Prolog Rendi.
Sekitar jam 21:00 malam. Rendi yang tidak sempat bertemu Rara dengan wajah kesalnya ia juga sedih saat tidak melihat gadis itu.
Ia mengendarai dengan kecepatan cepat kendaraannya dengan hati yang kecewa.Hanya ia gagal untuk melihat sosok Rara.
Mungkin tidak tahu juga Rendi ini. Sejak kapan Rendi sampai ingin memandangnya terus.
Dalam pikiran melamunnya Rendi bahkan hampir menabrak sebuah mobil di depan yang berhenti.
Rendi terkejut,sontak Rendi mengumpat kesal,jantungnya juga berdetak kencang.
"Sialan hampir saja," umpat Rendi.
Dalam keadaan kesal Rendi keluar dari mobilnya dan hendak menghampiri pemilik mobil di depan yang hampir saja membuatnya celaka.
Disaat Rendi sampai di depan pengemudi yang kaca jendelanya terbuka. Rendi terkejut dengan orang yang ada di dalamnya.
"Rara?" Teriak Rendi.
Rendi tampak panik dengan gadis di hadapannya yang tengah tertidur.Tapi Rara yang di tanya tidak menjawab.
"Apa dia tertidur di jalanan?" Rendi heran.
"Apa dia kecelakaan?" Rendi mulai panik menduga-duga.
Rendi mencoba mengguncang pundak Rara,untuk membangunkannya.
Ia juga memberanikan diri untuk menyentuh Rara.
"Kenapa pundaknya hangat begini ya?" Gumam Rendi.
"Ra, Rara?" Teriak Rendi mencoba memanggil kembali.
Rendi beralih menyentuh dahi Rara sontak Rendi panik,ia menyentuh kening Rara dengan kedua mata membulat karena terkejut.
"Dia demam,lalu kenapa ia disini kenapa malah pingsan di saat malam dan juga di jalan," Rendi berbicara tanpa henti ia melihat mata Rara yang basah .
"Sepertinya dia habis menangis dalam keadaan demam begini," ucap Rendi.
Rendi mencoba membuka pintu mobil kemudi.Ia mencoba membangunkan Rara kembali tapi tidak ada perubahan dari Rara,ia masih tertidur.
Rendi menggendong Rara dan membawanya ke mobil Rendi.
"Harusnya kamu diam saja di rumah kenapa malam -malam begini kamu keluar juga pingsan di tengah-tengah jalanan bagaimana kalau bukan aku yang menemukanmu," Rendi tetap berbicara.
Melihat Rara yang menutup matanya dengan bercak sisa air matanya Rendi mengusapnya cemas.
"Apa yang terjadi denganmu Rara? Gumam Rendi.
Rendi dengan cepat mengendarai mobilnya menuju apartementnya. Sesampai di parkiran Apartmenya.
Rendi menggendong Rara naik lift Apartementnya menuju lantai tiga.
Rendi meletakan Rara di atas kasurnya Rendi merogoh saku celana kanan nya dan menelpon.
"Kemarilah cepat!" Perintah Rendi.
Rendi menutup teleponnya tanpa menunggu jawaban orang yang ia telepon.
Dana seorang dokter dan juga sahabat Rendi. Dengan pakaian tidurnya ia cepat-cepat keluar dari rumahnya dan menaiki mobilnya.
Dana mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi,hingga tidak berapa lama ia tiba di Apartement Rendi.
Dana terlihat mengkerutkan dahinya melihat apa yang terjadi ia bahkan heran pada sahabatnya ini.
"Kenapa bengong cepat periksa dia," bentak Rendi.
Dana mengangguk dan langsung memeriksa keadaan Rara.
"Sepertinya dia terguncang hatinya dan terlalu banyak tekanan sehingga tubuhnya lemah. Sepertinya dia kurang nutrisi apa dia tidak pernah makan bahkan menangispun dia tidak bertenaga," ucap Dana pada Rendi .
"Lakukan yang terbaik," Rendi acuh.
"Aku sudah menginfusnya setelah dia sadar berikan obat ini dan jangan lupa beri dia makan," ucap Dana kembali.
"Siapa wanita ini aku belum pernah melihatnya dan nampaknya dia bukan Nia dia bahkan belum pernah membawa Nia ke apartmenya?" Gumam Dana.
"Apa masih ada lagi," tanya Rendi memasang wajah dingin.
