Azhar di telpon ibunya dari Jakarta dan menanyakan kapan Azhar akan pulang, karena sang ibu merasa sudah sangat lama Azhar berada di desa Rafa.
"Emang nya kamu engga malu numpang kelamaan disana?" tanya sang ibu lagu dari seberang telpon.
"Azhar di sini mengajar setiap hari kok, Ummi. Azhar juga engga merepotkan siapa pun" jawab Azhar sambil mencolokan charger ponsel nya karena sudah lowbat.
"Terus kapan kamu pulang? Ummi sama Abi sudah kangen sama kamu"
"Inysa Allah beberapa hari lagi, masih betah di sini"
"Ya sudah kalau begitu, tapi cepat cepat pulang ya"
"Iya, Ummi. Oh ya, hp Azhar lagi di cas, nanti Azhar telpon lagi. Ummi sama Abi sehat sehat ya"
"Iya, kamu juga"
"Assalamualaikum, Ummi"
"Waalaikum salam" setelah memutuskan sambungan telpon nya. Azhar segera berganti pakaian dari yg tadi pakaian mengajar, kini ia memakai kaos dan celana training.
Hari sudah sore, kegiatan belajar mengajar juga sudah selesai. Dan sekarang Azhar bersiap untuk bergabung dengan anak anak yg sedang bermain layangan.
"Apa angin nya kencang?" tanya Azhar saat ia sampai di lapangan tempat anak anak itu bermain layangan.
"Kencang, Ustadz..." jawab salah satu anak yg saat ini sedang bermain layangan.
.........
Nasha pun kembali jalan jalan di sana sembari membawa kamera nya. Sekarang ia hanya mengenakan kaos dan juga celana santai dengan panjang di bawah lutut di padukan dengan sandal jepit milik nenek Elin. Mau bagaimana lagi, Nasha hanya membawa sepatu kedz dan sepatu gunung, ternyata pakai sandal jepit jauh lebih nyaman.
Saat ia memotret pemandangan sore hari yg sangat indah, lagi lagi ia di pertemukan dengan malaikat tampan nya.
"Kalau jodoh emang engga kemana" gumam Nasha. Nasha pun berjalan menghampiri Azhar dan anak anak yg sedang asyik bermain layangan.
"Hai..." sapa Nasha yg datang dari belakang Azhar.
Mendengar suara itu, Azhar pun langsung menoleh dan saat itu Nasha langsung mengabadikan moment itu dengan kamera nya.
"Kamu memotret ku?" tanya Azhar
"Engga, aku memotret pemandangan" jawab Nasha santai dan ia kembali memotret Azhar dengan tenang. Ia juga mengambil gambar anak anak itu yg sedang tertawa.
Sekilas terbayang masa kecil Nasha, dimana ia hanya hidup di panti asuhan. Tak ada orang tua atau keluarga, berteman pun Nasha tak bisa. Ia lebih sering murung dan diam. Hingga ia memiliki sebuah keluarga yg bisa memberikan apapun pada Nasha, namun itu tak memberi nya sebuah kebahagiaan.
Azhar yg melihat raut wajah Nasha yg tampak sedih menjadi merasa bersimpati, meskipun ia tak tahu apa yg di fikirkan gadis kota ini.
"Mau aku foto kan?" tawar Azhar tanpa sengaja. Bahkan ia sendiri bingung kenapa menawarkan hal itu.
"Boleh..." jawab Nasha dan menyerahkan kamera nya pada Azhar.
Saat mengambil kamera itu, Azhar melihat foto foto diri nya dan itu membuat nya tercengang. Dan Nasha yg melihat ekspresi Azhar itu malah mengira Azhar bingung karena tak bisa menggunakan kamera nya.
"Sini, aku ajari cara mengambil gambar..." seru Nasha dengan polos nya membuat Azhar semakin tercengang. Apa Nasha fikir dia tak bisa menggunakan kamera itu?
"Jadi, kamu bidik objek nya. Okey? Saat sudah mendapatkan objek yg sesuai, kamu klik di sini..." tutur Nasha yg membuat Azhar hampir tertawa namun ia menahan nya. Ia juga tak membantah Nasha, seolah Azhar menerima ajaran Nasha.
"Udah bisa kan?" tanya Nasha dan Azhar mengangguk sambil mengulum senyum.
Nasha pun berpose dengan sangat imut di antara anak yg bermain layangan dan Azhar memotret nya.
"Mau foto bareng kakak, engga?" tanya Nasha pada anak anak itu dan mereka pun menjawab "Mau" dengan serempak.
"Ya udah, ayo berjejer" ujar Azhar sambil tertawa senang karena melihat anak anak itu tampak senang.
"Ya engga usah berjejer kali, kamu fikir mau foto wisuda berjejer" ujar Nasha "Pakek gaya bebas aja, yg penting seru" seru Nasha dan mereka pun berpose dengan gaya mereka masing masing.
Setelah mengambil cukup banyak gambar, akhir nya Azhar menyudahi sesi foto itu.
"Udah banyak kok foto nya" ucap Azhar sembari memberikan kamera itu pada Nasha. Nasha pun memeriksa hasil foto nya dan ia merasa kagum dengan hasil nya.
