Prolog Rendi.
Rendi tampak kesal hari ini, ia lebih banyak marah-marah karena mengingat kelakuan istrinya yang ternyata kesana kemari mencari penghangat.
Rendi lebih memilih tinggal di Aparatmentnya karena tidak mau melihat istrinya yang bekas orang lain.
Sempat Rendi ingin mengadukan pada ibunya. Tapi ia urungkan karena ibunya sangat bahagia dengan pernikahannya.
Untuk itu ia lebih memilih tinggal di Apartmentnya atau di kantornya saat ini.
"Apa yang kamu lakukan bukan kah aku menyuruhmu membuatkanku kopi?" Bentak Rendi.
Ken malah tersenyum cengengesan.
"Hehehe ," senyum Ken.
"Keluar ," bentak Rendi.
"Sabar Tuan ," pinta Ken pada Rendi.
"Ayo keluar !" Ajak Ken.
"Aku menyuruhmu keluar sendiri bukan mengajak aku keluar,kamu kira siapa bosnya disini ?" Bentak Rendi kesal.
Ken malah duduk di kursi malas,ia tetap tak bergeming dan melanjutkan bicaranya.
"Kita ngopi di luar saja,Tuan ," ucap Ken.
"Aku sibuk dan banyak yang harus aku periksa ," jawab Rendi ketus sambil membalikan dokumenya.
"Kita ngopi di Cafe di sebrang sana kata karyawan di bawah, disana suasananya menyejukan. Apalagi yang punyanya cantik banget katanya Rend ," ucap Ken pada bosnya sekaligus sahabatnya itu.
"Aku tidak peduli ," Rendi tidak bergeming.
"Ayolah sob mau sampai kapan kamu tidak akan move on setidaknya kamu disana bisa menenangkan pikiran. Kamu juga bisa membawa berkasnya disana," ajak Ken.
"Hmm ," Rendi tak bergeming.
"Hal yang lebih menarik tuh pemiliknya cantik dan berkerundung juga ," timbal Ken kembali.
Mengingat yang berkerudung cantik Rendi jadi teringat seorang gadis yang menabraknya dulu saat ia merasa prustasi.
"Huh kenapa ada wajah gadis gila itu ," batin Rendi.
"Rend ... Rend ... Rendi..." teriak Ken pada Rendi yang sedang melamun dan mengagetkannya.
"Kamu sudah mulai berani ya ," Rendi membulatkan matanya dengan geram pada Ken.
"Ok,ok, ampun bosa ," mohon Ken.
Rendi berdiri dan beranjak meninggalkan Ken,saat ia sampai di belakang pintu berhenti.
"Kamu mau pergi apa tidak ," teriak Rendi pada Ken.
Ken berdiri dengan cepat mengikuti Rendi sesegera mungkin. Dalam pikiranya mau kemana bosku ini apa ia akan mengajaknya ke Restoran. Ken mengikuti Rendi. Sesampainya ia di lantai bawah ia melihat ke arah mobil.
Ia melihat Nia dengan seorang pria berjas yang tampak jauh lebih muda dari Rendi. Tentu saja Rendi geram dan hampir saja menghampirinnya tapi tangan Ken menghentikanya.
"Ingat Tuan, kita sudah sepakat untuk mengumpulkan semua bukti dan mengakhirinya di waktu yang tepat. Bukan dengan cara seperti ini yang akan berdampak buruk bagi perusahaan dan keluarga kita," ucap Ken meyakinkan Rendi.
Dengan cepat Ken menarik Rendi ke sebuah Cafe yang tadi ia bicarakan pada Rendi. Mereka masuk dan duduk Ken dan Rendi duduk di kursi paling ujung.
Dalam duduknya Rendi masih terbawa pikiran dengan apa yang telah terjadi dan yang akan terjadi sehingga ia tidak menghiraukan pelayan yang datang menanyakan pesananya.
Ken memesankan kopi untuk mereka berdua.
Untuk saat ini Rara bertugas mengantarkan pesanan dan Dilla di bagian keuangan juga mengatur tata usahanya.
Ken memesan dengan pandangan tak berpaling ke arah Rara yang ramah.
Setelah menerima pesanan Rara kembali.
Hingga kopipun datang,Rara mempersilahkan hidangannya pada pelangganya.
Rendi tetap tak menghiraukanya ia tetap bergelut dengan pikiranya.Lain dengan Ken, ia tampak puas dengan layanan dan juga pelayannya.
Ia berkerudung peach,kemeja peach dan jeans hitam tampak manis saat ia tersenyum dan berbicara ramah kepada pengunjung sehingga tak membuat bosan para pengunjungnya.
