Azhar disambut hangat oleh keluarga Rafa membuat Azhar tersentuh, padahal dia tidak mengenal mereka tapi pertemuan tersebut seakan pertemuan untuk yang ke sekian kalinya, seakan mereka adalah keluarga.
"Aku doain semoga kamu cepat nyusul," ucap Rafa terkekeh.
"Aku belum pengen nikah, doanya jangan lupa 'nanti' kalau aku sudah mapan," usul Azhar pada Rafa yang membuat semua orang langsung tertawa.
Di sana juga ada sepupu Rafa dan pasangan mereka masing masing, mereka bahkan sudah punya bayi yang lucu. "Sekarang aku ngerti kenapa kamu kebelet nikah, pasti pengen punya anak kayak ini ya?" goda Azhar sembari bermain dengan anak Maryam dan Afsana-adik sepupu Rafa ."Siapa namamu, boys?"
" Ezra dan Al," jawab Rafa.
"Kalian lucu banget sih,. Pengen aku bungkus bawa pulang. Tak kasih ke Ummi, pasti langsung bahagia ummiku."
"Makanya cepat nyusul, jodoh itu memang di tanga Allah. Tapi kita juga harus berusaha, kan?" ujar Rafa yg tak dipedulikan oleh Azhar.
Keluarga besar Rafa berkumpul semua di sana dan pernikahannya pun akan digelar esok. Oleh karena itu Azhar langsung ke rumah Rafa tanpa pulang kerumahnya dulu. Azhar juga sangat menikmati persiapan pernikahan ala desa Rafa. Ia juga sangat menyukai desa itu, yang baginya sangat segar dan indah.
Ada sungai yang mengalir di sepanjang perjalanannya tadi, sawah-sawah yang hijau, pepohonan yang rindang, membuat rasa merasa begitu takjub.
Setiap kali melihat keadaan alam yang masih begitu alami, Azhar hanya bisa menggumamkan pujian pada sang pencipta yang menciptakan segalanya dengan begitu indah. Namun, sayangnya kadang manusia sendirilah yang memperburuknya.
******
"Bagaiamana kuliahmu, Sha?" tanya Raya, yang tak lain adalah mama angkat Nasha.
"Aku pingsan lagi, Ma. Kayaknya aku emang_"
"Jangan gampang menyerah, Sya. papamu dulu juga gitu tapi sekarang dia bisa jadi dokter yang baik," sela Raya, tak membiarkan Nasha bicara. Tak lama kemudian adik Nasha, lebih tepatnya anak kandung Surya dan Raya yang bernama Harry datang dan bergabung di meja makan.
"Ma, coba deh sesekali ngertiin Kak Nasha. Kasian 'kan dia tertekan dengan kuliahnya," sambung Harry dengan berani. Nasha menatap Harry, memberi isyarat agar diam.
Walaupun bukan saudara kandung, Harry sangat peduli pada Nasha karena baginya Nasha adalah kakaknya. Nasha merawatnya dengan baik bahkan sering menjadi teman curhat Harry.
"Engga akan lah, masak iya tertekan dengan kuliah. Di luar sana banyak lho orang yang pengen jadi dokter dan kuliah ke dokteran tapi engga mampu. Nasha sangat beruntung karena kami adopsi dan kami kuliahkan di jurusan kedokteran," papar sang mama yang lagi-lagi membuat hati Nasha tercubit karena itu mengingatkannya bahwa ia hanyalah anak adopsi.
"Ma!" tegur Harry tak suka tapi Nasha segera menghentikannya.
"Iya, Ma. Nanti aku belajar lagi," tukas Nasha dengan senyum masam di wajahnya.
Setelah acara makan malam, Nasha kembali ke kamarnya. Harry pun segera menyusul karena ia merasa khawatir dengan kakaknya itu.
"Ada apa, Her?" tanya Nasha.
"Kak, coba nanti Kak Nasha jelasin ke Mama kalau passion Kakak bukan di kedokteran," usul Harry sembari masuk ke kamar kakaknya. Kamar yang di dominasi warna biru muda dan putih, yang kata Nasha melambangkan ketenangan.
"Kayaknya Kakak sudah lakukan itu, tapi kamu tahu sendiri mama papa gimana. Ya udah lah, kamu doain aja semoga Kakak bisa jadi dokter seperti yang mereka mau," lirig Nasha mencoba lapang dada.
"Sabar ya, Kak. Semoga aja nanti mereka ngerti." Nasha tersenyum manis, Harry selalu tampil sebagai penghibur dan penyemangat dirinya. Bahkan terkadang Harry seperti seorang kakak baginya padahal pria itu baru berusia 18 tahun.
"Ya udah, kamu balik gih ke kamar. Kakak mau telpon Elin", ujar Nasha, Harry hanya mengangguk, kemudian keluar dari kamar Nasha dengan berat hati,
Sebenarnya Nasha berbohong, ia tak ingin menelpon Elin. Tapi Nasha ingin menangis, mengeluarkan tangis yang ia tahan sejak tadi. Setelah mengunci pintu dan mematikan lampu hingga kamarnya menjadi gelap, Nasha naik ke atas ranjang. Menutup wajahnya dengan bantal dan ia berteriak sambil menangis.
