Prolog Rara.
Setelah mendapatkan dompetnya Rara berpamitan untuk kembali karena sudah larut ia meninggalkan Rendi.
Rara bergegas pulang mengendarai mobilnya dengan kecepatan sedang.
Ia merasa seluruh badannya terkuras habis,seperti tak bertenaga sehingga sesampainya di Rumah Rara langsung mandi dan sembahyang.
Rara karena saking lelahnya Rara lupa untuk makan malam ia tertidur pulas hingga terdengar dering alarm hapenya yang menunjukan sudah jam lima pagi.
Rara bangun dengan sangat segar ia merenggangkan tubuhnya sebelum bergegas ke kamar mandi.
Ia juga bersembahyang subuh dengan berdoa penuh harap.
"Ya Allaah, hamba tahu ini semua kehendakmu maka lancarkan dan Ridhoilah setiap langkah hambamu ini," Rara mengusapkan kedua telapak tanganya kepada mukanya.
Rara sudah tidak lagi memusingkan tentang apa dan dimana suaminya Raditya.
Ia tahu jelas bahwa Radit tetap ada di perusahaanya, hanya saja mungkin Radit butuh waktu untuk menyendiri itu yang ada di pikiran Rara.
Rara sudah siap untuk pergi ke cafe ia menuruni tangga dengan setelan jeans Navi, baju Armi, hijab biru muda. Ia tampak berseri dengan apapun yang ia kenakan karena itulah kenyamanan yang ia rasakan.
Ia sudah mendapati Ira menata sarapan masakanya.
Rara menghampiri Ira dan Rara makan sendiri.
Makan dan sarapan sendiri yang selama ini ia jalani sarapan dan tidur tanpa ada yang menemani,walau ia harus terima kenyataan bahwa ia sudah bersuami.
Hari ini Rara berangkat lebih pagi karena ia tidak mau berlama-lama di rumahnya yang mengingatkannya akan wajah suaminya.Yang selama ini tidak tahu ada dimana dengan siapa.
Rara sudah sampai di Cafenya Ia memarkirkan mobilnya.
Saat Rara memasuki Cafe Rara melihat ke arah seseorang.
Disana sudah ada Dilla yang sedang merapihkan meja dan kursi.
Di sebuah meja ternyata disana sudah ada pengunjung seorang pria yang tak asing.
"Assalamualaikum," salam Rara.
"Waalaikum salam,Sayang," Dilla menghampiri Rara.
"Hmm ... sepertinya kita punya langganan tetap ya, La?" Tanya Rara.
Rara menghampiri Ken.
semenjak Ken mencicipi kopi yang ia minum.
Ken seperti ketagihan ingin minum kopi disana.
Apalagi disana ia bisa cuci mata melihat dua gadis cantik yang enak di pandang.
Ken menikmati kopi ples pemandangan yang indah setiap pagi juga siang.
"Hallo Nona, saya Ken," ucap Ken
Ken membentangkan tanganya mengajak berkenalan .
"Hai,saya Rara ... Anda sudah tahukan nama dia," ucap Rara meraih tangan Ken bersalaman.
Ken mengangguk tanda ia sudah tahu Dilla. Mereka duduk dan berbincang saling menanyakan identitas dan kegiatan masing-masing.
*****
Prolog Rendi
"Aku harus bergegas sial ... Kenapa harus saat ini sih macetnya," decak Rendi geram .
Semalam saat ia pulang Rendi tidak bisa tidur. Ia selalu mengingat wajah tersenyum Rara di benaknya.
Apalagi tingkahnya yang seperti gadis SMA saja.
Tapi Rendi tidak henti hentinya tersenyum setiap mengingatnya.
"Apa sebenarnya yang aku pikirkan kenapa gadis gila itu yang ada di benaku sih," gumam Rendi.
Rendi mengerutkan dahinya hingga kendaraanya sampai di tempat parkir.
Rendi memarkirkan mobilnya tepat di situ sudah ada mobil Rara terparkir.
Rendi tersenyum sumringah melihat sebuah mobil yang terparkir di depannya.
"Gadis itu sudah tiba ," ucap Rendi.
Rendi berjalan meninggalkan tempat parkiran dengan senyum dan hari bahagia. Rendi berjalan di lorong parkiran.
Bukannya bergegas masuk ke kantor. Ternyata Rendi malah langsung ke sebuah Cafe yang mana disana sudah ada Ken yang tampak sedang berbincang dengan Rara.
