kedalam gelas berukuran kecil yang telah di tambahkan es. Tegukan pertama membuat Arsen terpejam sambil mengerutkan wajahnya. Baru juga minum satu gelas, ia sudah mulai mabuk.
''Hei, kamu tahu aku bekerja keras demi membahagian orang yang aku cintai tapi dia malah menghianatiku. Menurutmu apa aku ini kurang tampan?'' Arsen meracau mengajak bicara pelayan pria di bar itu.
''Anda sangat tampan Tuan.''
''Lalu kenapa dia menghianatiku? Aku punya segalanya. Bagaimana dia bisa melakukan itu padaku? Kamu tahu apa julukan ku? Aku ini serbuk berlian yang memabukkan.'' Kata Arsen sambil mengerlingkan matanya pada pelayan itu. Arsen mengetuk-ngetukkan gelasnya di atas meja, memberi kode pelayan untuk menuang kembali bir ke dalam gelasnya. Pelayan itu hanya tersenyum dan menuang kembali bir ke dalam gelas.
''Dasar wanita ******!" umpatnya sambil meneguk kembali bir itu sampai tak bersisa. Arsen malam itu menghabiskan lima gelas bir dan itupn sudah membuatnya mabuk. Arsen mengeluarkan beberapa uang dalam sakunya dan memberikan uang pada pelayan itu.
''Tuan ini terlalu banyak.''
''Ambil saja kembaliannya.'' Ucapnya sembari berlalu dengan jalan sempoyongan. Beberapa kali Arsen hampir terjatuh dan ia hanya tertawa tidak jelas. Mentertawakan kebodohannya sendiri.
Sheena yang baru saja selesai bekerja karena mendapat shift sore, ia berjalan seorang diri menuju kontrakannya.
''Hei, kamu!" kata Arsen tiba-tiba sambil menunjuk Sheena dari kejauhan.
''Hah? Itu kan cowok aneh itu. Aduh gimana nih? Nanti dia minta ganti rugi lagi, soal jasnya.'' Gumam Sheena.
''Hei, kemarilah! Jangan kabur ya.'' Kata Arsen yang dalam keadaan mabuknya. Arsen lalu berjalan mendekat kearah Sheena namun tiba-tiba dirinya sudah ambruk karena mabuk.
''Lah kenapa sih tuh orang? Kenapa jatuh?'' gumam Sheena sambil mendekat kearah Arsen yang terkapar di tanah. Saat mendekat, Sheena mengerutkan hidungnya karena ia mencium bau alkohol.
''Pantas saja, dia mabuk.''
''Hei wanita tidak tahu diri, aku memberikan semua yang kamu minta tapi kamu menghianatiku.'' Kata Arsen meracau dalam keadaan mabuknya. Sheena lalu membantu Arsen untuk berdiri dan memapahnya.
''Dimana mobilmu?''
''Kenapa tanya mobilku? Kamu mau mengambil mobilku juga?'' Arsen lalu mengambil kunci mobil di sakunya dan memberikannya pada Sheena.
''Ambil sana! Ambil. Ambil mobilku juga. Dasar wanita tidak tahu di untung.''
Sheena tidak mempedulikan ocehan Arsen yang sedang mabuk itu. Ia memapah Arsen dan membantu Arsen masuk ke dalam mobil. Sheena juga memakaikan sabuk pengaman pada Arsen dan Sheena mengambil alih stir kemudi.
''Pasti dia sedang patah hati. Ternyata pria tampan dan kaya seperti dia bisa patah hati juga,'' gumam Sheena sambil tersenyum sinis. Sheena lalu menyalakan mesin mobil dan segera membawa Arsen pulang ke rumahnya.
Bersambung....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 253 Episodes
Comments
Wanda Revano
serbuk berlian tlah kembali🤭🥰
2022-06-12
0
Aulia Izzatunnisa
sheena hebat.wonder women
2022-03-14
0
Kar Genjreng
ketemu lagi ketemu lagi deh senangnya hatiku ha ha ha😂😂😂😂😂😂 ahirnya di pertemukan kembali.. memang jodoh takan lari kemana.. yang jorok dan usil bertemu drngan yang super bersih dan tukang marah marah...
2022-01-19
0