Rendi keluar rumah dalam keadaan kesal. Saat ini ia sedang merencanakan sesuatu agar acara bulan madu tidak terlaksana. Di pinggir jalan dengan kendaraan lalu lalang. Rendi memarkirkan mobilnya di pinggir jalan di atas jembatan playover.
Ia keluar memandang keramaian kota ia berkali-kali membuang nafasnya kasar.
"Sial ... wanita itu, bahkan setelah aku lihat bekas di dadanya masih saja mau mengajaku berbulan madu ?" ucap Rendi geram.
"Tunggu saja kamu wanita sialan ! Di waktu yang tepat akan ku bongkar semua kelakuanmu itu," ucap Rendi dengan nada kesal kembali.
Sebenarnya saat satu bulan pernikahan lalu.
Rendi pulang larut sekali dari kantornya ia ketiduran dan tanpa ia sadari,ia beranjak ke tempat tidur dimana istrinya tertidur .
Disana Rendi sudah mencoba menerima dirinya bahwa ia sudah beristri dan sudah haknya ia pada istrinya tapi disaat ia terbaring dan berbalik melihat istrinya sepertinya istrinya kelelahan.
"Apa Dia, mengerjakan pekerjaan rumah? Lalu kerja apa para pembantu disini," gumam Rendi
Ia mencoba sebelah tangannya untuk membuka kancing baju tidur yang istrinya pakai.
Tampak Nia sama sekali tidak terganggu ia sangat pulas.
Saat Rendi membuka kancing baju istrinya, saat melihat tubuh istrinya, betapa terkejutnya Rendi saat apa yang ia lihat dengan kedua benda yang ia lihat dalam keadaan kerbekas merah. Ada banyak tanda merah di sana. Membuatnya mengerutkan dahinya. Rendi menggeser posisi duduknya.
Sontak ia bangun dari tidurnya, ia menduga-duga apa yang terjadi ternyata istrinya seperti itu.
"Huh, pantas saja ia tidak sadar kalau aku ada di sampingnya," gumam Rendi .
Rendi turun dari ranjangnya dengan wajah tampak suram dan kesal melihat istrinya.
"Lakukanlah sesuka hatimu, begitu tidak tahannya kah kamu tanpa sentuhan Nyonya Rendi," kata Rendi .
Rendi berlalu dari kamarnya,
semenjak saat itu ia tak pernah mau tidur semalampun dengan istrinya. Perasaan di khianati dan tidak di hargai benar-benar ia rasakan.
Rendi melajukan kembali mobilnya menuju apartement yang ia miliki di dekat perusahaanya ia tidur di Apartementnya.
**********
Prolog Rara
"Sudah seminggu semenjak pernikahan ini, mas Radit bahkan belum pernah menyentuhku, paling hanya bersalaman setiap ia berangkat dan pulang bekerja."
Rara merasa heran apa suaminya tidak mau menyentuhnya atau memang ia tidak berani.
"Nanti saja aku coba kata Dilla aku harus memakai pakaian seperti yang ia kirim kemarin ke hapeku.
Aku harus keluar dan mencari yang sesuai kata Dilla."
Rara berbicara sendiri dan kini ia bergegas melajukan mobilnya dengan berpakaian rapih, kemeja peach, celana jeans Navi, hijab moca. Rara mengendarai mobilnya ke pusat perbelanjaan.
Ia berjalan mencari toko pakaian khusus wanita dan benar saja ia terkejut dengan apa yang ia lihat.
"Astagfirullooh, apa ini yang Dilla maksud kenapa baju yang tidak selesai di jahit ini di pajang ya ?" gumamnya.
Rara berjalan menghampiri sebuah toko khusus wanita. Ia bergumam pada dirinya sendiri dari tadi.
"Tapi demi kelangsungan rumahtanggaku aku harus siap," ucap Rara teguh.
Rara melihat-lihat apa saja yang harus ia beli. Saking bingungnya ia di hampiri oleh pelayan toko.
"Ada yang bisa saya bantu Mba?" tanya pelayan toko.
"Hmmm, ada kah pakaian yang seperti ini Mba?" tanya Rara
Rara mencoba mendekati pelayan tersebut, ia menunjukan gambar di hapenya
pelayan itu tersenyum ramah.
"Silahkan, Mba !" seru pelayan itu sambil menunjukan arah pada Rara kini Rara mengikuti pelayan toko itu.
"Silahkan di lihat-lihat dulu, Mba," ucapnya.
Rara mengangguk, ia tertuju pada gaun tidur yang tidak terlalu terbuka. Bahkan sama sekali tidak sama dengan apa yang ia cari. Ia membeli dres tidur warna marun yang sedikit terbelah bagian dadanya dengan tali tipis.
