"Sha, nanti sore kita harus balik ke Jakarta" ujar Elin yg membuat Nasha langsung terbelalak kaget.
"Kata nya seminggu, ini baru 6 hari..." protes Nasha tak terima jika ia harus pulang sehari lebih cepat.
"Baca ini..." Elin menunujukan chat dari teman kelas nya dan mengatakan besok akan ada Dokter bedah dari luar negeri untuk mengadakan seminar di kampus nya, untuk menambah materi dan wawasan untuk mahasiswa ke Dokteran di kampus itu "Sayang kan kalau kita ketinggalan kesempatan emas kayak gini" ujar Elin lagi.
Nasha yg memang tak pernah tertarik dengan bidang ke Dokteran pun hanya mengedikan bahu acuh.
"Aku tahu ini engga penting buat kamu, tapi ini penting buat aku" ucap Elin kemudian. Nasha pun teringat kedua orang tua nya yg juga sangat ingin Nasha menjadi Dokter. Ia juga tak boleh egois pada Elin.
"Okey deh, kita pulang" jawab Nasha.
Sejenak ia teringat pada Azhar, sekarang ia akan berpisah dengan Azhar dan entah apakah mereka akan bertemu lagi atau tidak.
"Kenapa?" tanya Elin yg melihat Nasha melamun.
"Kira kira aku sama Azhar bisa ketemu lagi engga ya?" gumam Nasha dengan pandangan menerawang ke depan sana.
"Nanti kalau liburan kita kesini lagi, lagian Azhar kan udah punya pasangan, Sha" seru Elin mencoba memperingatkan sahabat nya yg tampak nya rasa tertarik itu semakin besar dan bahkan mungkin menjelma menjadi sebuah rasa yg bisa saja menyakiti hati Nasha.
"Iya sih..." gumam Nasha lagi dengan raut sedih.
"Mau balikin sorban nya atau mau di titip aja sama Paman? Biar nanti dia yg balikin ke Azhar" saran Elin.
"Engga deh, biar aku simpan sebagai kenang kenangan"
"Nasha..." tegur Elin.
"Kalau kita ketemu lagi, aku akan balikin" jawab Nasha cepat cepat.
Mereka pun segera menyimpuni barang barang mereka. Dan saat membuka koper nya, Nasha tersenyum masam melihat buku buku ke Doktera yg tak tersentuh sedikitpun oleh Nasha. Hati kecil nya merasa bersalah pada Mama nya, tapi jiwa nya menuntut kebebasan.
.........
"Abi sakit?" pekik Azhar sangat terkejut, seketika perasaan dan fikiran nya menjadi kacau. Rasa takut dan khawatir menjadi satu.
"Serangan jantung ringan, tapi kata Dokter masih harus di cek lagi nanti" ujar sang ibu dengan nada yg sangat sedih.
"Ummi jangan khawatir, Inysa Allah Abi akan baik baik saja. Azhar akan pulang hari ini juga" ujar Azhar mencoba menenangkan ibunya. Ia menyesal tak segera pulang saat ibunya mengatakan ayah nya sakit karena tekanan darah nya yg tinggi.
Azhar merasa berdosa karena sudah egois, padahal orang tua nya itu hanya tinggal berdua. Seharusnya Azhar bisa menjaga mereka. Bukan malah menikmati hidupnya sendiri.
"Iya, hati hati di jalan, Nak"
"Iya, Ummi. Ya sudah, Azhar packing barang barang Azhar dulu dan kemudian pamit pada Rafa dan keluarga nya" ujar Azhar.
"Iya, salam juga untuk Rafa dan keluarga nya ya"
"Iya, Assalamualaikum, Ummi"
"Waalaikum salam, Nak"
Setelah memutuskan panggilan nya, Azhar dengan cepat membereskan barang barang nya dan memasukan nya kedalam tas nya. Dan seketika ia teringat pada sorban nya yg masih ada pada Nasha.
Sorban itu adalah sorban kesayangan Azhar pemberian dari Abi Khalil saat pertama kali ia datang ke pesantren Al Hikmah untuk menuntut ilmu. Bahkan teman teman Azhar merasa iri karena Azhar mendapatkan pemberian sebuah sorban dari kiai besar mereka. Apa lagi saat itu Azhar masih berusia belasan tahun dan santri baru. Sorban itu selalu Azhar bawa kemana pun ia pergi.
Azhar pun mencoba menelpon Nasha namun tak ada jawaban, sekali lagi Azhar mencoba nya namun masih tak ada jawaban.
"Ustadz Azhar..." Azhar terkejut mendengar panggilan itu, ia mendongak dan mendapati Ustadz Romli disana. Ustadz yg tinggal satu kamar bersama Azhar.
"Iya, Ustadz. Ada apa?" tanya Azhar.
"Kok beres beres?" tanya Ustadz Romli.
"Abi sakit, jadi harus pulang sekarang" ucap Azhar.
"Innalillah, semoga Allah memberikan kesembuhan untuk beliau" seru Ustadz Romli.
"Aamiin, Insyaallah. Terimakasih, oh ya. Saya pamit dulu, mau ke kediaman Abi Rahman. Mau pamit sama mereka" ucap Azhar.
Ustadz Romli pun mempersilahkan.
