Prolog Rara
Dengan hati bahagia dan senang Rara pergi dari rumahnya untuk pergi bekerja di Cafe barunya. Walau banyak sekali beban yang ia hadapi.
Rara yang sekarang sedang sibuk melayani para pengunjung cafenya tampak sibuk kesana kemari,dan Dilla menyiapkan semua pesanan yang hari ini.
Dari hari ke hari pengunjung lebih banyak. Rara tak henti -hentinya menyebarkan senyumanya pada setiap pelangganya yang keluar dan datang.
Dalam hati ia sangat bahagia,bahwa usaha ia dengan sahabatnya berjalan dengan sangat lancar.
Rara tak menyadari kalau ada empat pasang mata yang terus-menerus memperhatikanya dari tadi.
Hingga sampai ke arah kursi paling ujung. Rara menghampiri pengunjung yang baru datang.
Ia melihat seorang pria berjas hitam menatapnya intens dengan dahi mengkerut seketika Rarapun terkejut dengan pria yang ia lihat.
"Astagfirulloohaladzim ," ucap Rara.
Rara mengusap dadanya dan juga menutup mulutnya .
Rara menatap pria itu hingga pria itu tersenyum padanya sampai membuat Rara merasa merinding.
Rara berbalik dengan langkah pelan dengan sekuat tenaga ia percepat.
"Kenapa ada lelaki gila disini?" Gumam Rara.
"Semoga ia tak mengenaliku Ya Allaah, selamatkan aku dari kegarangan kaum pria," ucap Rara sambil mengusap wajahnya.
Rara kembali di sibukan dengan pengunjungnya yang tak kunjung henti. Sehingga ia tidak menyadari kalau pria yang di meja paling ujung sudah tidak ada lagi.
Rara berulang kali menghela nafas kasar, ia takut akan bentakan pria itu bila ingat kejadian dulu. Di saat ia terburu-buru untuk pernikahannya malah menabrak seorang pria. Bahkan ia di bentak oleh pria itu juga mengatakan bahwa dia gila.
"Alhamdulillaah ... Sayang akhirnya tutup juga ni cafe, " ucap Dilla.
"Iya hari ini sungguh menyenangkan ," jawab Rara.
"Tadi nampaknya kamu gelisah kamu sampai menghela nafas berkali kali kenapa sekarang bilang menyenangkan ?" Tanya Dilla heran.
"Biarlah aku tadi melihat singa badai makanya aku ketakutan dan tak bisa bernafas ," jawab Rara.
"Haha, nama buat siapa itu, suamimu?" Ejek Dilla.
"Kamu jangan terlalu banyak membicarakan suamiku aku sendiri tak tahu ia dimana ," Rara dengan nada sedih.
"Baiklah Sayang, apa kita mau makan, apa yang kita punya sekarang apa mau makan di luar ?" Tanya Dilla mengalihkan pikiran Rara yang nampak bersedih.
"Kamu cari makan sendiri aja ya ... aku cape mau pulang aja ," jawab Rara.
Dillaa mengembungkan pipinya tidak suka dengan ucapan Rara.
Rara mengambil tasnya dan pergi meninggalkan Dilla. Ia melambaikan tangannya pada sahabatnya itu.
"Baiklah hati hati di jalanya Ra ," teriak Dilla.
Rara mengangguk pada Dilla dan berjalan keluar dari Cafenya.
Ia bergegas untuk pulang walau hanya ada dia seorang diri di rumah.
Rara sering sekali kepikiran suaminya di setiap waktunya bila sudah berada di rumahnya.
Di saat Rara keluar cafe ia berjalan menuju mobil yang ia parkirkan di tempat parkiran perusahaan sebelah.
Kini ia berjalan dengan perlahan, bahkan Rara menghentikan langkahnya. Rara terkejut melihat pria yang ada di sebrang mobilnya yang sedang menelpon dengan nada tinggi.
Ia mengenali wajah pria itu, yang tak lain pria yang tadi di Cafe .
Ia yang begitu lama menatapnya seharian ini.
Rara bahkan menjulukinya pria singa badai.
Rara berjalan perlahan sambil menutup kepalanya dengan menggunakan kedua tangannya ia naikan ke atas.
Menutupi wajahnya dengan kedua tanganya yang memegang tas ia berputar hendak membuka pedal pintu mobil.
Saat Rara mencoba untuk membuka pintu mobilnya tiba-tiba saja sesuatu terjatuh dari arahnya.
