“Dimana ini?”
Hao Long yang merasa baru bangun dari tidur, terkejut mendapati dirinya berada di atas sebuah dahan pohon dengan perut yang menjadi penahan bagi tubuhnya agar tidak jatuh ke tanah.
Hao Long lalu membenahi posisinya dan Ia tersadar hingga berpegangan sangat erat, ketika menyadari dirinya berada di atas sebuah pohon yang sangat tinggi dengan batangnya yang sangat besar.
“Kenapa Aku bisa berada di atas sebuah pohon. Bukannya aku tadi telah jatuh bersama bus? Apakah pohon ini berada di dasar Jurang?” Banyak pertanyaan dalam benak Hao Long saat ini.
Hingga Ia tak sengaja melihat sebuah cincin berwarna merah di jari manisnya. Saat itulah Ia menyadari jika mimpi yang baru Ia alami bukanlah sekedar mimpi biasa.
“Kenapa seperti dalam cerita-cerita komik yang ku baca?” Hao Long menggaruk-garuk kepalanya, saat mengingat apa yang dijelaskan oleh Dewa Naga Api padanya saat tadi bermimpi.
Secara tak sengaja pula, Hao Long melihat tas miliknya yang tersangkut di sebuah ranting pohon. Ia pun lalu mencoba mengambilnya, namun karena tas itu terlalu jauh, Ia pun gagal.
Hao Long terduduk lemas hingga lebih dari sepuluh menit, sesaat kemudian Ia mendengar suara beberapa orang, yang sepertinya sedang mencari sesuatu.
“Cepat cari di sekitar pohon ini, Aku yakin melihat cahaya merah itu jatuh di sini!” Suara seorang Kakek terdengar memberi perintah.
Mata Hao Long membelalak lebar, saat dari sela-sela dedaunan yang sangat rimbun, Ia melihat seorang Kakek berpakaian seperti orang jaman dulu. Dan yang membuatnya mengusap mata adalah orang-orang itu bisa terbang seperti burung.
“Yang benar saja! Ini sebenarnya dimana sih? Benarkah ini di masa empat ribu tahun sebelum masa kehidupanku. Aaah… tidak! Tidak mungkin!”
Hao Long berteriak dalam benaknya sambil meremas rambutnya dengan kuat.
Hal itu membuat Kakek yang memberi perintah tadi, berhasil mengetahui keberadaannya. Ia pun bergegas melesat dan tiba-tiba saja telah berada di depan Hao Long.
Hao Long terdiam dengan wajah ketakutan walau Kakek itu terlihat baik, namun karena wajahnya yang menatap heran ke arah dirinya, membuat Hao Long menjadi ngeri.
“Bocah Siapa Kau? Dari mana asal mu?” Tanya Sang Kakek karena melihat pakaian yang dikenakan oleh Hao Long, terasa asing di matanya.
Hao Long terlihat kebingungan untuk menjawabnya. Bagaimana mungkin Ia akan mengatakan jika dirinya berasal dari empat ribu tahun dari masa sekarang.
Sementara itu, rekan-rekan Kakek itu mulai berdatangan. Hal itu membuat Hao Long semakin menjadi ciut nyalinya.
“Kenapa Kau diam saja? Apa aku harus memaksamu dengan kekerasan?” Tanya sang kakek menatap tajam ke arah Hao Long.
Merasa tak ada pilihan lain, Hao Long lalu menjelaskan apa yang baru Ia alami.
Bermula dari apa yang Ia lakukan di masa depan, bermimpi bertemu dengan sosok yang mengaku Dewa Naga Api. Dan lalu tersadar saat sudah berada di atas pohon.
Wajah Kakek itu dan empat orang yang berada di dekatnya, seketika berubah menjadi cerah dengan bahagia yang terlihat jelas dalam senyum lebar mereka.
“Kenapa Kakek tersenyum? Apakah aku terlihat seperti pelawak?” Tanya Hao Long heran.
“Pelawak? Apakah dia kultivator yang hebat?” Tanya Kakek tersebut. Hao Long langsung menepuk jidatnya. Merasa konyol dengan apa yang Ia ucapkan.
“Jadi aku benar-benar terlempar ke masa lalu, ke dunia kultivator yang katanya adalah dunia yang kejam, dimana yang kuat dialah yang berkuasa.” Dalam benaknya Hao Long menyimpulkan situasinya sendiri.
“Bukan Kek, pelawak itu orang yang pintar dalam membuat orang tertawa. Bukan kultivator. Di dunia kami tidak ada yang namanya Kultivator.” Hao Long menjawab dengan senyum tipis. Ketakutan terlihat mulai hilang dari wajahnya.