"Sudahlah jangan di pikirkan terus kita hanya tinggal menunggu waktu yang tepat," ucap Ken.
Ken sama sekali tidak di hiraukan oleh Rendi.
Rendi tertegun dengan harum wangi yang sering ia rasakan Karena ia hapal wangi kopi di depannya. Tangannya meraih kopi tersebut dan meminumnya sampai membuat kedua bola matanya membulat.
Kopi yang ia minum kali ini sangat pas di lidahnya ia menghirup dan menyeruput kopinya serasa melepas ke penatannya.
"Apa ini?" Tanya Rendi.
"Itu kopi," jawab Ken malas.
"Iya aku tahu ini kopi, Kentong," ucap Rendi lugas.
"Lalu?" Tanya Ken heran.
"Siapa yang membuat ini,ini sangat enak di dahagaku aku merasa tenang meminumnya?" Tanya Rendi.
"Tuh," jawab Ken menunjuk pada kedua gadis yang sedang sibuk menyiapkan pesananya.
Rendi membulatkan matanya tak percaya dan ia menduga-duga orang yang ia lihat ternyata gadis yang selama ini selalu muncul di pikiranya.
"Dia ..." Rendi mengerutkan dahinya
Rendi memandangi Rara yang sedang sibuk kesana kemari melayani para pengunjung.
Rendi tampak asyik dengan tontonannya yang membuatnya tersenyum.
Ken yang melihat perubahan dari tuannya ia menggelengkan kepalanya.
"Sudah sadar bahwa ada gadis cantik kan?" Cetus Ken.
"Siapa dia Ken?" Tanya Rendi tak memalingkan pandangannya melihat Rara.
"Katanya sih itu pemilik Cafe," jawab Ken menseruput kopinya.
"Siapa namanya?" Tanya Rendi kembali.
"Saya belum tahu," jawab Ken.
"Cari tahu!" Pinta Rendi.
"Baiklah," ucap Ken.
Ken berdiri meninggalkan Rendi yang sedang asik melihat Rara.
Rarayang sedang mondar mandir dengan senyum ramahnya.
Rara juga sekali sekali tertawa berbicara dengan pengunjung.
Membuat hati Rendi damai memandanginya.
"Ternyata benar katamu Ken,disini menyejukkan hati, apalagi saat melihat senyuman manisnya, bagaikan obat kesedihanku selama ini," gumam Rendi.
Setelah dari kasir Ken berbalik kembali ke arah dimana Rendi berada.
Ken menggelengkan kepalanya melihat tuannya yang di mabuk cinta pada pandangan pertama.
"Tadi katanya gak mau sekarang malah tidak berpaling sama sekali pandangannya," batin Ken tersenyum.
"Ayo kembali ! " Ajak Ken.
"Kenapa ?" Tanya Rendi mengerutkan dahinya.
"Bukankah membosankan Tuan?" Tanya Ken tersenyum.
"Cari mati kamu ya,siapa namanya?" Bentak Rendi.
"Rara Perman, Tuan ," jawab Ken.
"Hmmmm Rara nama yang manis, seperti pemiliknya ," gumam Rendi tersenyum.
Ken yang melihat tuannya seperti itu, ia lebih memilih menikmati kopinya dan membiarkan Rendi asik dengan pandangannya yang melihat seorang gadis pelayan sedang melayani pelanggannya.
Sesekali Rendi tertawa melihat tingkah lucu gadis berkerudung itu.
Rendi seperti dapat mainan baru yang asik untuk di pandangi terus olehnya.
Sampai yang di depannya berkali-kali ke toiletpun tidak ia hiraukan.
Ken tersenyum bahagia karena tuannya sudah tidak sesedih dan segundah seperti sebelumnya.
Setelah melihat istrinya yang selingkuh, ibunya yang menekannya juga kehidupan masa muda yang Rendi tinggalkan hanya untuk bergelut berbisnis kesana kemari hanya untuk mempertahankan keluarga besarnya.
Sementara Rendi dan Ken asyik dengan pandangan masing-masing.
Lain dengan Rara.
Saat ia melirik ke sebuah meja yang dimana dua orang pria yang sedang memandanginya dari tadi ia merasa tidak nyaman hingga menghampiri Dilla yang sedang menghitung pemasukan hari ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 272 Episodes
Comments
Jami
ko cerinya ampir sama novel salaka aku jdi istri 2 s thor
2022-11-07
0
Tri Widayanti
yeee ketemu sang pujaan hati
2020-11-03
0
هو قالصحوة منور
Sabar ren,kuat kn imam mu🤣🤣🤣
2020-08-02
3