Istri Kedua Tercinta
DI Pagi Hari Rumah Permana.
Seorang gadis sangat gusar dalam duduknya, ia sedang mendengarkan keluarganya yang membicarakan tentang pernikahannya yang secara mendadak baginya. Ia hanya bisa diam menanggapi setiap ucapan orang tuanya yang secara sepihak bahkan sama sekali tidak memberinya waktu untuk protes apalagi menolaknya.
Rara Permana seorang gadis yang usianya baru menginjak 20 tahun, saat ini ia sedang duduk tidak menanggapi setiap ucapan keluarganya yang setuju tentang perjodohan Rara dengan pria yang sama sekali tidak ia kenali seperti apa wajah calon suaminya itu.
"Kenapa aku harus berada di situasi seperti ini sih,bukankah semua itu hanya ada di cerita saja ya tentang menikah karena perjodohan hanya ada di novel," batin Rara.
Ibu Rara melihat ke arah anaknya yang hanya diam saja dari tadi, mendengarkan percakapan keluarganya yang merencanakan acara kernikahannya. Ia mendekati Rara yang pandangannya tanpa arah menggeluti setiap pikirannya yang kesana kemari.
"Sayang ... apa kamu senang? Kamu tidak ada pemuda yang kamu sukaikan?" tanya ibu Rara.
Rara menoleh ke arah ibunya yang bertanya hal yang sama sekali tidak bisa ia jawab. Ia berpikir akan jauh lebih baik jika ada seorang pria yang ia sukai untuk menggagalkan rencana perjodohan ini.
Tapi kenyataannya ia bahkan enggan untuk berbincang dengan pemuda yang ada di desanya ini.
"Kamu harus tahu semua ini untuk kebaikanmu begitupun Ayah yang mengandalkan perjanjian ini. Ayahnmu pada sahabatnya itu Sayang, selain itu mau sampai kapan kamu tidak mau berdekatan dengan pria. Ayah dan ibu ini sudah mulai tua kami ingin kamu bahagia dan melihatmu menikah Nak," lirih ibu Rara.
Rara tertegun mendengar ucapan sendu ibunya yang teramat ia sayangi.
Ia memeluknya dan mengecup pucuk kepala ibunya.
"Ibu tenang saja Rara mau kok, menikah tapi Rara minta ijin dulu untuk keluar sebentar ya bu bolehkan, pernikahannya besok jadi Rara mau bertemu Dilla dulu sebentar ya," ucap Rara tersenyum.
Ibu Rara mengangguk dan membiarkan putri semata wayangnya pergi keluar untuk menenangkan dirinya. anak gadisnya itu berpamitan pada ayahnya keluar dari rumahnya. Gadis yang mengenakan pakaian stelan atasan dan jeans beserta penutup kepala yang berbalut rapih.
Setelah berpamitan untuk pergi mencari angin dan inspirasi Rara berjalan menelusuri perkebunan teh yang jaraknya tidak cukup hanya untuk berjalan kaki saja. Ia masih dalam pikirannya mengingat-ingat setiap ucapan kedua orang tuanya tadi.
"Sayang,kamu harus siap-siap untuk menikah besok pagi ya," ucap Ibunya.
Rara hanya mendengarkan ucapan kedua orang tuanya dalam diam.
Ia bahkan terpikirkan ucapan itu dari dua hari yang lalu.
Rara terdiam tidak menjawabnya.
Rara berlari menelusuri jalan perkebunan teh,dengan sangat tergesa-gesa.
Setelah ia memikirkan tentang perjodohannya.
Rara berpikir. Ia mencoba untuk mencari Sahabat sekaligus Saudarinya Dilla.
Ia berlari di sepanjang perjalanan kebun teh milik pamannya yang tak lain adalah ayah Dilla.
Setelah berlari sambil menghilangkan kegundahannya. Sampailah ia di pertengahan kebun teh, ada Saudari sekaligus sahabatnya Dilla.
Ia juga anak pemilik perkebunan teh sekaligus Paman Rara.
"Asalamualaikum ... La," ucap Rara.
"Waalaikumsalam Ra, kamu kenapa sih sampe berlari segala, keringatan tuh dahimu," ucap Dilla khawatir atas sahabatnya itu.
"Hmmm ... " helaan nafas Rara sambil menarik nafas berulang ulang.
"Ada apa?" tanya Dilla.
"Aku akan menikah besok," ucap Rara.
"Wah ... wah ... selamat ya sayang udah mau jadi pengantin," ucap Dilla.
"Aku serius La, aku harus bagaimana, aku tidak mau menikah dengan pria yang bahkan tidak tahu siapa namanya bagaimana wajahnya, aku bahkan belum bermimpi untuk menikah," ucap Rara.
Dilla terdiam mengangguk-anggukan kepalanya dan kini mereka terdiam bersama Rara yang juga sedang terdiam mengatur nafasnya setelah berlari.
Dilla dan Rara kini berjalan berdua ke tengah- tengah perkebunan teh yang sama sekali tidak ada orang yang dapat mendengarkan percakapan mereka.
"Hmmm ... bagaimana kalau kamu menikah dengan Agus dia kan mencintai kamu," ucap Dilla.
"Cetakk ..." Dilla mengaduh dengan tangan di kepalanya.
Rara memukul kepala Dilla dengan gemasnya pada Saudarinya.
"Itu namanya keluar dari singa masuk ke buaya gila," gerutu Rara.
"Hei ... aku bukan gila tapi Dilla tau," gerutu Dilla melipat tangannya di dadanya.
Seketika Rara tertawa melihat Dilla marah padanya. Dila melihat Rara dan ikut tertawa. Mereka menghabiskan hari dengan bercanda seperti biasanya.
Setelah di kira tidak ada hal apapun yang mesti di lakukan. Dilla bahkan tidak tahu solusinya bagaimana.
Rara berpamitan dan kembali untuk pulang.
Dalam perjalananya Rara masih tetap berpikir dengan pandangan yang tak menentu arahnya. Ia bahkan tidak tahu harus bahagia atau sedih.
Rara memikirkan berbagai cara agar bisa membatalkan perjodohan,yang di lakukan orang tuanya.
Tapi semua gagal karena tidak ada cara untuk menghindarinya. Rara terdiam lama, memikirkan kehidupannya yang akan datang jika masih harus mengikuti acara perjodohan ini.
"Andai saja ada seorang pangeran yang mau membawaku lari dari perjodohan ini, aku pasti akan ikut, tapi tidak untuk menikah dengannya, aku hanya ingin menghindari perjodohannya saja" batin Rara.
Rara terkekeh dengan pikirannya sendiri,juga bersedih dengan kenyataan yang saat ini benar-benar membuatnya bersedih dan gundah.
Ia berjalan menelusuri jalanan dengan langkah yang gontai tanpa ada semangat di dalam dirinya.
Assalamualaikum kakak selamat membaca dan bahagia ya kak.
Karya pertama yang sedang berlangsung ini kak. Semoga senang kakak.
Semoga readers meninggalkan jejak likes, koment, vote dan bintang juga favoritkan ya.
Salam kenal dari Author Herti Bilkis😊😊😊.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 272 Episodes
Comments
Neulis Saja
ok keep up spirit 💪
2023-02-26
1
Eman Sulaeman
menyimak
2022-05-07
0
Munaria Lasenti
aku mampir 🥰
2022-01-18
1