“Lalu kenapa kakek dan paman semua tersenyum?” Hao Long mengulangi pertanyaannya.
“Jika kau benar dari masa depan, maka kau adalah sosok yang sedang ditunggu oleh semua orang di dunia ini. Sosok yang diramalkan mengakhiri penderitaan manusia dari kesengsaraan akibat ulah Sekte Aliran Hitam. Apakah Kau memiliki nama belakang Long?”
Wajah Hao Long menunjukkan rasa terkejut yang luar biasa. Membuatnya nyaris terjatuh dari dahan pohon jika saja Kakek tersebut tidak segera bergerak cepat menahannya.
“Sepertinya dugaanku benar. Sebaiknya Kau ikut kami pergi dari tempat ini terlebih dahulu.” Ajak sang Kakek yang tidak perduli dengan wajah pucat Hao Long yang hampir saja jatuh itu.
“Kek .. tunggu sebentar, bisakah aku membawa tas milikku?” Tanya Hao Long saat tangannya diraih oleh sang kakek sambil menunjuk ke arah dimana tas besarnya tersangkut.
Sang Kakek segera membawa Hao Long melayang di udara mendekati tempat dimana tasnya berada. Hao Long lalu mengambil tas itu.
“Benda apa yang dibawa bocah itu? Pasti banyak pusaka di dalamnya.” Salah seorang bertanya kepada rekannya yang lain, saat mereka berlima melayang meninggalkan pohon itu.
Hao Long yang merasa kagum dengan apa yang terjadi, hanya diam saja mendengar pertanyaan orang itu.
“Akan kutunjukan pusaka-pusaka hebat milikku pada kalian nanti. Pusaka yang tidak pernah kalian lihat sebelumnya.”
Hao Long tersenyum-senyum sendiri saat Ia membayangkan wajah-wajah kagum dan heran dari mereka saat melihat barang-barang yang Ia bawa.
“Kita akan pergi kemana Kek?” Tanya Hao Long yang penasaran. “Kita akan kembali ke Sekte Naga Api tempat kami tinggal selama ini.” Jawab Sang Kakek.
“Kakek nama Kakek siapa? Dan sepertinya Kakek sangat dihormati oleh mereka berempat.” Tanya Hao Long lagi.
“Namaku Gu Bao, Aku adalah Ketua Sekte Naga Api ke 8. Apakah Kau mau bergabung menjadi anggota Sekte kami? Oh ya siapa nama marga mu?” Tanya Gu Bao Kepada Hao Long.
“Aku bermarga Hao Kek.” Jawab Hao Long.
“Apa!! Marga Hao?!” Karena terkejut Gu Bao melepaskan pegangan tangannya. Hal itu membuat tubuh Hao Long jatuh meluncur cepat ke tanah.
Wajah Hao Long menjadi pucat dan Ia tidak mampu berteriak lagi karena jatuh dari ketinggian lebih dari seratus meter.
Lima detik kemudian, Gu Bao kembali meraih tangan Hao Long setelah tersadar jika tangan Hao Long terlepas dari genggamannya.
“Kakek? Kenapa Kakek terkejut mendengar margaku?” Tanya Hao Long beberapa saat kemudian setelah Gu Bao meminta maaf karena telah melepaskan dirinya.
“Itu … bukan-bukan apa? Aku hanya teringat sesuatu.” Jawab Gu Bao berusaha menutupi sesuatu dari Hao Long.
Sementara keempat orang yang lain, memandang Hao Long dengan penuh kebencian setelah mengetahui marganya.
Hao Long bisa merasakan hal itu, Ia hanya bisa menduga bahwa telah terjadi sesuatu yang tidak baik antara Sekte Naga Api dengan seseorang bermarga Hao.
Suasana pun menjadi canggung, itu karena Gu Bao sedang terdiam dan memikirkan langkahnya ke depan nanti.
“Aku tidak boleh terbawa suasana, sekalipun Ia bermarga Hao, tapi dia berasal dari masa depan.” Dalam benaknya Gu Bao akhirnya memutuskan langkahnya.
Jika saja Hao Long bukan berasal dari masa depan, mungkin saat ini. Tubuhnya telah hancur menjadi bubur sumsum merah darah.
*****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 169 Episodes
Comments
Asiyah Asiyah
sdkt menarik
2024-05-23
1
Nf@. Conan 😎
g mmpir thor..
smoga crita nya bguuus
2024-04-18
0
Pendi Sukm
dari awal sudah bagus...semoga semaksimal n bagus 👍👍👍
2024-03-02
0