"Wow, kamu pintar lho ambil gambar. Baru sekali di ajari sudah bisa" seru Nasha yg membuat Azhar terkekeh. Namun ia tetap tak membela diri bahwa ia tak sebodoh itu.
"Terima kasih pujian nya" ucap Azhar dan hal itu membuat Nasha berfikir bahwa Azhar adalah pria yg polos.
Ia pun membidik Azhar sekali lagi dengan kamera nya dan memotret nya membuat Azhar sedikit terkejut.
"Kamu tampan lho..." puji Nasha terang terangan sambil melihat hasil foto nya "Kalau kamu ke Jakarta, bisa jadi model" ujar nya. Azhar sudah membuka mulut hendak menjawab bahwa ia memang dari Jakarta. Namun pertanyaan Nasha selanjutnya membuat Azhar kembali menahan tawa "Kamu pernah ke Jakarta engga?"
Entah kenapa, Azhar merasa iseng dan ia menggeleng.
"Oh gitu..." gumam Nasha "Nanti kalau ke Jakarta, hubungi aku ya. Aku akan mengajak kamu keliling ibu kota" Azhar hanya mengangguk seperti orang bodoh namun ia menahan diri agar tak tertawa.
Merasa capek setelah tadi jalan jalan sendirian, Nasha pun menjatuhkan diri nya di atas rumput. Ia duduk bersila sembari memperhatikan pemandangan desa yg sangat indah, segar, dan jangan lupakan angin nya yg sejuk. Dan entah kenapa, Azhar malah ikut duduk di samping nya.
"Kamu beruntung banget di lahirkan di tempat seperti ini..." ucap Nasha lagi "Kamu punya ponsel? Kita tukeran nomor" ujar Nasha lagi.
Azhar pun mengeluarkan ponsel jadul nya yg hanya bisa telfonan dan sms an, karena smartphone nya sedang di cas tadi.
Nasha yg melihat ponsel Azhar malah menghela nafas lesu.
"Ya ampun, Ustadz. Ini hp mah cuma buat keadaan darurat aja, masih ada yg jual hp begini?" tanya Nasha yg membuat Azhar langsung tertawa. Azhar memang sengaja masih menyimpan ponsel jadul itu karena itu bisa berguna kapan saja, mudah dapat sinyal dan baterai yg tahan lama.
"Tapi masih berfungsi dengan baik kok" jawab Azhar sambil tertawa kecil, ia merasa gemas dengan ekspresi Nasha.
Sementara Nasha berfikir pria yg di taksir nya ini benar benar kampungan, tidak bisa menggunakan kamera, ponsel nya juga sudah pantas masuk museum.
Nasha pun men dial nomor nya dari ponsel Azhar, kemudian ia menyimpan nomor nya di sana. Nasha memberi nama Nasha L di kontak Azhar. Nasha pun kembali mesem mesem, berfikir mungkin kah ia bisa terus dekat dengan Azhar? Apa lagi kini mereka sudah tukeran nomor telepon.
"Jadi, kamu dari Jakarta?" tanya Azhar basa basi padahal ia sudah tahu jawabannya.
"Iya, aku cuma seminggu disini" jawab Nasha dan Azhar hanya ber oh ria "Aku suka cara Ustadz menyampaikan materi, seandainya bisa aku ingin terus mengikuti kajian seperti itu" tutur Nasha.
"Memangnya di Jakarta engga ada kajian?" tanya Azhar yg kembali basa basi. Jelas jelas di mana pun selalu ada kajian, apa lagi di Jakarta. Kota kelahiran Azhar, tempat Azhar tumbuh dan menempuh pendidikan islam di pesantren Al Hikmah. Tapi entah kenapa, Azhar merasa suka saat Nasha mengira ia pemuda kampung.
"Ada sih, tapi aku engga pernah menghadiri nya" lirih Nasha. Dan sekali lagi Azhar hanya ber oh ria.
"Aku juga suka cara berpakaian mu kemarin" ujar Azhar tiba tiba yg langsung membuat Nasha menoleh dan menatap nya "Pakaian tertutup membuat mu terlihat jauh lebih anggun" puji Azhar tulus. Nasha yg mendapatkan pujian itu pun sudah kembang kempis jantung nya. Ia ingin melompat girang namun ia menahan diri.
"Aku permisi, Nasha. Sebaiknya kamu juga pulang, ini sudah hampir petang" ujar Azhar dan ia pun berdiri. Kemudian pergi dari sana karena hari sudah hampir petang, dan Azhar harus segera mandi dan bersiap siap untuk kegiatan malam nya.
Nasha pun juga berdiri dan bersiap pulang dengan hati yg gembira.
"Aku harus sering sering ngobrol seperti tadi sama Azhar, biar lebih dekat" gumam Nasha senang.
▫️▫️▫️
Tbc....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 160 Episodes
Comments
💫R𝓮𝓪lme🦋💞
nih kenapa baca cerita ini malah jadi ngerasa kaya ABG lagi yak😂😂😂
2022-07-08
1
Nanda Lelo
iseng-iseng berhadiah y Azhar
2022-06-14
0
~Si imut~🌹🌼🌷🌻🌺
ustadz iseng jg nih suka ngerjain orang 😂
2022-03-30
1