"Apakah benar apa yang aku lakukan ini? Aku seperti mempermalukan diri sendiri," ucapku pada diri sendiri.
Aku melakukan pembayaran ke kasir, dan keluar dari pusat perbelanjaan menuju mobilku. Sempat aku melihat sosok yang tak asing di arah kejauhan.
Rara melihat seorang pria berjas abu tua duduk di sebuah Cafe yang sedang asik dengan lamunannya.
Rara mengingat-ingat pria yang ia lihat itu.
"Sepertinya aku pernah lihat dimana yah," ucap Rara.
Rara tak menggubris kepenasarannya, ia bergegas kembali dan menuju parkiran dimana mobilnya berada.
Raditya menyediakan mobil untuk Rara agar bisa di pakai kemanapun Rara ingin pergi. Sejak awal pernikahannya mobil itu sudah terparkir di garasi rumahnya.
Rara melajukan kendaraanya dengan kecepatan sedang, menuju ke Rumahnya yang kini hanya di tinggali Rara dan Radit bersama.
Mereka memutuskan untuk tinggal berdua saja tanpa harus bergantung dengan orang tuanya.
Mereka membawa kedua pembantunya. Raditya setuju untuk pindah rumah dari orang tuanya.
Rara berpindah agar bisa leluasa menghabiskan waktu berdua mereka.
Walau kenyataanya mereka sama sekali tidak sebaik dugaan, justru Rara semakin bingung harus berbuat apa.
Rara mencoba menenangkan hatinya, untuk menerima apapun yang sedang terjadi termasuk suaminya, yang sama sekali belum pernah menyentuhnya.
Rara menengadahkan kepalanya saat kendaraannya berhenti di depan rumahnya. Ia tidak langsung keluar dari mobilnya. Ia masih asik dengan pikirannya.
"Kenapa pria singa itu ada di pikiranku ya? Emang sih dia tampan, tapi kan gak gitu juga kali, masa memaki aku sampe segitunya padahalkan aku hanya menabraknya saja tidak sengaja kamu ini judes hei cowok singa," gumam Rara tertawa setelah menggerutu sendiri.
Saat Rara mengingat kekonyolannya. Ia teringat akan sahabatnya yang konyol.
"Dilla Sayang ... kamu sukses membuatku gila ya," ucap Rara terkekeh.
Rara memasuki rumahnya,ia melihat rumah yang sepi tanpa suara apapun.
"Kemana para pembantu di rumah,apa mereka sedang keluar?" gumam Rara.
Rara mencari ke segala arah dan ruang tapi tidak ada yang ia temuai.
"Mungkin mereka sedang keluar atau di halaman belakang," ucap Rara.
Rara menaiki tangga ia bergegas menuju kamarnya, ingin mencoba pakaian yang ia beli di pusat perbelanjaan tadi.
Saat di dalam kamar Rara sempat berpikir tentang bagaimana cara menyikapi suaminya.
Ia bahkan berpikir untuk menggoda suaminya yang belum pernah mau menyentuhnya.
Rara berdiri di depan jendela yang terbuka ia menopang dagunya dengan segala pikirannya yang melayang-layang.
"Aku bahkan belum pernah membayangkan ingin di sentuh pria,tapi kali ini aku malah mencoba berbagai cara agar di sentuh pria hahaha." Rara terkekeh sendiri.
Sebenarnya di lubuk hati Rara yang paling dalam. Ia merasa sedih karena baru kemarin ia bermain bercanda ria dengan sodarinya, keluarganya.
Tapi saat ini dia bahkan berada di tempat asing, suami yang belum ia kenal. Bahkan sekarang ia harus belajar mendekati suaminya.
Bagi Rara saat ini apapun yang terjadi terasa sakit di dada saat mengingat kenyataan bahwa ia sudah menjadi seorang istri sekarang.
Tidak terasa saat memikirkan itu semua air mata Rara jatuh tanpa sengaja. Hingga mengalir deras saat Rara menutup wajahnya dengan kedua tangannya. Semakin ia memikirkan kehidupannya justru malah semakin terasa menyakitkan di hatinya.
Rara menangis sampai sesegukan
Untuk kali ini, ia tumpahkan segala beban dalam pikirannya hanya dengan menangis, karena itu yang bisa Rara lakukan untuk saat ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 272 Episodes
Comments
Dharma
kayaknya raditya deh yg tdr sama nia istri dri rendi anggara
2023-04-11
0
Rien Hanarie
awal rumah tangga yang aneh, malu maku tapi maluuu
2022-09-18
0
Riry Setya
Aditya selingkuh sama Nia??
2021-03-09
0