Prolog Rendi Rara
Mereka beradu tatap lama.Saling mengisi pikiran mereka masing-masing. Setelah beberapa saat Rara terbangun ia sedikit meringis memegang kepalanya.
"Kamu sudah baikan?" Tanya Rendi memperhatikan Rara.
"Iya,"jawab Rara.
"Diamlah aku akan bawakan makanan untukmu,"ucap Rendi.
Sebelum Rara menjawabnya,Rendi sudah beranjak ke dapur.
Ternyata Rendi sudah membuatkannya bubur untuk Rara tadi sebelum ia memejamkan matanya.
Rendi kembali dengan sebuah nampan yang berisi mangkuk bubur dan air putih menyodorkannya pada Rara.
"Makanlah,kamu ini pemilik cafe dan selalu melayani pelangganmu tubuhmu sendiri tidak kamu hiraukan," ucap Rendi.
Rendi menyimpan mangkuk bubur di meja pinggir kasurnya dimana Rara terduduk di atas ranjang.
"Apa ini tempat tidurnya,ya ampun aku bahkan tidur di kasurnya apa yang akan terjadi jika nanti dia marah," batin Rara.
"Kenapa saya bisa ada disini dan anda?" Tanya Rara heran.
"Kamu mencelakaiku tadi malam makanya aku bawa kamu kesini,"jawab Rendi sedikit tersenyum.
"Benarkah? Kenapa saya tidak ingat dan saya mencelaki anda apa maksudnya?" Tanya Rara heran.
"Sudahlah, cepat makan jangan sampai mati disini," celetuk Rendi.
"Kamu mendoakanku mati?" Bentak Rara.
Rendi terdiam saat Rara meneriakinya.Ada senyum kebahagiaan di raut wajah Rendi saat mendapati Rara mengomelinya.
"Hmm, ini baru aku suka," Pikir Rendi tersenyum.
"Makanlah dan habiskan," ucap Rendi lembut sedikit tersenyum.
"Cepat sekali dia berubahnya dasar singa," batin Rara.
Rendi masih dengan duduk di hadapan Rara.
"Tapi ... apa dia yang membawaku dan merawatku?" Gumam Rara.
"Terimakasih," ucap Rara lirih.
"Hhmmm," jawab Rendi.
Rendi memperhatikan Rara
ia makan dengan lahap sekali sampai tidak tersisa.
Rara yang makan dengan lahap sehingga membuat senyum Rendi mengembang.
"Kamu seperti orang gila yang kelaparan," celetuk Rendi.
"Uhuk." Rara tersedak.
Rendi memberikan minum padanya Rara bergegas menyimpan mangkuk kosong di meja.
Ia mengambil air minum dari Rendi dan meminumnya.
Rara membulatkan kedua matanya setelah melihat wajah tersenyum Rendi yang menatapnya.
"Uuuh dia tampan sekali,tapi kenapa dia tersenyum padaku,apa dia berencana jahat padaku?" Pikir Rara.
"Terimakasih, ini sangat enak dan benar saja sepertinya saya lapar makanya saya terbangun,apa ini buatan anda tuan?" Tanya Rara.
Rendi terdiam tanpa menjawab perkataan Rara.Ia malah menatap Rara tanpa ekspresi untuk kali ini.
Rara berterimakasih dengan bibir tersenyum
Ia sudah sepenuhnya bertenaga sekarang bahkan ia membuka kabel infusanya.
Rendi masih mencoba mencegah Rara untuk melepas kabel infusannya setelah tadi ia beradu tatap dengan Rara.
"Kamu sebaiknya diam di tempat jangan kemana-mana dan kenapa kamu masih melepas itu?" Tanya Rendi.
Rendi menujuk tangan Rara yang telah mencabut infusanya.
"Saya sudah tidak apa-apa Tuan..dan juga saya hanya demam juga lapar buktinya cukup dengan makan saja saya sudah bisa bangun," ucap Rara sambil cengengesan.
"Kamu ... " ucapan Rendi terhenti.
Pandangan Rendi mengikuti arah kemana Rara berjalan melihat ruangannya.
"Waaah Apartment ini luas sekali juga sangat indah bersih ," puji Rara melihat Rendi.
Rendi mengangguk dan tersenyum sambil mengikuti Rara.
"Tuan,apa saya boleh ikut ke kamar mandi?" Tanya Rara.
Rendi mengangguk menunjukan ke arah pintu kamar mandinya dan Rara bergegas untuk berlari ke kamar mandi.
Rara sempoyongan tubuhnya tidak setabil dengan sigap Rendi menangkap Rara.