Brukkk ....
Rara berhenti dari langkahnya, tangannya masih mencoba membuka pedal pintu mobilnya kembali. Ia membelakangi pria yang sedang menelepon dengan nada marah-marah bagi Rara.
Ternyata dompet Rara terjatuh tanpa ia sadari.
Dompetnya yang terjatuh terlihat oleh Rendi. Segera Rendi memungutnya dan hendak memberikanya pada pemiliknya.
"Nona, ini dompet Anda jatuh ," kata Rendi.
Rara terkejut dan terhenti ia melirik dan benar saja itu dompetnya.
"Apa-apaan ini! di saat seperti ini kamu jatuh ," gerutu Rara.
"Nona, apa Anda.."Rendi tak menyelesaikan perkataanya ia melihat kaca spion mobil.
Rendi membentuk sebuah senyum yang mengembang di wajahnya.
Rendi tersenyum licik saat ia berpikir tentang gadis di depannya itu.
"Apa kamu semakin gila sehingga menjatuhkan dompetmu disini, atau kamu mengharapkan aku mengantarkanya ke alamatmu?" Goda Rendi.
Saat mendengar perkataan Rendi yang akan mengantarkannya ke alamatnya.
Rara terkejut dengan ucapan Rendi.
kepalanya hampir terbentur badan mobil.
Dan beruntungnya itu tidak terbentur karena Rendi menghalanginya dengan tangannya.
Rara merasakan sebuah tangan di kepalanya yang menghalanginya untuk terbentur.
Rara berbalik ia melihat wajah Rendi dekat sekali.
Rendi berdekatan Dengan wajah Rara bahkan hembusan nafas Rendi terdengar jelas di wajah Rara. Mereka beradu pandang bergelut dengan pikiran mereka masing-masing hingga Rara tersadar.
"Maaf Tuan, saya minta maaf," itu yang keluar dari mulut Rara saat ini.
Ia selalu tidak bisa konsen bila bertemu pria ini. Apalagi saat melihat
senyum pria yang ada di hadapanya membuat ia semakin merinding.
Rendi tersenyum melihat tingkah gadis yang ada di hadapannya.
"Apa yang akan di lakukan pria gila ini?" Batin Rara.
Rendi malah semakin tersenyum saat melihat ekspresi Rara yang seperti ketakutan.
"Gadis gila yang dulu aku temui sangat cantik juga lucu manis kenapa aku tidak bersama dia saja waktu itu ," batin Rendi.
Rendi tersadar, saat ia memikirkannya pikiran yang semakin gila saat mengingat kehidupannya yang rumit.
Rendi masih memandangi gadis yang ada di hadapannya.
Seorang gadis yang selalu ada di bayangannya, tawa gadis yang ada di pikirannya selalu muncul di saat Rendi gundah.
Rendi memasang senyum yang teramat senang menggoda gadis di hadapannya ini. Apalagi Gadis ini hanya diam seperti ketakutaan.
Rara memejamkan matanya takut akan keganasan pria ini.
Di pikiran Rara seorang pria yng dulu memarahinya kini ada di hadapannya pasti akan memukulnya memakinya.
"Ternyata benar dia yang selama ini selalu muncul di bayangannku,sungguh menarik ada apa dengan gadis ini kenapa dia terdiam dan menunduk,apa aku semenakutkan itu?" Batin Rendi.
Rendi mengerutkan dahinya ia tidak percaya bisa membuat seorang gadis ketakutan sampai seperti ini.
Dia bahkan tidak mau menatap Rendi.
Kebanyakan setiap wanita ingin sekali menatap Rendi dengan dekat juga selalu mencari perhatian pada Rendi tapi lain dengan gadis yang ada di hadapannya malah membuat Rendi ingin mengodanya.
"Apa kamu berharap aku menciummu?" Goda Rendi.
Rara yang mendengarnya ia terkejut dan membulatkan kedua matanya.
Pikiran Rara berhamburan kesana kemari saat mendengar ucapan Rendi.
Begitupula Rendi yang terbawa suasana keasikannya memandangi gadis gilla yang ada di hadapannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 272 Episodes
Comments
Mbah Edhok
tetap semangat thor...
2021-06-13
0
Yovi Zakaria
kalimat berputar tidak mengalir
2021-02-01
1
harista
jodohku maunya dirimu...😂😂😂
2020-09-30
1