Nasha bukannya tak bersyukur dengan apa yang dia miliki, kedua orang tua angkatnya itu bahkan memberikan Nasha hadiah mobil di ulang tahunnya yang ke 19. Tapi bukan itu yang Nasha harapkan. Nasha hanya berharap mereka mengerti bahwa Nasha punya perasaan dan keinginan sendiri walaupun ia hanyalah anak adopsi.
******
Acara pernikahan Rafa berlangsung dengan sangat meriah. Tentu dengan adat desa yang unik dan menyenangkan. Azhar pun merekam semua acara itu sebagai kenang-kenangan.
Azhar tak memiliki ikatan darah sedikit pun dengan keluarga Rafa, tapi ikatan Azhar dengan keluarga Rafa begitu kuat yang berasal dari persahabatannya dengan Rafa.
Mau bagaimana lagi, di mata keluarga Rafa, Azhar adalah pria yang sangat baik, lembut, dewasa, pintar, sopan. Bahkan mereka membandingkan karakter Azhar yg hampir sama dengan Bilal- suami dari Tante Rafa.
Sementara istri Rafa ternyata sangat cantik, dia adalah putri dari sahabat ayahnya. Dan pernikahan itu adalah perjodohan, tapi di pandangan pertama keduanya saling jatuh cinta sehingga pernikahan itu bukan hanya atas dasar perjodohan.
"Kapan nyusul?" Azhar sedikit terkejut mendengar suara bass itu. Ia menoleh dan langsung menyunggingkan senyumnya.
"Om Bilal," serunya "Em nanti, Om. Kalau sudah ada calonnya."
"Setiap manusia yang lahir itu sudah di persiapkan calonnya. Tinggal kamu cari aja dengan cara berdoa terus menerus," ujar Bilal.
"Inysa Allah, Om"
"Kayaknya kamu ini belum ada tanda-tanda pengen nikah, ya?" tebak Bilal lagi yang langsung membuat Azhar tertawa.a
"Soalnya masih ingin mengabdi sama orang tua, Om. Kan aku anak tunggal, jadi pengen fokus sama mereka."
"Justru karena kamu anak tunggal, menikahlah. Dan pilih wanita yang terbaik, bawa dia bersamamu. Supaya bisa membantu merawat orang tuamu"
Azhar terdiam sesaat, ia berfikir masih terlalu muda untuk menikah. Dan masih banyak yg ingin dia lakukan sebelum menjadi kepala rumah tangga. Azhar bahkan merasa belum menjadi anak yg baik untuk kedua orang tuanya.
"Inysa Allah, Om. Semoga Allah mengirimkan wanita terbaik untukku"
"Aamiin. Tapi perhatikan juga dirimu, apakah kamu sudah termasuk dalam kategori pria terbaik? Jangan hanya perhatikan calonmu apakah sudah yg terbaik atau bukan. Sementara kamu lupa memperhatikan apakah kamu adalah calon yg terbaik untuk pasanganmu nanti"
Azhar langsung tercengang mendengar penuturan Ustadz Bilal itu. Bukan karena tersinggung, tapi karena ia baru merasakan bahwa memang seharusnya begitu. Selama ini Azhar sering sekali membaca atau mendengar kata-kata bijak seperti itu, tetapi saat Bilal mengatakannya di saat mereka membicarakan tentang Azhar sendiri, Azhar seolah baru mendengar kata-kata tersebut sehingga Langsung menancap tepat di hatinya.
"Terimakasih, Om. Sudah mengingatkan," ucap Azhar setulus hati.
******
Elin memberi tahu Nasha bahwa dia akan pulang ke desa neneknya. Hitung-hitung ingin liburan karena sudah lama sekali ia tak berkunjung ke sana. Dan dengan sangat antusias Nasha ingin ikut.
"Kamu serius?" tanya Elin, Nasha langsung mengangguk berkali-kali.
"Berapa lama?" tanya Nasha kemudian.
"Semingguan sih."
"Lumayan lah. Aku Lagi sumpek banget, Lin. Pengen refreshing, dan sebuah desa adalah tempat refreshing terbaik. Udaranya segar, pasti banyak pepohonan dan sawah-sawah yg hijau, sungai yang mengalir. Pasti sangat menyenangkan dan menenangkan," harap Nasha yg terlihat tak sabar ingin pergi kesana.
"Ya udah, besok lusa kita berangkat. Tapi bakal diizinin engga sama papa mamamu?"
"Nanti deh aku minta bantuan Harry buat bujuk mereka. Semoga aja dikasih, karena aku benar benar udah sumpek banget."
▫️▫️▫️
Tbc...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 160 Episodes
Comments
Wahyu tampan sempurna
ilmu baru ini 😊 ternyata Allah subhanahuwataala 😁 punya tangan
Syukron ilmunya
2024-09-04
0
Arsyad Al Ghifari 🥰
ini bilalnya Zahra bukan KA sky🙏🙏
2023-10-16
1
Neulis Saja
jangan2 nasha ketemu dgn azhar reader is okay 👌
2023-08-27
0