Mata mereka beradu tatap begitu lama
Sampai Rara menyadari bahwa pria yang ada di hadapanya bukan hanya tampan.
"Dia sangat tampan," batin Rara.
"Gadis ini cantik sekali padahal dia sedang sakit," batin Rendi.
"Ehem ... " Rara berdehem.
"Kamu ceroboh sekali pada dirimu sendiri," ucap Rendi sallah tingkah.
"Maaf ," jawab Rara.
Rendi melihat ke arah Rara
Ia mengisyaratkan matanya untuk menyuruh Rara bergegas ke kamar mandi.
Rara pergi ke kamar mandi
Kini Rara di depan cermin ia berbicara sendiri dengan pipi yang memerah semu menahan malu.
"Apa ini kenapa jantungku seperti mau copot saja juga wajahku berasa panas ," gumam Rara.
Setelah selesai Rara memberanikan diri untuk kembali keluar.
Rara keluar kamar mandi dengan penampilan segar. Ia mandi dengan memakai pakaiannya kembali.
Rara menghampiri Rendi yang sedang duduk membaca koran pagi. Dengan segelas kopi ia melirik kepada Rara.
"Kamu habis mandi dan tidak mengganti pakaianmu?" Tanya Rendi.
"Hanya ini yang saya pakai Tuan, memang kenapa masa saya harus memakai baju Tuan," ucap Rara polos.
"Uhuk ... " Rendi terbatuk ia tersedak mendengar ucapan Rara.
Rara berjalan dan duduk tanpa melihat ekspresi salah tingkah Rendi.
"Berani sekali dia bicara seperti itu," batin Rendi.
"Anda tidak ke kantor Tuan?" Tanya Rara.
"Tidak ," jawab Rendi.
Rendi sudah memberikan semua pekerjaannya pada Ken untuk urusan di kantor.
Rendi tidak mau mengabaikan moment saat dia bersama Rara.
"Kalau begitu saya pergi ya Tuan?" Ucap Rara.
"Kau mau kemana?" TeriakRendi.
"Tuan, kan saya harus ke cafe,juga saya tidak perlu berlama-lama disini tidak baik untuk wanita dan pria berduaan di ruangan apalagi kita ini bukan muhrim," ucap Rara.
"Kamu tidak boleh pergi," ucap Rendi.
"Kenapa ?" Rara heran.
"Kamu masih sakit, juga jangan kamu ucapkan kata formal panggil namaku saja," kata Rendi intens.
"Hmmm kenapa ?" Rara masih tidak mengerti.
"Kamu dan aku bukan karyawan dan atasan ," jawab Rendi.
"Lalu kita ini apa?" TanyaRara dengan wajah polosnya.
Rendi jadi salah tingkah dan dadanya bergemuruh dengan pertanyaan Rara yang terakhir apalagi Rara tersenyum semanis itu.
"Haha, baiklah Tuan, saya hanya bercanda.Baiklah karena kita bukan atasan dan karyawan kita jadi teman saja yah," ucap Rara.
Rara masih tersenyum pada Rendi yang semakin membuat dada Rendi semakin bergemuruh.
Semakin Rendi lihat wajah Rara dan senyumanya
Jantung Rendi semakin tak karuan.
"Cup."
Rendi menarik wajah Rara dan menciumnya dengan sangat lama dan dalam.
Rara terkejut dan membulatkan kedua bola matanya.
Ia segera mendorong tubuh Rendi dan menekanya.
"Kamu ... " teriak Rara.
Rara bangkit dari duduknya dan mengusap bibirnya.
"Kamu keterlaluan dan tidak sopan," ucap Rara kesal dan matanya sampai berkaca-kaca.
"Aku ... ?" Ucapan Rendi terhenti.
Rendi tidak bisa bicara,ia juga terkejut atas apa yang terjadi
Rara bergegas menuju pintu keluar. Dengan cepat Rendi memegang tangan Rara menghentikanya erat
Rara masih memberontak.
"Maafkan aku Rara, aku tidak tahu apa yang sudah aku perbuat tadi itu tidak di sengaja," ucap Rendi memohon.
Rara terdiam saat melihat penjelasan Rendi dengan permohonannya.
Rara menduga-duga setiap perasaannya barusan.
Walau itu semua kecelakaan tapi ada hati yang berdebar di dadanya.
Begitupula hati Rendi berdetak kencang saat ia menyadari kelakuannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 272 Episodes
Comments
Nene Juan
udh kaya bebek main sosor aja, abang Rendi.
2021-05-23
0
nuraini
aduh bang rendi maen nyosor aja sih😅
2020-12-21
1
Ria Susnita
Jadu jth cinta ni😁😁😁
2020-10-27
0