Rendi tampak geram saat melihat itu, ia langsung menghampiri mereka dan duduk tanpa permisi.
Rara dan Ken yang melihat Rendi tiba-tiba duduk tanpa permisi mengerutkan dahinya.
"Tuan, anda baru datang? Mari ngopi?" Ajak Ken.
"Hmm," jawab Rendi.
"Ada apa denganya? Main terobos aja tanpa salam permisi," gerutu Rara.
Rara hendak pergi meninggalkan Rendi dan Ken.
Tapi langkah Rara terhenti saat Rendi berbicara.
"Bukankah seharusnya pelayannya menanyakan apa yang pelanggan pesan ya," ucap Rendi dingin.
Rara menghela nafas kesal ia berbalik menghampiri Rendi dan bertanya padanya.
"Hmmmm ... iya Anda mau minum apa tuan ?" Tanya Rara lembut dengan senyum terpaksa.
"kopi hitam sedikit gula ," jawab Rendi acuhh.
Rara mengangguk, ia pergi setelah mendapatkan apa yang Rendi pesan.
Rara bergegas pergi dan langsung membuatkan kopi hitam yang Rendi minta juga dengan biskuitnya.
Rara mengantarkan kopi beserta kuenya di atas nampan dan mempersilahkannya pada Rendi.
"Aku tidak pesan makanan itu," ucap Rendi masih dingin.
Rendi masih geram dengan apa yang ia lihat, sebelum ia masuk cafe ,melihat Rara tertawa bersama Ken padahal disana ada Dilla juga.
"Ada apa dengan dia semalam bukanya baik baik saja ," gumam Rara.
Rara berbalik tidak menghiraukan Rendi.
"Aku tidak pesan itu," teriak Rendi.
"Itu gratis ," jawab Rara tidak kalah jutek.
Entah kenapa Rendi malah senyum melihat Rara yang sudah mulai kesal pada dirinya. Menurut Rendi di saat Rara kesal itu sangat lucuuu.
"Kenapa tuan pagi-pagi gini sudah marah-marah sih dan ini dia juga tersenyum?" Batin Ken.
Rendi meminum kopi paginya yang belum sempat ia buat di Apartmentnya tadi.
"Aku bahkan bangun kesiangan gara-gara kamu, gadis gila," batin Rendi tersenyum.
Ken yang hanya melihat dan menggelengkan kepalanya dengan tingkah tuannya itu.
Dalam hati, ia sudah tenang karena tuannya sudah bisa mengalihkan perhatiannya dari masalah rumah tangga Rendi yang teramat rumit.
Rendi meminum kopi paginya dengan santai dan suasana hati yang baik.
Ia melihat Ken yang menatapnya.
"Jangan bilang kamu jatuh cinta padaku," cetus Rendi dingin.
"Untuk apa saya jatuh cinta pada anda Tuan, jika ada gadis cantik di depan mata saya," jawab Ken mengalihkan pandangannya.
"Sepertinya kamu tidak ada pekerjaan ya Ken?" Acuh Rendi dingin.
"Ada Tuan, saya duluan ya, silahkan anda menikmati kopi anda tuan saya permisi," ucap Ken bangun dari duduknya dan meninggalkan Rendi yang acuh.
"Susah ngadepinnya antara sedih dan senang," batin Ken.
Rendi menghabiskan kopi paginya dengan memandang kesana kemari ke jalanan yang ramai, juga sekali sekali Rendi melihat ke arah Rara yang sedang sibuk melayani para pengunjungnya yang ramai.
"Kenapa aku tidak mau berhenti memandanginya ya rasanya seperti obat penawar hati," gumam Rendi.
Rendi masih dengan senyumannya memandangi Rara yang sedang mondar mandi.
Rara yang merasa di perhatikan ia menjadi gundah hatinya. Ia jadi salah tingkah mencoba bersikap baik- baik saja agar tidak terlihat salah tingkah di hadapan Rendi.
"Si singa itu kenapa menatapku terus sih dari tadi, apa dia tidak punya pekerjaan kenapa juga dia di sana terus," gumam Rara membuat kopi pesanan pelanggan yang baru berdatangan hari ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 272 Episodes
Comments
Rama Dimas
kata kata prolog sangat mengganggu engga ada gunanya disitu
2021-01-06
0
Balqis Shopp
unik memang perjalanan cinta setiap insan... kaya judul lagu Afgan jodoh pasti bertemu 😂😂😂
2020-11-21
0
Asniladimu
ngomng2 keadaan Radit gimanayah
2020-07-11
5