PROLOG RENDI.
Keluarga Anggara yang kini sudah melajukan kendaraanya menuju Jakarta, kembali dengan Rendi yang sudah beristri.
Sekarang mereka sekeluarga sudah dalam perjalanan pulang,
terpancar raut bahagia di wajah ibu Anggara saat ini, ia tak henti-hentinya tersenyum mengembang tanda bahagia.
Dimobil lain Rendi dan Nia hanya duduk terdiam sama sekali tidak ada pembicaraan antara mereka hanya saja Nia senyum-senyum tampak bahagia.
"Akhirnya aku menikah dengan pria tampan dan kaya juga," gumam Nia.
Nia permasih resmi menjadi istri Rendi saat ini, saking bahagianya ia tak memalingkan pandangannya pada suaminya itu yang ada di hadapanya.
Akhirnya keluarga Anggara sampai di perumahan Elit.
Dengan tanaman yang luas Rumah yang mewah keluarga Anggarapun masing-masing bergegas ke kamarnya.
"Kau jangan dulu pergi!" perintah Rendi pada Ken.
"Baik Tuan," jawab Ken.
"Ada apa Tuan ini,bukanya langsung ke kamar berduaan dengan istrinya malah masih mau bicara apa lagi ini," gumam Ken.
Rendi bergegas ke kamar mandi, setelah selesai ia kembali ke bawah tanpa menghiraukan istrinya.
Ia yang sangat jelas istrinya ingin bicara, tapi terurung karena Rendi terlebih dahulu meninggalkanya.
"Cepat carikan !" pinta Rendi.
"Baik Tuan," jawab Ken.
"Pulanglah!" Seru Rendi.
Ken mengangguk dengan hati yang bergumam .
"Secepat itu Tuan," gumamnya yang ia tidak berani bertanya kembali pada tuanya itu.
Ken melajukan mobilnya,ia bergegas ke apartemenya dan segera ke kamar mandi, dengan cepat ia berpakaian setelah itu ia makan.
Ken duduk di sofa kamarnya ia membuka kembali laptopnya untuk mencari sebuah rumah yang di minta bosnya tadi.
Rendi yang terduduk bersandar di kursi meja kerjanya, ia mengusap wajahnya yang gusar karena kewajiban yang harus ia jalankan saat ini.
"Kenapa mempunyai istri sesusah ini sih? Perasaan aku lihat orang lain senyum-senyum aja," gumam Rendi.
Rendi mencoret-coret kertas kosong di mejanya menghilangkan kepenatannya.
Ia bahkan berulang kali menelpon seseorang tapi tidak di angkatnya.
"Akan aku bunuh dia jika sekali lagi tidak mengangkatnya," gumam Rendi kesal.
Panggilan Rendi terjawab saat seseorang mengatakan.
"Hallo."
"Punya berapa nyawa kamu berani tak mengangkat teleponku hah," teriak Rendi.
Mark yang ada di sebrang telepon Rendi menjauhkan handponnya dari telinganya.
"Kamu tidak lihat jam dinding,jam segini aku sedang rapat, kenapa harus meneleponku bukankah kamu sudah punya istri baru,kenapa sesempat ini menelponku?" jawab Mark datar.
"Kamu saja yang menikah aku tidak mau," bentak Rendi dengan wajah kesal.
"Baiklah, aku akan menikah," jawab Mark.
"Mau menikah dengan siapa kamu?" bentak Rendi.
"Dengan cewek,memang harus dengan istrimu?" Ledek Mark tersenyum.
"Akan aku bunuh kamu, Mark sialan," bentak Rendi.
"Berikan poto rumah pada Ken! Aku mau detik ini juga sudah ada," teriak Rendi menutup teleponnya.
Rendi membuang handponenya ke atas sofa yang tidak jauh dari meja kerjanya. Wajah yang kesal dan geram membuat wajahnya memerah panas.
Saat Rendi memejamkan kedua matanya sekelebat Rendi terbayang seorang gadis yang tersenyum padanya.
Gadis gila yang mengenakan penutup kepala tersenyum padanya.
"Kenapa aku selalu terbayang akan dirinya?" gumam Rendi.
********
PROLOG RARA
Bandung di sore hari.
Sementara Rendi sudah berada di Jakarta dan terpikir tentang Rara yang ia temui di Bandung.
Di tempat lain, Rara sedang membuka riasan pakaian pengantinya, di depan cermin sambil termenung.
Ia bahkan tidak menyadari suaminya Radit berada tepat di belakangnya.
Ia membantu mencopot peniti yang ada di hijabnya, sontak Rara refleks terkejut dengan apa yang terjadi.
"Saya bisa sendiri, Mas," protes Rara pada Radit suaminya.