"Baiklah, aku tidak akan menanyakan siapa gadis ini padamu nanti juga aku akan tau," ucap Dana sambil berjalan ke arah pintu dan pergi.
Rendi tidak menghiraukan ucapan Dana yang selalu banyak pertanyaan jika bertemu dengannya.
Ia memandangi Rara yang tertidur dengan wajah sembabnya.
Ada rasa bahagia bisa melihat Rara.
Tapi ada rasa cemas juga karena gadis yang ingin ia temui dalam keadaan tidak berdaya seperti ini.
Rendi memandanginya dengan kekagumannya pada Rara.
"Kamu bahkan tidak makan?" Ucap Rendi.
Rendi mendekati Rara dan memegang kening Rara memastikan apa masih panas .
Rendi mengerutkan dahinya dengan kesal ia mengambil handponnya kembali.
Rendi menelpon Dana kembali
Dana yang baru setengah perjalanan.
Ia mengangkat telepon Rendi.
"Kenapa dia masih panas?" Bentak Rendi .
"Astagaaa ... Kenapa aku harus punya sahabat bodoh begini sih ! Ken kamu kemana sih," Gumam Dana.
"Infusan aja belum 15 menit semua butuh proses tunggulah duajam kalo panasnya belum turun kamu kompres saja," jawab Dana.
"Kenapa harus aku yang melakukan?" Teriak Rendi.
"Karena hanya ada kamu dan dia sudah aku bilang miliki seorang pelayan biar kamu tahu apa yang harus di lakukan atau aku yang harus mengompresnya," jawab Dana.
"Hmmm," jawab Rendi mengakhiri telponya.
Rendi melempar kembali handponenya setelah menelepon dan menutup sambungan teleponnya pada Dana.
Dana yang mendapati telepon dari sahabatnya itu apalagi di tutup langsung oleh Rendi.
Ia tertawa dengan kekonyolan sahabatnya itu.
"Dalam berbisnis Rendi sangat akurat apalagi beradu tanding tapi tentang wanita dia nol besar," gumam Dana tertawa.
"Apa aku harus membuka kerudungnya?" Ucap Rendi.
Rendi tidak berani melakukanya ia mengompres Rara dalam keadaan seperti semula.
Ia tidak berani entah apa ia lebih ingin menjaga jarak.
Ia tidak mau sembarangan mungkin hanya Rara yang ia hargai yang di dalam benaknya Rendi tidak memiliki izin atas apa yang harus ia llakukan dari Rara.
Rendi mengompres Rara.
Ia terus berjaga sepanjang malam Hingga sepertiga malam Rendi mencoba menempelkan punggung tanganya di kening Rara kembali.
"Bagus akhirnya panasnya turun juga," ucap Rendi membuang nafas.
Karena berjaga sepanjang malam Rendi terduduk menghadap Rara. Dalam keadaan tidur terduduk sampai menjelang pagi.
Mata Rara terbuka dan ia melihat langit-langit ruangan yang tidak ia kenal sampai ia melihat seseorang yang terduduk di depanya.
Rara melihat tangannya yang ada kabel infus juga keningnya yang masih ada kompresan.
"Apa yang dia lakukan?" GumamRara heran.
Rara mencoba bangun tapi tak bertenaga.
Ia lebih memilih melihat-lihat setiap sudut ruangan dimana ia berada.
Rara juga melihat Rendi yang ada di depannya tampak tertidur kelelahan.
"Kenapa ada dia dan kenapa aku ada di rumahnya seharusnya aku kan ada di jalanan,apakah dia menolongku,oh ya ampun sweet banget dia mengompresku," batin Rara tersenyum**.
Rara mencoba membuka infus yang menancap di tangannya.
Saat tangan Rara memegang kabel infusan yang menancap sebuah tangan memegangnya.
Rara terkejut dan melihat wajah Rendi yang ada di hadapannya hanya sedikit jarak antara wajah mereka membuat jantung Rara dan juga Rendi berdetak kencang apalagi sentuhan tangan yang tiba-tiba mereka rasakan .
Rendipun mematung saat keberanian tangannya menyentuh tangan Rara untuk mencegah Rara mencabut infusan di tangan Rara.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 272 Episodes
Comments
Nene Juan
m'f thor jarang komen asik baca, tapi klu like ga ketinggalan.
2021-05-23
0
Herniyanti
aaaseeeekk mulai deh,,,
2020-09-21
0
Septy Cweet
ciiiieee
2020-08-01
5