Di kediaman Abi Rahman, Azhar langsung mengutarakan niat nya yg akan pulang hari ini juga dan memberi tahu bahwa Abi nya sakit.
"Jadi Abi mu sakit?" tanya Abi Rahman terkejut.
"Iya, Kek. Tapi Alhamdulillah nya serangan jantung ringan" ucap Azhar.
"Semoga Allah mengangkat penyakit beliau"
"Aamin, insyaallah" jawab Azhar.
Azhar juga berpamitan pada keluarga yg lain, dan terutama Rafa dan istri nya.
"Sudah pesan tiket?" tanya Rafa.
"Sudah, jam 4.30" jawab Azhar. Rafa melirik arloji nya.
"Arti nya kita harus ke bandara sekarang?" tanya Rafa karena sekarang sudah jam 3. Sementara perjalanan ke bandara memakan waktu sejam lebih.
"Iya, aku sudah beres beres" jawab Azhar.
"Sudah sholat dzuhur, nak?" tanya Abi Rahman.
"Sudah, Kek. Tadi sholat berjemaah bersama santri yg lain" jawab Azhar.
Abi Rahman menepuk pelan pundak Azhar "Jangan khawatir, Insya Allah Abi mu akan baik baik saja. Dan soal gadis itu, jangan lupa undang kami" ucap Abi Rahman menggoda dan Azhar terlihat tersipu. Membuat Rafa langsung tertawa geli.
"Aku harus harus jadi saksi atau bahkan penghulu nya" sambung Rafa.
"Rasanya engga mungkin" gumam Azhar.
"Di dunia ini engga ada yg engga mungkin, Azhar" tegas Abi Rahman.
Setelah berpamitan dengan semua nya, termasuk Ustadz Ustadz yg lain. Rafa dan Azhar pun bersiap pergi.
Sebenarnya, Rafa masih ingin sorban nya. Tapi rasanya sudah tak ada waktu lagi kalau harus menunggu Nasha mengantarkan sorban itu atau Azhar mengambil nya di rumah Elin.
Azhar pun berfikir dia bisa meminta Nasha mengirim kan nya nanti.
"Toh rumah kami sama sama di Jakarta" gumam Azhar pada diri nya sendiri.
....... ...
Nasha dan Elin pun juga berpamitan pada seluruh anggota keluarga Elin. Terutama pada sang Nenek yg dalam waktu 6 hari ini begitu dekat dengan Nasha, bahkan tak jarang mereka mengobrolkan banyak hal. Membuat Elin merasa heran, karena ia sendiri sebagai cucu kandung nya malas berbicara banyak dengan nenek nya yg sudah sangat cerewet itu. Tapi Nasha dan nenek Elin itu malah tampak sangat akbar bahkan berbicara sambil tertawa lepas.
"Nasha pasti kangen sama Nenek..." ucap Nasha sambil memeluk erat nenek Elin yg sudah tinggal tulang itu dengan rambut yg sudah memutih semua.
"Nenek juga, jadi engga ada teman bicara" ucap sang Nenek yg membuat Elin terkekeh.
"Tapi benar lho, Sha. Kamu orang pertama yg betah bicara lama sama nenek" ujar Bibi Elin.
"Nenek itu orang nya asyik, kita klop. Ya kan, Nek?"
"Iya..." jawab sang Nenek sambil tersenyum lebar dan memperlihatkan gigi nya yg tinggal satu.
"Masih lama acara perpisahan nya? Sudah jam tiga lewat ini, pesawat kalian jam 4.30 kan? Perjalanan ke Bandara lama lho" ujar Paman Elin yg sejak tadi menunggu acara perpisahan mereka selesai.
"Iya, Paman. Gara gara Nasha nih, kalau aku engga pernah ada acara perpisahan begini" ujar Elin.
"Iya deh iya, sorry..." ujar Nasha.
Setelah memeluk sang nenek sekali lagi, Nasha dan Elin pun segera masuk ke dalam mobil. Nasha membuka kaca mobil dan melambaikan tangan pada semua nya, sambil terus berkata suatu hari nanti ia akan kembali ke desa itu.
Elin yg melihat itu merasa ikut bahagia.
Setelah cukup jauh dari rumah Elin, Nasha menyenderkan kepala nya di senderan kursi mobil. Ia mengenang kembali 6 hari yg ia lewati di desa indah dan segar ini.
Apa lagi pertemuan nya dengan Azhar, menambah kesan indah dan kebahagian di hati Nasha.
Nasha seperti seekor burung yg baru lepas setelah sekian lama berada di sangkar nya. Desa ini seperti awan dan langit, membuat Nasha terbang bebas, merasakan udara segar. Menjadi diri sendiri, merasakan kebahagiaan dan kenyamanan.
Dan sekarang, sudah waktu nya ia kembali ke sangkar nya.
▫️▫️▫️
Tbc...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 160 Episodes
Comments
Nuris Wahyuni
yg satu pesawat nasha Azhar cie cie jodoh Aamiin 🤲
2023-04-15
1
💫R𝓮𝓪lme🦋💞
kayanya satu pesawat nih😁
2022-07-15
0
Nanda Lelo
ketemu gak y pas d pesawat??
2022-06-15
0