Suaminya hanya tersenyum,entah apa yang ia rasakan Raditya hanya tersenyum saja dari pelaminan tadi.
"Kita akan kembali ke Jakarta nanti, apa kamu akan ikut aku ke sana atau kamu mau tinggal disini?" tanya Radit dengan senyumnya.
"Sebenarnya aku maunya disini, tapi sekarang aku bersuami jadi ya aku harus ikut denganya kemanapun ia berada disitu aku harus setia berada disisinya," gumam Rara.
"Iya Mas, saya ikut Mas saja," jawab Rara pada suaminya.
"Baiklah Mas, istirahat sebentar ya nanti Mama memberitahu kita bila sudah saatnya pulang nanti," ucap Raditya sambil merentangkan tubuhnya untuk tidur karena ia memang lelah.
"Aku harus kuat dan bersemangat," ucap Rara.
Pada akhirnya,Rara dan keluarga suaminya, kini sudah berada di Jakarta.
Keluarga Pak Budiman, di Rumah yang besar ini. Rara menginjakan pertama kali di rumah suaminya.
"Ayo kita ke kamar kita," ajak Raditya.
"Iya Mas," jawab Rara.
Saat malam tiba Rara berbaring di kasur, juga dengan Raditya.
Mereka sama sekali tidak memulai pembicaraan entah apa yang mereka pikirkan.
Rarapun beranjak dari tidurnya, saking banyaknya yang ia pikirkan sampai lupa beribadah. Tadipun selama perjalanan ia hanyut dalam pikiranya sendiri.
"Hmm Mas, bentar ya saya sembahyang dulu,apa mas sudah sembahyang?" tanya Rara.
Raditya hanya mengangguk saja atas pertanyaan Rara setelah itu Rara tidur kembali.
"Apa dia sudah siap, tapi aku takut ia gak mau," gumam Raditya.
Memang ia selalu bersikap malu-malu saat bersama wanita, hanya dalam pekerjaan Radit sangat tangguh dan tegas.
Ia tuntaskan semua pekerjaan dengan baik, tapi bagi wanita ia kalah sama sekali tidak berpengalaman.
Sehingga malampun terlewatkan, hanya dengan mereka saling diam. Rara dan Raditya larut dalam pikiran masing-masing yang mencoba memahami masing-masing yang akan mereka jalani.
Rara sangat gusar dalam tidurnya,ia membolak balikan tubuhnya di atas ranjang.
Rara mengenakan pakaian tidur tertutup dengan kepala tertutup juga.
Karena Rara tidak bisa tidur ia bangun dan terduduk melihat suaminya yang sudah lelap tidur.
"Apa yang harus aku lakukan mas,kamu saja tidak mencoba menyentuhku, masa iya aku harus mengawalinya," gumam Rara.
Rara berjalan menghampiri jendela kamarnya, ia melihat ke langit yang tak berbintang gelap gulita.
"Hmmm kalian saja bersembunyi di malam ini, bagaimana denganku,apa aku juga harus sembunyi seperti kalian?" gumam Rara.
Rara sempat berharap dalam hidupnya tentang berpacaran dengan seorang pria tampan yang mencintainya.
Dalam tatapan kosongnya Rara bahkan berpikir untuk bekerja dan punya usaha sendiri.
Tapi sepertinya itu semua sirna karena saat ini ia punya tanggung jawab seorang istri.
Rara menengadahkan pandangannya ke atas langit, air matanya menetes tak tertahan di pipi Rara.
Ia juga menengadahkan kedua tangannya.
"Aku berharap di cintai seorang suami yang menghargaiku menghormatiku dengan segala cinta dan kasih sayangnya," do'a di hati Rara dengan air mata yang menetes di kedua tangannya.
Rara mengusap pipinya yang basah oleh air matanya.
Ia berbalik dan melihat suaminya yang sudah tertidur pulas.
Dengan wajah lembutnya Rara memandangi suaminya yang tidur di hadapannya.
"Dia sangat lembut dan baik semoga aku bisa menjadi istrimu yang baik mas," gumam Rara.
Rara mendekati ranjangnya, ia duduk bersandar tanpa menutup matanya.
Rara hanya asik dengan pandangannya pada suaminya.
"Kenapa aku malah mengingat senyum pria itu,bibirnya yang lucu juga wajah tampannya,hihihi dasar Rara gila," batin Rara.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 272 Episodes
Comments
astri rory ashari
jangan2 ntar tukeran pasangan Rendi Rara ,Adit Nia....kaya maen badminton aja bisa ganti pasangan ganda campuran😁
2020-10-27
3
Oocikk
bagus bingitts😅😅
2020-10-19
2
Trisnawati
lanjut panasaran
2020-09-03
2